Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ada Banyak Peluang, Pemerintah Tawarkan Investor Asing Masuk ke Sektor Energi Terbarukan

Hal itu diungkapkannya dalam peluncuran Net Zero World di COP ke-26 di Glasgow, Skotlandia. Menurut Arifin, besarnya potensi bisnis EBT di Indonesia terlihat dari sisi potensinya yang belum dioptimalkan yakni baru sekitar 2 persen.

"Peluang pertama dan utama tentu saja Indonesia memiliki sumber daya baru dan terbarukan yang melimpah, terutama solar, diikuti oleh hidro, bioenergi, angin, panas bumi, dan lautan, dengan total potensi 648,3 GW, termasuk potensi uranium untuk pembangkit listrik tenaga nuklir," ujarnya dalam keterangan tertulis, Minggu (7/11/2021).

Selain itu, ia juga menyoroti harga EBT yang mulai tumbuh kompetitif, khususnya harga panel surya di global yang cenderung menurun.

Apalagi tren penurunan harga itu didukung pula dengan pengembangan teknologi baru, seperti pumped storage, hidrogen, dan battery energy storage system (BESS) sehingga akan mengoptimalkan pemanfaatan potensi EBT yang melimpah di Indonesia.

"Ini (harga EBT) bisa bersaing dengan energi fosil," imbuh Arifin.

Dia menjelaskan, meningkatnya kebutuhan energi di dalam negeri, mendorong pemerintah untuk terus menyediakan akses energi ke seluruh lapisan masyarakat, terutama di wilayah terluar, terdepan, dan tertinggal (3T) dengan harga terjangkau dan tetap memperhatikan ketersediaan sumber daya energi setempat.

Menurut Arifin, kondisi tersebut sejalan dengan pemenuhan target pemerintah untuk rasio elektrifikasi mencapai 100 persen di 2022 mendatang.

"Tentu ini menjadi peluang bagi pengembangan EBT karena harga bahan bakar fosil di daerah terpencil bisa begitu mahal, sedangkan sumber EBT tersedia dan dapat dimanfaatkan secara lokal," jelas dia.

Arifin mengatakan, pemerintah terus memperkuat kerangka peraturan untuk memastikan keberhasilan transisi energi di Indonesia. Salah satunya lewat Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) 2021-2030 yang memberikan porsi lebih besar kepada EBT.

Nantinya EBT akan berkontribusi lebih besar dalam penambahan kapasitas pembangkit listrik yakni 20,9 GW atau mencapai 51,6 persen dari total kapasitas pembangkit yang akan dibangun hingga 2030.

Di samping itu, pemerintah juga menetapkan Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2021 tentang Nilai Ekonomi Karbon, yang mengatur tentang mekanisme perdagangan karbon dan pajak atas karbon.

"Salah satu prinsip utama dari kebijakan tersebut adalah mengenakan pajak karbon pada kegiatan yang menghasilkan karbon dan memberi insentif efisiensi-karbon," ungkap Arifin.

Meski demikian, ia mengakui, penggunaan EBT sebagai sumber energi masih memiliki sejumlah tantangan, seperti intermitten surya dan angin dan keterbatasan kemampuan jaringan untuk menyerap listrik dari EBT.

Selain itu, kurangnya minat dari lembaga keuangan untuk berinvestasi di sektor EBT karena risikonya yang tinggi, dan pembiayaan berbunga tinggi, biaya investasi yang tinggi untuk beberapa EBT seperti panas bumi, serta keterbatasan kemampuan industri dalam negeri, khususnya di bidang teknologi.

Maka untuk mengantisipasi tantangan tersebut, pemerintah berupaya mengoptimalkan pemanfaatan Solar Photovoltaic (PV) atau panel surya.

Ia bilang, solar panel layak dikembangkan di Indonesia mengingat besarnya potensi serta masa konstruksinya relatif lebih pendek daripada teknologi lain dan harganya kian kompetitif.

"Ada tiga program utama pengembangan solar yaitu Floating Solar PV, Solar Farm, dan Rooftop Solar PV. Solar PV juga akan dikembangkan lebih lanjut untuk produksi hidrogen," kata Arifin.

https://money.kompas.com/read/2021/11/07/160134326/ada-banyak-peluang-pemerintah-tawarkan-investor-asing-masuk-ke-sektor-energi

Terkini Lainnya

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke