Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Melihat Kampung Pempek di Palembang, Omzet Hingga Rp 5 Juta Per Hari

Kawasan 7 Ulu memang dikenal sebagai Kampung Pempek. Bahkan, di sini pula kuliner yang sudah sulit dijumpai saat ini pun dapat ditemukan.

Menyusuri lorong di kawasan tersebut hingga ke bantaran Sungai Musi maka dapat dilihat kesibukan warga saat membuat berbagai jenis kuliner, yang sebagian besar dilakukan di dalam rumah panggung mereka.

Umi, pemilik merek dagang Pempek Umi mengatakan kepiawaiannya dan warga sekitar dalam membuat pempek ini diperoleh secara turun temurun.

Mereka membuat adonan yang terdiri dari ikan, tepung terigu, air dan garam. Lalu adonan itu dibuat menjadi beraneka ragam pempek seperti telur, adaan, pistel, keriting, kulit, tahu dan lainnya.

Kemudian, sejumlah orang yang sebagian besar warga setempat akan menjajakannya ke pasar. Itulah rutinitas warga Kampung Tanggo Rajo 7 Ulu di pagi hari hingga petang.

Ada yang langsung jual di depan rumah sendiri, atau dibawa lagi ke Pasar 16 oleh orang lain. Buatan kami ini istilahnya pempek seribuan, kata Umi di Palembang, Sabtu (25/12).

Cara berbisnis Umi relatif tak berbeda dibandingkan puluhan tahun lalu atau sama seperti yang dilakukan orangtuanya.

Secara Online

Hanya saja, setahun terakhir ia mulai merambah metode berjualan secara online. Melalui cara itu, ia mengalami kenaikan omzet hingga mampu menambah tenaga kerja.

Dalam satu hari, ia meraup omzet sekitar Rp 5 juta, dengan mempekerjakan sekitar 10 orang tetangganya.

“Ada yang jualan pakai keranjang, ada juga yang pakai gerobak dorong. Banyak yang ambil barang ke saya saat ini,” kata dia.

Siti Aisyah, salah seorang warga setempat yang bekerja sama dengan Umi mengatakan setiap hari ia memesan 200 buah pempek untuk dijual ke Pasar 16 menggunakan gerobak dorong.

"Saya kerja sama dengan Umi, nanti jika tidak laku ya dikembalikan lagi ke Umi. Saya ambil 4 buah pempek harganya Rp 3.000, nanti saya jual satuannya Rp 1.000, kata dia.

Tak hanya Umi. Di kampung yang bagian belakangnya menghadap ke Benteng Kuto Besak ini terdapat beberapa pelaku UMKM lainnya yang menerapkan pola bisnis yang sama.

Jika mengunjungi kampung ini pada pagi hari maka akan dijumpai puluhan pedagang berarak ke luar lorong dengan membawa keranjang atau gerobak dorong berisikan pempek.

Pembiayaan

Sebagian besar pelaku usaha di kawasan ini merupakan UMKM binaan Bank Pembangunan Daerah (BPD) Bank Sumsel Babel (BSB). Bank ini sudah melakukan pembinaan sejak setahun terakhir dengan menyalurkan kredit pembiayaan tanpa bunga.

Direktur Utama PT Bank Sumsel Babel Achmad Syamsudin mengatakan, kredit yang diberikan itu berkisar Rp 2 juta hingga Rp 3 juta per nasabah.

Melalui kredit tanpa bunga ini diharapkan para warga di kampung pempek tersebut termotivasi untuk berbisnis. BSB akan mengawal terciptanya ekosistem bisnis pempek yang menguntungkan di lokasi tersebut bekerja sama dengan Pemerintah Kota Palembang.

BSB juga memberikan pelatihan kewirausahaan ke pelaku UMKM setempat agar produknya bisa dipasarkan ke luar kota hingga mendapatkan sertifikat halal.

Sementara itu, Wali Kota Palembang Harnojoyo mengatakan kemunculan kampung pempek ini diharapkan dapat menambah daya pikat Kota Palembang bagi wisatawan.

Sejauh ini, BSB sudah menyanggupi untuk membantu pembangunan infrastruktur pintu air untuk mencegah sampah masuk ke kampung.

Pengamat ekonomi asal Universitas Sriwijaya Isni Adriana mengatakan desa wisata diharapkan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru di Tanah Air karena sektor pariwisata kini menjadi salah satu andalan di dalam negeri.

“Jika ini dapat disinergikan dengan perusahaan berupa perealisasian dana CSR, maka saya rasa ini demikian tepat guna karena manfaat dapat dirasakan masyarakat secara langsung karena dapat menggerakkan perekonomian masyarakat,” kata Isni.

https://money.kompas.com/read/2021/12/27/173925226/melihat-kampung-pempek-di-palembang-omzet-hingga-rp-5-juta-per-hari

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke