Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Stagflasi: Apa Itu Stagflasi, Penyebab, dan Contohnya

Dilansir dari Investopedia, Senin (11/10/2021), kondisi ini biasanya diikuti dengan kenaikan harga-harga atau inflasi.

Stagflasi juga bisa didefinisikan sebagai kondisi pada sebuah periode inflasi yang dikombinasikan dengan penurunan Produk Domestik Bruto (PDB).

Apa Itu Stagflasi?

Istilah stagflasi pertama kali digunakan pada tahun 1960an oleh politisi Inggris Macleod di tengah kondisi ekonomi yang tengah mengalami tekanan kala itu.

Saat memberikan pidato di Dewan Rakyat Britania Raya kala itu, Macleod menggambarkan kondisi inflasi sekaligus stagnasi yang terjadi di Inggris sebagai situasi stagnasi.

Istilah stagnasi kemudian kembali digunakan pada periode resesi yang terjadi pada tahun 1970an seiring dengan krisis bahan bakar yang terjadi ketika Amerika Serikat mengalami pertumbuhan PDB negatif selama lima kuartal berturut-turut.

Tingkat inflasi tumbuh dua kali lipat pada tahun 1973 dan mencapai double digit pada tahun 1974. Di sisi lain, tingkat pengangguran AS kala itu mencapai 9 persen per Mei 1975.

Investopedia menyebut, stagflassi biayasnaya akan menyebabkan kenaikan indeks kesengsaraan atau misery index.

Indeks ini merupakan ukuran sederhana yang bersumber dari tingkat inflasi dan pengangguran dan digunakan untuk menunjukkan seberapa buruk kondisi masyarakat ketika stagflasi terjadi di sebuah ekonomi atau negara.

Penyebab Stagflasi

Seperti dijelaskan sebelumnya, stagflasi adalah kondisi yang digambarkan dengan peningkatan pengangguran yang terjadi bersamaan dengan kenaikan harga-harga.

Sehingga, penyebab stagflasi adalah kondisi ekonomi yang melemah dan ditunjukkan dengan angka pengangguran yang tinggi atau stagnasi perekonomian. Di saat yang bersamaan, terjadi inflasi atau kenaikan harga-harga. Biasanya, stagflasi terjadi bila pasokan uang di pasar meningkat, sementara, jumlah barang atau suplai terbatas.

Stagflasi adalah sebuah kondisi yang kontradiktif di mana pertumbuhan ekonomi yang lambat serta angka pengangguran tinggi secara teori seharusnya tak menyebabkan kenaikan harga-harga.

Hal ini lah yang menyebabkan stagflasi merupakan kondisi yang buruk bagi sebuah perekonomian.

Peningkatan angka pengangguran berdampak pada melemahnya daya beli.

Sehingga, bila terjadi kenaikan harga-harga karena pasokan atau suplai barang yang terbatas, bakal terjadi kondisi inflasi yang tak terkendali.

Artinya uang yang dimiliki konsumen akan kehilangan nilainya seiring dengan berjalannya waktu.

Contoh Stagflasi

Contoh stagflasi bisa digambarkan dengan kondisi ketika pemerintah di sebuah negara mencetak uang (hal ini bakal menyebabkan peningkatan jumlah uang dan menyebabkan inflasi, sekaligus menaikkan tarif pajak (yang bakal memperlambat pertumbuhan ekonomi).

Risiko terjadinya stagflasi kini sedang mengancam Myanmar yang tengah mengalami kudeta militer.

Kudeta militer menyebabkan banyak penduduk Myanmar yang menganggur dan perekonomian negara itu pun tumbuh melambat.

Myanmar juga mengalami kenaikan harga bahan pokok yang disebabkan oleh keterbatasan pasokan.

Diberitakan Frotier Myanmar, kini konsumen tengah mengalami tekanan akibat kenaikan harga-harga, termasuk di dalamnya harga BBM yang telah meningkat nyaris dua kali lipat setelah kudeta.

Keterbatasan pasokan BBM pun membuat beberapa SPBU di negara itu harus menghentikan operasional.

Di sisi lain, bank sentral setempat juga mulai menjual dollar AS dengan tarif diskon untuk beberapa importir bahan bakar terpilih. Dengan demikian, para importir BBM tersebut bisa membawa masuk bahan bakar dan diesel untuk dijual di bawah harga pasar.

https://money.kompas.com/read/2021/10/11/144553226/stagflasi-apa-itu-stagflasi-penyebab-dan-contohnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke