Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ini Alasan Kementerian BUMN Bentuk Holding Ultra Mikro

Oleh sebab itu pemerintah membentuk holding BUMN Ultra Mikro (UMi) yang terdiri dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI sebagai induk, PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM.

"Ultra mikro yang terdiri dari usaha kecil mikro memiliki tantangan yang relatif kompleks," ujar Staf Ahli Bidang Keuangan dan Pengembangan UMKM Kementerian BUMN Loto Srinaita Ginting dalam webinar Holding Ultra Mikro Upaya Pacu Pemulihan Ekonomi Nasional, Jumat (20/8/2021).

Ia menjelaskan, beberapa tantangan yang dihadapi sektor ultra mikro diantaranya yakni kurangnya akses ke layanan keuangan formal, baik untuk melakukan pinjaman, tabungan, pembayaran, investasi, bahkan pemberdayaan.

Selain itu ada permasalahan yang timbul akibat tingginya biaya pinjaman yang didapat dari lembaga non formal. Jaringan distribusi bagi sektor ultra mikro juga terbatas sehingga membuat pelaku usaha kecil sulit mengakses lembaga formal.

Sedangkan rendahnya inklusi keuangan dan literasi keuangan turut menjadi persoalan di sektor ini. Kondisi usaha ultra mikro pada umumnya sulit untuk naik kelas karena kualitas produk yang perlu ditingkatkan, begitu pula dengan kapasitas produksinya yang terbatas karena tak bisa mengakses pendanaan.

"Dengan gambaran sektor ultra mikro tersebut, maka saat ini diperlukan (Holding BUMN UMi) untuk masyarakat yang belum terlayani lembaga keuangan formal jadi bisa terlayani, karena ada perluasan jaringan formal guna membantu menyelesaikan permasalahan mereka yang cukup kompleks," kata Loto.

Ia mengatakan, dengan bergabungnya tiga BUMN maka jaringan untuk sektor ultra mikro semakin banyak dan luas. Secara rinci, BRI memiliki 9.618 kantor cabang dan 441.791 agen BRILink yang tersebar di seluruh Indonesia.


Sedangkan Pegadaian tercatat memiliki 4.915 kantor cabang, 11.000 agenda, dan 2.1000 tenaga penjual. Sementara PNM memiliki 2.860 kantor cabang dan 24.000 tenaga penjual.

"Upaya yang kami lakukan yaitu melalui Holding BUMN UMi, yang kalau kita lihat BUMN itu memiliki jaringan yang relatif luas," kata dia.

Loto menambahkan, selain jaringan, masing-masing BUMN juga memiliki karakter bisnis yang berbeda sehingga menjadikannya keunggulan bagi ketiga perusahaan pelat merah itu.

BRI diketahui sedari lama fokus pada sektor UMKM dengan layanan pembiayaan KUR Mikro minimal Rp 5 juta dan bisa tanpa agunan, yang tenor pembayarannya 1-5 tahun.

"Karena BRI ini juga punya kekuatan yang terbiasa mengelola dana pihak ketiga (DPK), sehingga punya cost of fund yang rendah yakni 3,5 persen," imbuhnya.

Sedangkan Pegadaian memiliki layanan pembiayaan dengan jaminan kebendaan dan jangan waktu pembayaran yang pendek yakni 2 minggu hingga 6 bulan. Selain itu, memiliki sumber pendanaan yang kuat dari perbankan atau obligasi.

Sementara PNM memiliki layanan yang fokus pada pinjaman kelompok (group lending) dengan rata-rata pinjaman Rp 3 juta. PNM juga memiliki struktur biaya operasional yang tinggi dan memiliki pendanaan yang kuat dari perbankan, obligasi, dan surat utang jangka menengah (MTN).

"Tiga entitas inilah yang melalui Holding UMi ini bisa diintegrasikan dan konsolidasikan karena memiliki karakter resources dan karakter bisnis yang relatif berbeda. Tetapi kehadiran ketiganya ini diperlukan oleh nasabah sektor ultra mikro sehingga dengan memulai Holding UMi ini diharapkan segmen ultra mikro akan menjadi lebih baik lagi," ucap Loto.

https://money.kompas.com/read/2021/08/20/180148826/ini-alasan-kementerian-bumn-bentuk-holding-ultra-mikro

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke