Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menyusuri Pembangkit EBT Modern PLTA Rajamandala

Tak jauh dari gedung, terlihat aliran sungai mengalir deras. Meski tampak kecil, gedung ini mampu memproduksi listrik mencapai 496 Megawatt hour (MWh) per hari dan 181 Giga Watt hour (GWh) per tahun.

Direktur Utama Indonesia Power, M Ahsin Sidqi mengatakan, PLTA Rajamandala merupakan pembangkit dengan teknologi modern hasil kerja sama IP dengan Kansai Electric Power Company dari Jepang.

Kepemilikan saham terbesar ada di IP sebesar 51 persen dan Kansai Electric Power Company yang menjadi PT Rajamandala Electric Power sebesar 49 persen.

"PLTA ini wujud untuk mencapai target Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) sebesar 23 persen EBT pada 2025," ujar Ahsin di Bandung, Jumat (12/11/2021).

Ahsin menjelaskan, PLTA Rajamandala merupakan pembangkit modern. PLTA Rajamandala memanfaatkan aliran sungai Citarum yang merupakan keluaran dari PLTA Saguling dengan menggunakan turbin Vertical Kaplan.

PLTA ini tidak memerlukan pembangunan waduk atau bisa disebut dengan kategori PLTA run-of-river.

Listrik dari pembangkit yang menyerap investasi sebesar 150 juta dollar AS ini dihasilkan dengan memanfaatkan debit air 168 meter kubik dan ketinggian jatuh air (gross head) 34 meter.

Karena itu, dalam pengoperasiannya, PLTA Rajamandala menerapkan teknologi terbaru pada konstruksi pipa pesat, spiral case, dan labirin waterway dengan menggunakan bahan beton bertulang serta teknologi yang efisiensi pada sisi turbin kaplan.

Ahsin menambahkan, listrik yang dihasilkan dari PLTA Rajamandala memperkuat sistem interkoneksi kelistrikan Jawa-Bali. Listrik tersebut dipasok melalui jaringan transmisi bertegangan 150 kilo Volt (kV) Cianjur-Cigereleng.

Selain itu, pasokan listrik dari PLTA yang menempati lahan sekitar 40 hektare tersebut juga menjadi backup sistem kelistrikan di wilayah Jawa Barat.

Sementara itu, Direktur Utama PLN, Zulkifli Zaini menyampaikan, kehadiran PLTA Rajamandala bukan sekadar pembuktian komitmen Indonesia dalam mewujudkan dunia yang lebih ramah lingkungan.

PLTA ini menjadi bukti bahwa pembangkit EBT berbasis air sebagai energi bersih, juga memenuhi pilar-pilar Sustainable Development Goals (SDGs), salah satunya yaitu pilar pembangunan lingkungan.

"Terlebih potensi PLTA di Indonesia masih sangat besar. Potensi ini bisa menjadi peluang kerja sama semua pihak untuk bisa mempercepat net zero carbon pada 2060 mendatang," pungkasnya.

https://money.kompas.com/read/2021/11/15/144000426/menyusuri-pembangkit-ebt-modern-plta-rajamandala

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke