Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menilik Prospek Saham ANTM, TINS, dan PTBA Tahun 2022

PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan PT Timah Tbk (TINS) mencatatkan kenaikan laba bersih, terdorong kenaikan harga komoditas andalan masing-masing emiten.

Lantas, bagaimana prospek ketiga emiten tambang pelat merah ini pada tahun depan?

Analis Panin Sekuritas Timothy Wijaya menilai, komoditas logam dasar punya prospek yang baik pada tahun 2022.

Sektor metal mining akan kembali menjadi sorotan setelah krisis energi yang membatasi penggunaan listrik di China dan India diperkirakan dapat mereda pada kuartal kedua 2022.

Walaupun penggunaan nikel untuk kegiatan industri sempat melemah di tengah krisis energi, permintaan terhadap nikel tetap meningkat seiring industri baterai dan mobil listrik yang sedang berkembang pesat.

ANTM juga memiliki prospek usaha nikel yang menjanjikan. Saat ini ANTM sudah mengoperasikan tiga smelter nikel dengan kapasitas 27.000 ton feronikel per tahun. Selebihnya, ANTM sedang pada tahap akhir pembangunan smelter di Halmahera yang akan menambah kapasitas produksi sebesar 13.500 ton dan ditargetkan beroperasi di 2022.

Di segmen emas, walaupun harga emas sempat mengalami koreksi, patut dicermati bahwa ANTM melakukan gold refining. Emas bullion yang diimpor kemudian dilebur, agar tingkat kemurniannya meningkat dari 99,5 persen menjadi 99,99 persen, sebelum dijual kembali pada pasar domestik yang kemudian dikenal sebagai emas Antam.

Sementara untuk TINS, Timothy memperkirakan produksi darat TINS dapat secara bertahap meningkat kembali pada 2022, seiring dengan penertiban tambang ilegal (liar).

Selain itu, melihat cadangan timah Indonesia yang tersisa sekitar 25 tahun, pemerintah berencana untuk mengeluarkan kebijakan baru, yakni persetujuan rencana kerja anggaran dan belanja (RKAB) kini tidak lagi akan diterbitkan oleh pemerintah provinsi, tetapi melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Sehingga ke depan, perusahaan yang tidak memiliki sumber daya cadangan, tidak bisa lagi memproduksi dan mengekspor timah. Kebijakan tersebut dinilai dapat meredam jumlah penambangan liar oleh masyarakat.

Neraca keuangan TINS juga membaik. TINS tercatat memiliki sejumlah utang obligasi dan sukuk ijarah yang diterbitkan pada tahun 2017 dan 2019 dengan total nominal Rp 1,8 triliun yang belum dibayarkan, dan jatuh tempo pada tahun 2022 dan 2024 mendatang. Jumlah ini menurun 11,3 persen secara year-on-year (yoy).

Selain itu, emiten yang berbasis di Bangka Belitung ini mencatatkan penurunan pinjaman sebesar 46,2 persen secara yoy menjadi Rp 2,2 triliun. Timothy melihat neraca TINS mengalami penguatan dengan net gearing yang menurun menjadi 0,54 kali, berbanding dengan net gearing pada periode yang sama tahun lalu sebesar 1,3 kali.

“Kami memperkirakan neraca TINS dapat kembali menguat di tahun 2022 setelah pelunasan pembayaran obligasi dan sukuk yang jatuh tempo senilai Rp 1 triliun,” ucap Timothy.

Sementara itu, PTBA dibayangi ketidakpastian jangka panjang seiring pengetatan kebijakan investasi terkait batu bara (termasuk proyek pembangkit listrik batubara) yang dapat mengurangi permintaan batubara dalam jangka panjang.

Industri batu bara juga dibayangi pemulihan pasokan. Analis RHB Sekuritas Fauzan Luthfi Djamal mengatakan, dalam jangka pendek China berkomitmen untuk meningkatkan pasokan domestiknya untuk menjaga harga batu baranya tetap rendah.

Fauzan meyakini, China akan mengurangi ketergantungan impor batubara, meskipun Pemerintah Pusat telah membuka kuota sekitar 300 juta ton untuk impor batu bara seaborne lintas laut. Permintaan batubara dari wilayah regional tetap menjadi pendorong harga.

RHB Sekuritas menyebut, valuasi PTBA memang murah, tetapi didukung outlook sektor batu bara. Daya tarik PTBA terganjal harga batubara yang lesu, yang berada di kisaran 150 dollar AS per ton dalam sebulan terakhir.

RHB Sekuritas menurunkan (downgrade) saham PTBA, dari trading buy menjadi netral dengan target harga Rp 2.900.

Sementara Timothy merekomendasikan beli saham TINS dengan menaikkan target harga menjadi Rp 1.900 dari sebelumnya Rp 1.700. Timothy juga merekomendasikan beli saham ANTM dengan target harga Rp 3.300. (Akhmad Suryahadi)

Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul Menakar Prospek ANTM, TINS, PTBA, Mana yang Lebih Menarik?

https://money.kompas.com/read/2021/12/27/061000326/menilik-prospek-saham-antm-tins-dan-ptba-tahun-2022

Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke