Nixon mengatakan belum bisa memastikan pelaksanaan HMETD BTN tersebut lantaran pihaknya harus melihat kondisi Pasar Modal Indonesia pada tahun depan.
"Masih on the process. Ini sekarang juga lagi ada rapat dengan DPR terkait right issue, salah satunya yang dibicarakan," ujarnya dalam Public Expose (Pubex) yang dihelat secara virtual, Kamis (9/9/2021).
Kendati begitu, bank milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu optimis bisa melakukan right issue pada 2022, meski pandemi Covid-19 belum mereda.
"Berapa nilainya, kami belum bisa menyampaikan karena juga belum standed secara formal. Tapi kami mempercayai, diberikan kesempatan tahun 2022 untuk bisa right issue. Apakah hal yang tepat mengingat kondisi saat ini, kan ini (right issue-nya) tahun depan. Karena ini diusulkannya di RAPBN 2022. Jadi pelaksanaannya tahun depan," ujarnya.
Sebelumnya, BTN pun optimis target kinerja bisnis perseroan akan tercapai pada 2021. Hal itu karena adanya berbagai transformasi yang dilakukan untuk memanfaatkan potensi besar di sektor perumahan, stimulus dari pemerintah, hingga momentum pemulihan ekonomi nasional.
Dalam rencana bisnis perseroan, BTN membidik pertumbuhan aset dikisaran 2 persen hingga 4 persen, kredit dikisaran 6-8 persen, dan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada kisaran 5-7 persen hingga akhir tahun ini. Pertumbuhan tersebut, lanjut Nixon, ditargetkan bakal diiringi modal dan pencadangan yang kuat.
Pada akhir tahun ini pun, BTN menargetkan rasio permodalan (capital adequacy ratio/CAR) akan berada di level sebesar 16-18 persen serta rasio pencadangan (coverage ratio) mencapai di atas 120 persen.
https://money.kompas.com/read/2021/09/09/154015626/ini-kata-btn-soal-rencana-rights-issue-pada-2022