Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Masuk Forbes 30 Under 30, Bernadus Wijaya dari Gagal Indonesia Idol hingga Jadi CEO

Bernadus Wijaya menjadi CEO PT Sucor Sekuritas, sebelum pria ini genap berusia 30 tahun. Prestasi yang ditorehkan tentu bukan dari hasil instan, butuh kerja keras yang tentunya tidak mudah untuk dilalui.

“Kita jangan mimpi di siang bolong, cuma ingin gaji segini-gini aja, dapat uang jatuh dari langit, atau dapat dari orang tua lalu kita invetasikan dan langsung jadi konglomerat tiba-tiba. Kita harus kerja keras, memaksimalkan talenta, dan power kita,” kata Bernadus saat bercerita kepada Kompas.com, akhir pekan lalu.

Pria kelahiran Sleman Yogyakarta yang kini berusia 30 tahun mengungkapkan, dirinya sempat memiliki banyak cita-cita di waktu kecil.

Dia sempat ingin menjadi penyanyi dan juga dokter. Keinginannya menjadi seorang penyanyi mendorongnya untuk ikut ajang pencarian bakat Indonesian Idol, meski tidak terpilih. Dia juga sempat mencoba peruntungan mendaftar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, namun tidak diterima.

Menapakkan kaki di Jakarta pada tahun 2013, Bernadus memulai karir di bidang yang sama sekali belum pernah ia tekuni, yakni di perusahaan finansial. Padahal, Bernadus menyandang gelar Bachelor of Science (B.Sc.) di bidang StudiChemical Engineering.

Pria lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) ini mengatakan, setelah ia lulus dari perguruan tinggi, mencari pekerjaan di bidang minyak dan gas cukup sulit. Sehingga ia mencoba peruntungan di salah satu perusahaan finansial Citibank Indonesia, dan memulai pengalaman baru di bagian custodian atau lebih spesifik di transfer agency unit.

“Saya saat itu ikut career fair, dan mencoba banyak perusahaan. Salah satunya adalah perbankan, dan kebetulan saya keterima sebagai Management Associate di Citibank Indonesia, dan aku ambil kesempatan itu,” kata dia.

Mengawali kariernya, Bernadus mulai mempelajari investasi pertama yang dilakukannya, yakni reksa dana. Bernadus mengungkapkan, saat itu hanya mengetahui tentang menabung di bank dan deposito, reksa dana adalah hal baru. Walau demikian, ia terus belajar tanpa kenal lelah.

Di reksa dana, Bernadus memulai investasi dari nominal Rp 1,5 juta, namun dia melakukannya setiap bulan selama 3 tahun (2013-2016). Siapa yang mengira, hasil dari reksa dana selama tiga tahun tersebut berhasil tumbuh 30-40 persen.

“Tiap bulan saya investasi dengan nominal sama, dan di tahun 2016 ketika saya cek portofolio kenaikannya sudah 30-40 persen dengan strategi dollar cost averaging, dan saya bersyukur banget. Abis itu hasil dari reksa dana, saya pindahin ke saham menjadi modal awal saham saya, kurang lebih waktu itu modal awal di kisaran Rp 100 juta,” kata Bernadus.

Di tahun 2016, Bernadus mengungkapkan banyak rekan kerjanya yang mulai berpindah ke perusahaan-perusahaan teknologi yang saat itu sedang booming. Seperti halnya Gojek, Tokopedia, dan juga Traveloka.

Untuk lebih mengembangkan karir, Bernadus lantas mencoba masuk ke perusahaan sekuritas yang merupakan awal karirnya sebagai investor saham sukses. Mengawali karir di PT Sucor Sekuritas pada tahun 2016 posisi awal Bernadus adalah Business Development Project Manager.

Berkarir di perusahaan sekuritas, tak membuat Bernadus lupa dengan fokus investasinya. Bernadus terus mengasah kemampuannya, dan mulai belajar berinvestasi saham, ikut beberapa pelatihan, kelas pasar modal, hingga rajin membaca dan me-review laporan-laporan keuangan yang berkaitan dengan fundamental perusahaan.

Saham pertama Bernadus kala itu adalah saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI). Saham ini menjadi pilihan Bernadus karena ia memahami perusahaannya, mengenal perusahaannya, berada di banyak lokasi, terjangkau, dan bisnisnya susah untuk bangkrut.

“Itu saya pelajari dari edukasi pertama saya di pasar modal. Karena saya dari kampung, Sleman-Yogyakarta saya melihat di setiap kecamatan itu pasti ada BRI. Dan jika posisi saat itu masih saya hold, keuntungannya mungkin sudah 70 persen (dari 5 tahun yang lalu), dari Rp 2.500 per saham, dan sekaran di Rp 4.250-an per saham,” jelas Bernadus.

Di PT Sucor Sekuritas, Bernadus bertugas membangun sistem online trading yang memfasilitasi nasabah perusahaan untuk melakukan trading melalui perangkat komputer, Android hingga iOS. Bernadus mengatakan, ia sempat mengalami kegagalan di tahun pertama kala mengerjakan online trading platform. Hal ini lantaran adanya perbedaan antara sistem kerja IT perbankan dengan sistem kerja IT sekuritas.

Namun dia mendapat kesempatan kedua untuk memperbaikinya. Di tahun 2018, berkat kerja keras Bernadus dan tim, PT Sucor Sekuritas berhasil meluncurkan platform online trading.

“Sebelumnya PT Sucor Sekuritas enggak punya online trading, tahun 2018 saya dan tim berhasil merilis aplikasi tersebut, dan memacu kita untuk lebih semangat lagi karena aplikasi online trading suatu saat akan booming, layaknya perusahaan Gojek, Tokopedia, dan Traveloka. Dari situ, saya juga mikir bagaimana meningkatkan penetrasi keuangan orang-orang supaya mereka eager to learn, eager to invest, dan eager to use our apps,” jelas dia.

Karir Bernadus terus melesat. ia selanjutnya naik pangkat di posisi Vice President - Head Of Business Development di tahun 2018. Kinerja yang semakin matang mendorong Bernadus menempati posisi Director Equity & Business Development di tahun 2020. Puncaknya, 7 bulan kemudian Bernadus pun didaulat menjadi CEO PT Sucor Sekuritas.

Dalam melakukan investasi, Bernadus menganut metode swing trading atau strategi jual beli saham dengan aset yang ingin diperjualbelikan akan ditahan (hold) selama beberapa hari atau beberapa minggu lalu akan dijual pada saat harga saham tersebut mencapai nilai yang tertinggi.

“Kalau saya pribadi portofolio saya lebih heavy di swing trading, itu harian sampai mingguan dan jangka pendek. Jika terjadi tren patah, saya jual. Nanti kalau sudah bottoming dan ada pantulan lagi saya buyback. Tapi yang saya trading-kan sahamnya enggak banyak, itu-itu saja kebanyakan,” ujar dia.

Tips investasi

Pria yang gemar menghabiskan waktu senggang dengan berolah raga, dan karaoke ini berpesan kepada para milenial dan Gen Z, agar bisa berinvestasi sejak dini, dan memiliki pengetahuan yang memumpuni dalam berinvestasi. Hal ini menjadi penting, agar bisa mencapai stabilitas finansial lebih awal.

Salah satu yang terpenting adalah membangun pilar dengan benar. Pertama, memastikan pemasukan atau income yang stabil, sebelum memulai investasi. Karena investasi memiliki risiko, dan tidak semua orang bisa mengendalikan risiko investasi.

Kemudian, memahami bahwa menggunakan dana panas untuk investasi sangat tidak direkomendasikan. Selanjutnya, harus memahami financial planning, dan analisis fundamental sebelum membeli saham.

“Sebelum kita beli saham, kita harus tau dulu perusahaan apa yang kita beli. Bagaimana cash flow-nya, balanced-nya, dan bagaimana profit and lost report-nya, valuasinya, dan perbandingan dengan kompetitor bagaimana, serta prospek bisnis ke depannya seperti apa,” ujar dia.

Investor juga harus memahami analisis teknikal, seperti kapan mulai masuk, dan kapan mulai keluar, kapan harus stop loss, dan kapan harus taking profit.

Bernadus pun mengungkapkan keinginannya untuk bisa mengedukasi 10 juta milinial dan Gen Z Indonesia menjadi seorang investor. Saat ini baru 50.000 – 60.000 orang yang sudah teredukasi, dan masuk sebagai jumlah nasabah di perusahaannya.

“Target saya bisa mengedukasi 10 juta anka muda di Indonesia, sehingga mereka yang tidak mengalami apa yang saya alami dulu, di mana saya dulu tidak memahami finansial, tidak tahu investasi apa saja, dan seandainya saya tau lebih dini, saya bisa lebih awal mengantisipasi kesalahan bodoh dalam hidup saya saat melakukan investasi dan pengelolaan keuangan. Mudah-mudahan tahun 2030 tercapai sehingga ekonomi Indonesia bisa menjadi lebih solid, anak mudanya cerdas, dan investasi kita semakin maju,” tegas dia.

https://money.kompas.com/read/2021/11/08/103900526/masuk-forbes-30-under-30-bernadus-wijaya-dari-gagal-indonesia-idol-hingga-jadi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke