Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Dua Pahlawan UMKM Beri Kesempatan Kerja bagi Ratusan Orang

KOMPAS.com – Setiap 10 November, Indonesia memperingati Hari Pahlawan. Momen ini merupakan bentuk penghormatan terhadap para pahlawan yang gugur dalam mempertahankan kemerdekaan, khususnya pada Pertempuran Surabaya 10 November 1945.

Zaman sekarang, semangat kepahlawanan bukan lagi diperuntukkan melawan bentuk-bentuk kolonialisme, melainkan berjuang memberikan kontribusi nyata bagi sekitar. Salah satunya, seperti yang dilakukan para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Sektor UMKM merupakan pahlawan ekonomi nasional. Berdasarkan laporan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop dan UKM), sektor ini mampu berkontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 61,1 persen atau senilai Rp 8,5 triliun pada 2018.

Adapun kontribusi UMKM mencakup penyerapan tenaga kerja sebesar 97 pesen dan menghimpun investasi hingga 60,4 persen.

Atas dasar itu, pemerintah menaruh fokus besar terhadap pemberdayaan UMKM, termasuk saat pandemi Covid-19. Sektor ini diharapkan mampu menjadi tiang ekonomi bagi masyarakat maupun nasional, seperti yang dilakukan Muhammad Shidiq (31) dan M Dandi Sepsaditri (32).

Kedua pelaku UMKM itu berhasil menjadi pahlawan bagi masyarakat sekitar melalui bisnis yang ditekuni. Shidiq dengan usaha kuliner dan Dandi dengan usaha sepatu.

Dengan memanfaatkan teknologi digital, usaha keduanya terus berkembang dan menjadi sumber pendapatan bagi ratusan karyawan. Tak berhenti sampai di situ, mereka juga ikut memberdayakan komunitas sekitar seperti penjual dan pengrajin lokal.

Buka ratusan lapangan kerja baru

Pada 2012, Shidiq bersama dua sahabatnya mendirikan usaha sepatu dengan merek Geoffmax. Pendirian usaha ini didasari keinginan untuk memajukan produk lokal. Pasalnya, mereka melihat banyak anak muda yang terlalu terobsesi dengan merek luar negeri. Bahkan, sampai membeli barang replika.

Shidiq menuturkan, sebelum berkembang seperti sekarang, bisnis Geoffmax bermula dari toko kecil di Bandung dan dibantu enam karyawan. Kini, usaha alas kaki tersebut sudah bisa mempekerjakan 150 karyawan.

Tak hanya itu, Geoffmax juga mampu menyerap komunitas dan masyarakat sekitar, terutama anak putus sekolah. Mereka diberdayakan melalui pabrik kecil Geoffmax.

“Saya percaya, jika memang memiliki etos kerja baik, semua berhak mendapatkan kesempatan untuk bekerja, terlepas dari apa pun latar belakangnya,” imbuh Shidiq.

Ia menjelaskan, perkembangannya Geoffmax tak terlepas dari peran teknologi digital. Setelah beberapa tahun berdiri, Shidiq melihat belanja online semakin tren. Akhirnya, ia mulai berjualan di media sosial dan Shopee.

“Kami bersyukur banget karena digitalisasi bisnis, Geoffmax jadi bisa berkembang,” katanya.

Khusus Shopee, Shidiq melanjutkan, e-commerce ini menjadi tumpuan bagi usahanya selama pandemi. Sebab, sebanyak 80 persen pesanan datang dari Shopee. Pun, bersama platform ini, Geoffmax juga berhasil mewujudkan cita-cita untuk menjual produk ke luar negeri.

“Gak nyangka juga sekarang bisa ekspor ke Malaysia, Singapura, dan Filipina. Setiap bulan, ada ratusan produk yang udah bisa kami ekspor. Jualan ke luar negeri segampang jualan di Indonesia. Semuanya dibantu oleh Shopee,” terangnya.

Untuk produk, Shidiq mengatakan, Geoffmax mengusung konsep old school sebagai ciri khasnya. Bahan baku sepatu diambil dari penjual kain lokal dan penjahit di sekitaran tempat produksi Geoffmax.

Dalam perjalanannya, Geoffmax kerap berkolaborasi dengan merek-merek lokal dari daerah lain, seperti Malang, Batu, Bogor, Banjarbaru, dan Bali.

Berawal dari gerobak pinjaman

Dandi merupakan pendiri usaha kuliner dengan nama Baso Aci Akang. Kegemarannya menyantap bakso aci kemasan pada 2015 menjadi alasan usaha ini didirikan. Apalagi, saat itu, kuliner tersebut tengah menjadi tren di masyarakat.

“Saya memberanikan diri pindah ke Tangerang. Sejak saat itu, saya memutuskan untuk mendirikan bisnis Baso Aci Akang pada 2018 bermodalkan uang sebesar Rp 8 juta, gerobak pinjaman dari tetangga, dan tempat sewaan di dalam komplek perumahan yang kurang strategis,” tuturnya.

Belum lama mereguk nikmat dari usahanya, Dandi dihadapkan dengan pandemi Covid-19. Hal ini berdampak pada omzet usaha secara signifikan.

Meski begitu, ia tak patah arang dan pelan-pelan beradaptasi keadaan. Dandi mengadopsi pembayaran digital ShopeePay yang menjadi tren selama pandemi.

Beruntung, platform tersebut kerap menghadirkan kampanye dan promo menarik sehingga mendorong jumlah transaksi pelanggan. Alhasil, pendapatan Baso Aci Akang meningkat, meski dalam situasi pandemi.

Menurutnya, digitalisasi tidak hanya membuat UMKM lokal mampu bertahan, tapi juga bisa berdaya dan bermanfaat bagi komunitas sekitarnya.

Selama tiga tahun beroperasi, Baso Aci Akang berhasil memiliki 108 gerai yang tersebar di Lampung, Jawa, dan Bali.

Dandi menuturkan bahwa ia tak menyangka bisnis yang berawal dari modal minim dan gerobak pinjaman bisa membuka lapangan kerja bagi banyak orang. Kini, ia mampu mempekerjakan 600 karyawan.

Selain itu, Baso Aci Akang juga mampu memberdayakan UMKM lokal di sekitarnya sebagai pemasok tetap bahan baku produk usaha.

“Bagi saya, UMKM lokal adalah pahlawan yang secara tidak langsung berjuang dalam menjaga perekonomian Indonesia. Bangga banget,” ungkap Dandi.

Ke depan, melalui Baso Aci Akang, Dandi berkomitmen untuk membuka lebih banyak lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia.

“Selain itu, saya juga akan memberikan manfaat bagi karyawan dengan memberikan akses untuk mendapatkan nafkah yang cukup serta pendidikan yang layak,” ujar Dandi.

https://money.kompas.com/read/2021/11/10/095200626/kisah-dua-pahlawan-umkm-beri-kesempatan-kerja-bagi-ratusan-orang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke