Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kaleidoskop 2021: Tahun Penuh Harapan bagi Pelaku UMKM

Namun tidak dipungkiri bahwa hadirnya pandemi Covid-19 membuat hampir seluruh UMKM terdampak. Bahkan berdasarkan Survei Komunitas UMKM Naik Kelas bulan April 2020, 83 persen UMKM berpotensi gulung tikar.

Hasil rilis dari Katadata Insight Center (KIC) juga menunjukkan bahwa mayoritas UMKM sebanyak 82,9 persen merasakan dampak buruk dari pandemi dan hanya 5,9 persen yang merasakan pertumbuhan positif.

Selain itu, Bank Dunia juga mencatat ada sebanyak 86 persen pelaku UMKM yang mengalami penurunan penjualan di awal pandemi Covid-19. Pelaku UMKM juga mengalami kesulitan dalam hal finansial.

Hal lainnya yang membuat pandemi terasa sangat menyulitkan bagi UMKM adalah sulitnya mendapatkan bahan baku, memperoleh modal, pelanggan yang menurun, hingga distribusi dan produksi yang terhambat.

Tahun penuh harapan

Tahun 2021 menjadi tahun penuh harapan bagi pelaku UMKM. Sebab pemulihan kondisi akibat pandemi Covid-19 mulai terlihat.

Hasil survei Mandiri Institute pada 2021 misalnya, mengungkapkan bahwa kondisi UMKM pada kuartal II-2021 mulai membaik. Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan bahwa 85 persen responden menyebut kondisi usaha mulai berjalan normal pada kuartal II-2021.

"Tercatat terdapat 22 persen UMKM yang tadinya berenti beroperasi menjadi operasi secara normal di kuartal II 2021. Ini artinya masyarakat Indonesia terutama pelaku UKM telah keluar dari zona nyaman dan beradaptasi untuk bertahan," kata Teten dalam Webinar Jaga UMKM Indonesia di Jakarta, Kamis (5/8/2021).

Selain itu, berdasarkan survei Asian Development Bank terhadap 2.509 UMKM secara nasional menunjukkan bahwa pelaku UMKM yang harus tutup sementara akibat pandemi Covid-19 telah berkurang.

Pada kuartal II-2021, hanya 1,8 persen responden usaha kecil menyatakan tutup sementara akibat pandemi. Persentase itu lebih kecil dari periode Maret-April di 2020 yang mencapai 54,4 persen. 

UMKM yang tidak mencatat pendapatan sama sekali juga telah turun secara keseluruhan, walaupun penurunan pendapatan diantara pengusaha UMKM yang menjadi responden survei masih terus terjadi hingga tahun 2021.

“Usaha-usaha sudah mulai dibuka kembali. Ini menandakan bahwa Indonesia telah pindah ke tahap pemulihan ekonomi, tetapi risiko penurunan tetap ada,” kata Ekonom Senior ADB Shigehiro Shinozaki dalam webinar pada 19 Agustus 2021.

Para pelaku bisnis franchise merasakan ada "angin segar" setelah dipukul pandemi Covid-19 sejak 2020. Ketua Perhimpunan Waralaba dan Lisensi Indonesia Tri Rahardjo mengatakan, berdasarkan data yang dimilikinya di kuartal IV-2021, ada sebanyak 25 persen pelaku industri franchise sudah pulih hingga 100 persen.

"Kami melihat ada angin segar yang di mana berdasarkan data kami di kuartal IV-021 ternyata 25 persen pelaku industri franchise sudah pulih 100 persen. Artinya ini suatu hal yang menggembirakan," ujar Tri saat pembukaan Franchise Forum dan BizFest 2021 secara virtual, Selasa (7/12/2021).

Stimulus Pemerintah

Mulai pulihnya sektor UMKM tak lepas dari peran pemerintah menyediakan stimulus melalui berbagai kebijakan seperti tambahan bantuan modal, restrukturisasi pinjaman, keringanan pembayaran tagihan listrik, dan kebijakan pembiayaan lainnya.

Selain itu, pemerintah juga membuat kebijakan khusus yang dinamakan Kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang salah satunya ditujukan untuk pemulihan UMKM Indonesia.

Pemerintah menggelontorkan anggaran sebesar Rp 123,5 triliun atau 17,7 persen dari total anggaran sebesar Rp 695,2 triliun yang dikeluarkan untuk penanganan Covid-19 nasional tahun 2020.

Kemenkop UKM juga menghadirkan program Bantuan Langsung Tunai (BLT) UMKM atau Bantuan Produktif Usaha Mikro (BPUM) untuk membantu pelaku UMKM di masa pandemi. BLT yang disalurkan sebesar Rp 1,2 juta per penerima.

Selain itu, terdapat pula KUR yang telah disalurkan kepada 3,95 juta UMKM dengan nilai Rp 146 triliun. Penyaluran setara dengan 57,58 persen dari target Rp 253,4 triliun.

Di sisi lain, kian banyak pelaku UMKM yang memanfaatkan platform digital untuk memasarkan dagangannya. Berdasarkan survei Asosiasi E-commerce Indonesia, telah terjadi kenaikan penjualan e-commerce sebesar 25 persen selama pandemi Covid-19.

"Namun, tantangan dan masalah dalam digitalisasi seperti kurangnya literasi digital serta akses pasar yang menjadi pekerjaan bersama yang perlu diselesaikan,” kata Menkop UKM Teten Masduki.

Pemerintah juga mendorong para pelaku UMKM untuk ikut berjualan di platform digital (go digital) melalui melalui Program Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia. Ada 11,7 juta UMKM yang saat ini bergabung dengan program ini.

Pemerintah berharap jumlah UMKM yang go digital akan mencapai 30 juta pada tahun 2030 mendatang.

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah juga mencatat jumlah UMKM yang sudah masuk ke dalam ekosistem digital mencapai 12 juta lebih per Juni 2021, atau baru 19 persen dari UMKM nasional.

Pemerintah sendiri menargetkan sebanyak 30 juta pelaku UMKM untuk masuk ke dalam ekosistem digital pada tahun 2024.

"Transformasi digital di era pandemi ini menjadi sebuah keniscayaan sebab di tengah kebijakan PPKM dan PSBB itu sangat berdampak pada aktivitas usaha UMKM. Ini jelas berbeda dengan krisis 1998 atau krisis sebelumnya di mana UMKM kala itu menjadi bantalan atau striker untuk bangkitkan ekonomi," kata Staf Khusus Menteri Koperasi dan UKM Bidang Pemberdayaan Ekonomi Kreatif Fiki Satari dalam siaran persnya,Rabu (29/12/2021).

https://money.kompas.com/read/2021/12/29/114430626/kaleidoskop-2021-tahun-penuh-harapan-bagi-pelaku-umkm

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke