Selain berlahan sempit, petani juga tidak terhubung dengan pasar. Kondisi tersebut yang akhirnya akan menyuburkan tumbuhnya tengkulak.
Oleh sebab itu, Teten mendorong para petani berlahan sempit untuk mendirikan atau bergabung ke dalam koperasi agar bisa masuk skala ekonomi.
“Saya melihat koperasi bisa menjadi konsolidator para petani berlahan sempit agar masuk skala ekonomi," kata Teten dalam siaran resminya, dikutip Kompas.com, Sabtu (11/9/2021).
Teten memberi gambaran, untuk komoditas padi, minimal harus memiliki lahan minimal 1.000 hektar. Sedangkan untuk buah-buahan, minimal lahan seluas 400 hektar. “Model bisnis seperti ini yang akan terus kita bangun," ungkap Teten.
Lebih lanjut Teten mengatakan, kalau hanya program subsidi untuk bibit, pupuk, dan sebagainya, tetapi tidak membangun model bisnisnya, takkan bisa membangun Korporatisasi Petani.
“Menciptakan Corporate Farming harus dengan Korporatisasi Petani. Yang pas untuk melakukan itu, ya koperasi," ucap Teten.
Dengan berkoperasi, kata Teten, koperasi yang akan membeli tunai dari petani. Sehingga, tidak ada istilah harga jatuh di saat panen raya.
“Sebagai offtaker, koperasi yang berhubungan dengan pabrikan. Bagi petani, bisnis model seperti ini menciptakan kepastian harga dan pasar," ucap Teten.
Teten menambahkan, pihaknya sudah membangun bisnis model di tambak udang Muara Gembong (Bekasi) dan petani pisang di Lampung.
Di Muara Gembong bekerja sama dengan BUMN, membangun Korporatisasi Nelayan di atas lahan seluas 100 hektar.
Sementara di Lampung, terkumpul lahan seluas 400 hektar untuk ditanami pisang. Ada sekitar 1.000 petani menjadi anggota Koperasi Tani Hijau Makmur dan juga sudah ada offtaker-nya.
Bahkan, produk pisangnya sudah masuk pasar ekspor, yakni pasar Eropa.
Teten juga mencontohkan koperasi susu di Selandia Baru bernama Fonterra. Di sana, peternak sapi hanya mengurusi produksi susu, sedangkan pemasaran susu menjadi urusan koperasi. "Bahkan, koperasi memiliki industri pengolahan susu," kata Teten.
https://money.kompas.com/read/2021/09/11/171200626/menkop-teten-dorong-petani-berlahan-kecil-gabung-koperasi-ini-sebabnya