Buku yang terbit di tahun 2004 tersebut memuat sejarah Industri penerbangan Indonesia yang mana Nurtanio banyak berperan mengembangkannya. Dalam salah satu bab tertulis juga tentang sejarah berdirinya Lapan –Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasonal- yang kini telah tiada.
Ternyata prakarsa untuk mendirikan Lapan adalah merupakan gagasan dari AURI dalam hal ini ide dari Marsekal Muda RJ Salatun. Ketika itu RJ Salatun pada akhir tahun 1963 menjabat sebagai sekretaris Depanri – Dewan Penerbangan dan Antariksa Republik Indonesia- yang sekarang juga sudah almarhum.
RJ Salatun bersama dengan KSAU yang menjabat sebagai ketua harian Depanri mengusulkan untuk mendirikan Lapan. Segera setelah disetujui untuk dibentuk , maka yang diusulkan pertama kali untuk menjabat sebagai Dirjen Lapan adalah RJ Salatun.
Sebagai konseptor, RJ Salatun menolak dengan halus jabatan tersebut seraya mengusulkan Nurtanio untuk menduduki jabatan Dirjen Lapan yang pertama. Sempat terjadi perdebatan sengit saat proses penunjukkan Dirjen Lapan yang pertama, Nurtanio merasa keberatan karena sudah merangkap beberapa jabatan lainnya.
Namun pada akhirnya, sejarah memang mencatat Nurtanio sebagai Direktur Jenderal Lapan yang pertama. Sayang sekali di tahun 2021 ini baik Lapan maupun Depanri sudah lenyap dari muka bumi.
Catatan menarik lainnya dalam buku Nurtanio, Perintis Industri Pesawat Terbang Indonesia adalah pada bab Komentar Sahabat tulisan dari Prof DR H Priyatna Abdurrasyid, SH PhD Tulisan Pak Priyatna Abdurrasyid tertanggal 5 Desember 2003 itu antara lain memuat sebagai berikut:
Pada tahun 1966 saya dimutasi ke Kejaksaan Agung (Jaksa Agung Muda) dan setiap kali saya ke Bandung saya selalu mengunjungi lokasi dan melihat-lihat kotak-katik pak Nurtanio di Andir.
Pada tahun 1973 (pada waktu itu saya tidak lagi bertugas di Kejaksaan Agung) saya terpilih sebagai Direktur dari International Institute of Space Law di Paris. Kesempatan itu saya sering gunakan untuk menyampaikan kepada teman-teman dari Aerospatiale kreasi dan karya Alm. Pak Nurtanio,
Karya-karya Alm Pak Nurtanio ini merupakan salah satu faktor penentu ketika Aerospatiale memutuskan untuk menanamkan modal dan keahlian di bidang aviation (militer-sipil) di Indonesia, dimana mereka akan memindahkan sebagian pabrik pesawatnya di Toulouse Perancis ke Indonesia. Mereka bersedia dan menjanjikan (konsep perjanjian kerjasama telah disepakati) menyediakan teknologi, tenaga ahli dan modal sedangkan TNI AU berkewajiban menyediakan lokasi dan tenaga-tenaga yang akan menerima alih teknologinya.
Sangat disayangkan bahwa rencana yang sudah disepakati antara Indonesia dan Perancis tersebut ternyata dibatalkan oleh pihak tertentu. Padahal industri pesawat udara patungan antara Aerospatiale Perancis dan Indonesia TNI AU tersebut akan menggunakan nama Industri Pesawat Udara Nurtanio, yang merupakan pengakuan keahlian dan kemampuan kreasi dari seorang putra Indonesia – anggota TNI AU, oleh suatu industri pesawat udara yang terkemuka di dunia yakni Aerospatiale.
Demikianlah 2 catatan menarik dari isi buku Nurtanio, Perintis Industri Pesawat Terbang Indonesia, tulisan JMV.Soeparno yang diterbitkan oleh Perhimpunan Purnawirawan Angkatan Udara (PPAU) bekerja sama dengan Q-Communication untuk Keluarga Besar Nurtanio Pringgoadisuryo (alm) yang terbit pada tahun 2004.
https://money.kompas.com/read/2021/10/11/063500226/mengenang-almarhum-lapan-dan-perintis-industri-pesawat-terbang-indonesia