Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Soal Kereta Cepat Rugi sampai Kiamat, Stafsus Erick Thohir Sebut Faisal Basri Konyol dan Sebar Hoaks

JAKARTA, KOMPAS.com - Ekonom Senior Faisal Basri menyebut proyek Keret Cepat Jakarta Bandung tidak layak secara bisnis, sehingga dipastikan sulit balik modal, bahkan sampai hari kiamat sekalipun. 

Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga menyayangkan pernyataan dari ekonom senior INDEF itu mengenai kritik proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung.

Dikatakan Arya, pernyataan Faisal Basri yang menyebut investasi dalam proyek pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung tidak akan balik modal tanpa didasari data yang akurat. Bahkan, dia menyebut pernyataan Faisal Basri itu konyol.

"Kami menyayangkan omongan Faisal Basri. Faisal Basri tuh salah total yang mengatakan sampai kapan pun enggak mungkin, sampai kapan pun pasti rugi," ucap Arya yang juga mantan relawan Jokowi di Pilpres 2019 ini. 

"Ya mana ada investor mau masuk dengan kondisi nanti rugi, itukan konyol. Faisal Basri konyol betul itu dan keliatan beliau itu tidak pakai angka, tidak pakai analisa, hanya subjektifnya aja yang muncul. Jadi itu kesalahan besar," ujar Arya lagi dikutip pada Jumat (15/10/2021). 

Arya menjelaskan, saat ini BPKP masih menghitung berapa pembengkakan dana (cost overrun) pada proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. 

Namun, dalam hitungan kasarnya, investasi di proyek kereta cepat Jakarta-Bandung baru akan balik modal dalam 40 tahun.

"Tapi secara konservatif, hitungan kita tetap back periode-nya untuk equity-nya itu ini ya 40an tahun. Tapi kita belum tahu ya ini hitungannya hanya kasar masih. Ini kan mirip-mirip dengan MRT," kata dia.

Juru bicara Erick Thohir itu memaparkan, investasi di sektor transportasi kereta api memerlukan waktu yang panjang untuk balik modal. Hal ini sama dengan investasi pada proyek Mass Rapid Transit (MRT).

"Coba aja cek deh di MRT, berapa tahun? mirip-mirip, enggak akan jauh nanti dari situ, 40-an tahun juga. Jadi kalau dikatakan sampai kapan pun akan rugi, itu konyol, itu Faisal Basri sangat-sangat konyol," ungkapnya.

Menurut Arya, jika tak akan mengalami keuntungan, tidak mungkin ada investor yang masuk untuk mendanai proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung. Maka dari itu, dia menyayangkan pernyataan dari Faisal Basri tersebut.

"Jadi saya bisa katakan kali ini sangat disayangkan Faisal Basri kembali lagi, konyol untuk analisisnya. Tapi yang pasti jangan konyol dan akhirnya menyebabkan berita hoaks yang enggak benar kepada publik tanpa analisa, tanpa data apapun," tutup Arya.

Kritik Faisal Basri

Sebelumnya, Faisal Basri menggunakan analogi sampai kiamat pun proyek tersebut tidak akan bisa menutup investasi yang sudah keluar. BUMN yang diminta pemerintah menggarap proyek tersebut kini juga akhirnya terbebani.

Belum lagi, lanjut Faisal, biaya yang dikeluarkan rupanya membengkak sangat besar. Dari awalnya 6,07 miliar dollar AS, di tengah jalan melonjak menjadi 8 miliar dollar AS.

Nilai pembengkakan ini jauh melampaui proposal biaya kereta cepat yang ditawarkan Jepang yakni sebesar Rp 6,2 miliar dollar AS. 

Dengan investasi sebesar itu, rasanya sulit untuk balik modal meski tiketnya seharga Rp 400.000 sekali jalan. 

“Sebentar lagi rakyat membayar kereta cepat. Barang kali nanti tiketnya Rp 400.000 sekali jalan. Diperkirakan sampai kiamat pun tidak balik modal,” kata Faisal dikutip dari Kompas TV.

Faisal bercerita, saat rapat kordinasi awal proyek itu diajukan, banyak menteri yang menokak. Begitu juga dengan konsultan independen yang disewa pemerintah, Boston Consulting Group.

“Boston Consulting Group ini dibayar Bappenas bekerja untuk 2 minggu senilai 150.000 dollar AS, menolak 2 proposal (salah satunya Kereta Cepat Jakarta–Bandung),” ujar Faisal.

"Tetapi Rini Soemarno yang berjuang. Menteri lainnya banyak menolak, tapi Rini ngotot." tambahnya.

Rini Soemarno adalah Menteri BUMN saat itu. Namun akhirnya, proposal proyek itu lolos. Dengan catatan, dikerjakan oleh BUMN dan swasta serta tidak menggunakan uang negara sama sekali.

Janji tanpa duit APBN itu sendiri saat ini sudah diralat Presiden Jokowi. Mengingat BUMN yang terlibat di proyek tersebut kondisi keuangannya tengah berdarah-darah. 

Perizinan proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung juga sebenarnya sempat ditolak oleh Menteri Perhubungan saat itu, Ignasius Jonan. 

Saat peletakan batu pertama yang dihadiri Jokowi, Jonan bahkan tidak hadir meskipun posisinya sebagai orang nomor satu di regulator perkeretaapian. 

"Kesimpulannya kesalahan pucuk pimpinan," imbuh Faisal Basri.

Banyak kalangan yang menganggap, jarak Bandung-Jakarta yang hanya sekitar 150 kilometer kurang efektif dilayani dengan kereta super cepat.

Jarak pendek ini bisa berdampak pada kecepatan kereta. Belum lagi, kereta masih harus berhenti di beberapa stasiun di antara kedua kota besar tersebut.

Masalah lainnya, stasiun Kereta Cepat Jakarta Bandung berada jauh di pinggiran kota. Di Bandung, stasiun kereta cepat berada di Tegalluar yang masuk wilayah Bojongsoang, Kabupaten Bandung.

Sementara akses dari Tegalluar ke pusat Kota Bandung relatif cukup jauh dan merupakan daerah macet. Sejauh ini, transportasi massal penghubung Kota Bandung dan Tegalluar belum memadai. 

Setali tiga uang, stasiun kereta cepat di Jakarta juga berada di kawasan Halim. Sehingga calon penumpang dari pusat kota harus menuju Halim untuk menggunakan kereta cepat.

Hal ini berbeda dengan KA Argo Parahyangan, di mana penumpang cukup ke Stasiun Gambir, sementara penumpang bisa turun di Stasiun Bandung yang lokasinya berada di jantung kota. 

Kereta Cepat Jakarta Bandung juga diperkirakan sulit bersaing apabila menawarkan tiket di atas Rp 300.000. 

https://money.kompas.com/read/2021/10/15/082332326/soal-kereta-cepat-rugi-sampai-kiamat-stafsus-erick-thohir-sebut-faisal-basri

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke