Jokowi menyebut, perusahaan listrik dan migas milik negara itu mempersulit masuknya investasi di tubuh mereka sendiri. Padahal pada titik tertentu, Jokowi melihat seharusnya investasi tersebut bisa jalan dengan mudah.
"Ruwetnya itu ada di birokrasi kita dan di BUMN kita sendiri. Terus saya kadang-kadang pengin marah untuk sesuatu yang saya tahu, tapi kok sulit banget dilakukan. Sesuatu yang gampang, kok' sulit. Kok' enggak jalan-jalan," kata Jokowi dalam saat memberi arahan kepada komisaris dan direksi PLN dan Pertamina, Sabtu (20/11/2021).
Jokowi juga bertanya-tanya alasan PLN lambat mentransisi energi fosil ke energi terbarukan. Padahal Indonesia memiliki kekuatan besar untuk mengembangkan itu.
Indonesia memiliki kapasitas geotermal hingga 24.000 megawatt (MW). Sementara untuk pengembangan hidro power, Indonesia punya lebih dari 1.000 sungai besar tersebar di Indonesia.
Dari dua sungai saja, kata Jokowi, Indonesia bisa menghasilkan kapasitas hidro power sampai 37.000 megawatt. Rinciannya, Sungai Kayan di Kalimantan Utara menghasilkan 13.000 MW dan Sungai Mamberamo di Papua menghasilkan 24.000 MW.
"Baru dua sungai. Kenapa kita enggak segera masuk ke sana? Kita ini ditanya oleh dunia, Indonesia itu punya kekuatan yang besar sekali," beber Jokowi.
Jika masalahnya terletak pada pendanaan, PLN bisa menggandeng pihak lain untuk menyuntik investasi. Menurut Jokowi, ruang investasi harus dibuka lebar-lebar, bukan justru malah dipersulit
Dia tidak ingin citra baik Indonesia mengenai pengurusan investasi yang sudah mulai membaik kembali dianggap jelek oleh negara lain gara-gara ulah BUMN.
"Kita sendiri pusing betul berhubungan baik dengan birokrasi maupun BUMN. Jangan sampai persepsi runtuh gara-gara apa yang saya sampaikan tidak bisa dikerjakan dengan cepat," pungkas Jokowi.
https://money.kompas.com/read/2021/11/20/183000226/bumn-bikin-ruwet-investasi-jokowi--saya-kadang-kadang-pengin-marah-