Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

APBN Mulai Pulih, Sri Mulyani Perkecil Penarikan Utang dari SBN Rp 263,5 Triliun

Pengurangan ini terjadi seiring membaiknya proyeksi outlook penerimaan APBN, baik dari sisi pajak maupun dari sisi penerimaan negara bukan pajak (PNBP).

"Sekarang tahun 2021 kita lihat cerita pemulihan ekonomi, rakyat dibantu dengan APBN, namun di sisi lain APBN juga mulai pulih dengan penerimaan negara yang mengalami penguatan yang luar biasa, sehingga tahun ini kita mengurangi penerbitan utang kita hingga Rp 263 triliun," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, Selasa (21/12/2021).

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini mengungkap, turunnya penarikan utang juga terjadi karena pemerintah memutuskan untuk mengoptimalisasi penggunaan Saldo Anggaran Lebih (SAL).

Tercatat, Silpa tahun 2020 lalu mencapai Rp 216,4 triliun, sementara Silpa tahun ini diproyeksi lebih kecil. Hingga November 2021, Silpa berada di angka Rp 31,6 triliun.

Karena optimalisasi inilah, penerbitan SBN melalui lelang dan SBN ritel tahun 2021 sudah selesai dilaksanakan. Pembiayaan utang hingga November 2021 sudah mencapai 88 persen dari target APBN.

Adapun rencana penerbitan SBN dengan skema SKB III dengan Bank Indonesia (BI) sisa Rp 157 triliun, yang rencananya akan diterbitkan pada akhir Desember 2021.

"Kita gunakan silpa mencapai Rp 216 triliun, Silpanya yang tahun lalu sangat besar digunakan sehingga kita kurangi penerbitan SBN, di sisi lain Silpa tahun ini akan jauh lebih rendah," tutur Sri Mulyani.


Defisit APBN

Berkurangnya penerbitan SBN membuat defisit anggaran hingga November lebih rendah atau -31 persen secara tahunan (year on year/yoy) mencapai Rp 611 triliun. Defisit setara 3,63 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) RI.

Tahun lalu, defisit mencapai Rp 885,1 triliun atau 5,73 persen terhadap PDB. Defisit yang rendah ditopang oleh pendapatan negara yang sudah mencapai Rp 1.699,4 triliun atau terealisasi 97,5 persen dari target APBN.

"Defisit APBN mengalami penurunan yang sangat drastis. Tahun lalu bulan November 5,7 persen dari PDB, skrg posisi November 2021 adalah 3,63 persen dari PDB," ucap dia.

Penerimaan perpajakan tumbuh

Secara lebih rinci, pendapatan negara ditopang oleh penerimaan perpajakan dan PNBP. Penerimaan perpajakan tumbuh 18,6 persen (yoy) mencapai Rp 1.314,8 triliun, atau sudah mencapai 91 persen dari target APBN Rp 1.444,5 triliun.

Penerimaan perpajakan ini terdiri dari penerimaan pajak sebesar Rp 1.082,6 triliun serta kepabeanan dan cukai Rp 232,3 triliun. Penerimaan pajak tumbuh 17 persen (yoy), sementara bea dan cukai tumbuh 26,6 persen (yoy). Porsinya masing-masing sudah 88 persen dan 108 persen terhadap APBN 2021.

"Dan ini adalah cerita mengenai pemulihan ekonomi dan pemulihan APBN kita yang mulai mengalami penyehatan kembali, karena Covid menghantam semuanya, menghantam rakyat dalam bentuk kesehatan, menghantam ekonomi, dan menghantam APBN," pungkas Sri Mulyani.

https://money.kompas.com/read/2021/12/21/130632126/apbn-mulai-pulih-sri-mulyani-perkecil-penarikan-utang-dari-sbn-rp-2635-triliun

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke