Namun demikian, Bank Indonesia (BI) menilai, kecepatan pemulihan ekonomi di negara maju dan negara berkembang berada di level yang berbeda.
“Kalau kita lihat, negara maju dan negara berkembang kecepatan pertumbuhan ekonomi berbeda,” ujar Asisten Gubernur BI, Aida S. Budiman, dalam gelaran Bank Indonesia Bersama Masyarakat (BIRAMA) 2021, Kamis (2/12/2021).
Perbedaan kecepatan pertumbuhan ekonomi itu utamanya didorong oleh dua aspek utama.
Aida yang telah mendapatkan restu dari DPR untuk menjadi Deputi Gubernur BI mengatakan, aspek pertama yang mempengaruhi kecepatan pemulihan ekonomi ialah kemampuan suatu negara dalam mengeluarkan stimulus terhadap perekonomian.
“Ada perbedaan kemampuan negara untuk melakukan stimulus atau bantuan kepada perekonomian. Stimulus moneter, stimulus fiskal,” katanya.
Aspek penting lainnya ialah, kemampuan suatu negara dalam mendapatkan vaksin Covid-19. Dengan semakin tingginya tingkat vaksinasi Covid-19, suatu negara akan lebih cepat melakukan pembukaan berbagai aktivitas perekonomian.
“Negara maju mendapatkan vaksin lebih banyak dibanding negara berkembang. Sekarang rata-rata di negara maju tingkat vaksinasi mencapai 66 persen, dibandingkan negara berkembang di kisaran 30 persen,” tutur Aida.
Namun demikian pada tahun 2022, BI memproyeksikan, kecepatan pertumbuhan ekonomi global akan lebih seimbang, selaras dengan penyebaran vaksin Covid-19 yang semakin masif ke berbagai negara.
“Maka sumber pertumbuhan ekonomi tadi lebih merata juga,” ujar Aida.
Lebih lanjut Aida bilang, pada tahun ini pertumbuhan ekonomi global diprediksi dapat mencapai level 5,7 persen. Sementara untuk tahun 2022, pertumbuhan ekonomi diproyeksi sedikit melambat ke level 4,4 persen.
“Bukan artinya 4,4 persen lebih rendah dari 5,7 persen. Karena 5,7 persen datang dari -3,1 persen. Sedangkan 4,4 persen datang pada proses normalisasi,” ucap dia.
https://money.kompas.com/read/2021/12/02/113308926/bi-negara-maju-dan-berkembang-punya-kecepatan-pemulihan-ekonomi-berbeda