Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Perlukah Garuda Indonesia Dipertahankan sebagai "Flag Carrier"

Terminologi “Flag Carrier” tidak memiliki definisi yang baku baik pada tingkat nasional maupun internasional. Pengertian umumnya adalah bahwa sebuah maskapai penerbangan disebut sebagai flag carrier mengandung makna bahwa maskapai tersebut mewakili negara, menjadi duta bangsanya.

Maskapai pembawa bendera tidak selalu sebuah maskapai milik pemerintah, karena di beberapa negara maskapai penerbangan milik swasta kerap disebut juga sebagai flag carrier. Maskapai yang dianggap mewakili kehadiran negaranya saat terbang ke luar negeri, walau bukan milik pemerintah. Setidaknya maskapai tersebut walau bukan milik pemerintah, namun perijinannya pasti di peroleh dari pemerintah negara yang diwakili oleh otoritas penerbangan nasionalnya.

Lebih lanjut istilah flag carrier juga mengandung makna kebanggaan sebagai sebuah bangsa yang memiliki kemampuan diranah penerbangan yang berteknologi tinggi. Tidak semua negara memiliki kemampuan mengelola sebuah maskapai penerbangan. Demikian pula tidak semua negara yang memiliki perusahaan penerbangan yang mampu mengoperasikan pesawat terbang produk teknologi mutakhir.

Maskapai penerbangan merupakan simbol dari keunggulan teknologi yang dimiliki sebuah negara dalam mengelola produk teknologi tinggi. Itu sebabnya maka pesawat terbang milik sebuah negara selalu memasang benderanya pada body pesawat di lokasi yang mudah terlihat. Sebuah pameran keunggulan teknologi tinggi yang dikuasainya dan dipresentasikan dalam penerbangan ke luar negeri.

Di Indonesia sendiri Maskapai Pembawa Bendera diartikan juga sebagai “pembela negara”. maskapai penerbangan Garuda Indonesia yang merupakan milik pemerintah (sekarang sudah tidak sepenuhnya milik pemerintah) d iwaktu yang lalu kerap mengemban tugas pada saat negara menghadapi ancaman.

Ketika Trikora dan Dwikora telah dibentuk “Wing Garuda” yang terdiri dari armada pesawat Garuda yang ditugaskan turut mendukung operasi penerbangan Angkatan Udara. Ketika operasi Timtim, beberapa pesawat terbang Garuda lengkap dengan tenaga awak pesawatnya ditugaskan mengangkut pasukan dan logistik berpadu dengan operasi penerbangan Angkatan Udara, mengemban tugas negara.

Lebih jauh sebelum itu maskapai penerbangan Garuda memang memiliki Riwayat sejarah yang erat dengan perjuangan bangsa di era awal kemerdekaan. Walau Garuda Indonesia sendiri adalah merupakan maskapai penerbangan yang berasal atau diterima sebagai hibah dari KLM, akan tetapi cikal bakal penerbangan sipil komersial di Indonesia sudah dimulai sebelum itu.

Singkat kata Maskapai Garuda Indonesia memang menyandang nilai sejarah perjuangan bangsa sejak awal kemerdekaan. Garuda Indonesia melekat dengan spirit patriotisme bangsa Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan. Pada awal kemerdekaan Garuda sudah membuka layanan penerbangan internasional ke beberapa negara dengan awak pesawat orang Indonesia sendiri.

Patut dicatat ketika itu dunia penerbangan masih dimonopoli oleh para pilot dari negara maju. Sementara Garuda Indonesia telah di awaki putra Indonesia sebagai pilot yang terbang kebeberapa negara di luar negeri. Sebuah kebanggaan yang sangat bernilai tinggi dalam menjujung martabat bangsa. Garuda Indonesia sudah identik dengan keberadaan Republik Indonesia.

Kini ketika mengalami kesullitan keuangan yang memaksa pemerintah untuk mempertimbangkan mempailitkan Garuda, tentu saja memunculkan pertanyaan dari beberapa pihak.

Pertanyaan tentang apakah tidak sebaiknya dicarikan jalan untuk menyelamatkan Garuda. Menyelamatkan Garuda dengan mempertimbangkan nilai patriotik dan nilai sejarah perjuangan bangsa yang melekat dalam dirinya. Mempertimbangkan nilai spiritual kebangsaan dan nilai sejarah patriotisme perjuangan kemerdekaan yang menyatu dengan eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Di sinilah tantangannya terhadap sikap wawasan kebangsaan dan kebanggaan bernegara dari warga bangsa Indonesia dalam melihat persoalan yang tengah dihadapi maskapai penerbangan Garuda Indonesia. Tantangan yang berhadapan dengan sebuah realita tentang mengapa maskapai penerbangan sebagai sebuah perusahaan “negara” yang sudah merugi Rp 70 triliun, apakah harus dipertahankan.

Wawasan Kebangsaan, kesadaran dan kebanggaan berbangsa belakangan ini memang sudah jauh meredup. Ketika regu bulu tangkis dengan mandi keringat bertahun tahun berjuang keras untuk membawa kembali supermasi dunia berhasil memboyong Thomas Cup ke Indonesia, tidak banyak yang mempersoalkan saat bendera merah putih dilarang dikibarkan.

Maka demikian pula saat Garuda Indonesia mengalami kesulitan keuangan, maka dengan enteng keluar pernyataan bahwa Garuda Indonesia selayaknya dipailitkan saja. Itulah isu hangat yang tengah kita hadapi sekarang ini, sebuah dilema antara realita dan rasa kebanggaan sebagai bangsa.

Sejatinya harus diakui bahwa selama lebih dari 3 dekade belakangan ini tidak hadir sebuah mekanisme yang mengelola wawasan kebangsaan sebagai bagian dari pola program nation and character building. Peristiwa tidak berkibaranya bendera merah putih di ajang perebutan Thomas Cup dan kesulitan keuangan maskapai penerbangan Garuda telah mengingatkan kita semua dan ditandai dengan sebuah pertanyaan tentang masih perlukah mempertahankan maskapai penerbangan Garuda sebagai flag carrier?

Sebuah pertanyaan menggelitik yang tengah menanti jawaban dari kita semua. Sebuah pertanyaan dengan sekian banyak “pelajaran pahit” yang tersembunyi di dalamnya. Sebuah pertanyaan yang mengandung makna sudah sejauh mana kesadaran diri kita sebagai sebuah bangsa yang besar.

Sebuah pertanyaan yang mengundang kita semua untuk merenung dan introspeksi diri dalam kerangka menuntut kejujuran pada siapa saja yang bersalah dan harus memikul “tangung jawab” sebagai warga negara dalam kasus Garuda, Maskapai kebanggaan Pembawa Bendera dan Duta Bangsa Indonesia.

https://money.kompas.com/read/2021/11/06/170434126/perlukah-garuda-indonesia-dipertahankan-sebagai-flag-carrier

Terkini Lainnya

Jokowi Tegaskan Freeport Sudah Milik RI, Bukan Amerika Serikat

Jokowi Tegaskan Freeport Sudah Milik RI, Bukan Amerika Serikat

Whats New
Astra Infra Group Bakal Diskon Tarif Tol Saat Lebaran 2024, Ini Bocoran Rutenya

Astra Infra Group Bakal Diskon Tarif Tol Saat Lebaran 2024, Ini Bocoran Rutenya

Whats New
Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Whats New
Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Spend Smart
Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Whats New
Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke