Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Optimisme Perbankan Hadapi Tahun 2022

JAKARTA, KOMPAS.com - Memasuki tahun 2022, laju pertumbuhan kredit perbankan nasional diproyeksi mengalami pertumbuhan yang lebih pesat. Hal ini selaras dengan optimisme pemulihan ekonomi nasional.

Bank Indonesia (BI) memproyeksikan, pada tahun ini kredit perbankan tumbuh pada kisaran 6 persen hingga 8 persen. Prediksi ini lebih tinggi dibanding dibanding proyeksi pertumbuhan keseluruhan tahun 2021, yakni di kisaran 4 persen sampai 8 persen.

Proyeksi pertumbuhan kredit perbankan yang lebih pesat juga disampaikan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). LPS memproyeksikan, penyaluran kredit perbankan dapat tumbuh di kisaran 5,1 persen hingga 8,9 persen.

Optimisme tersebut sejalan dengan pertumbuhan ekonomi nasional di kisaran 4,7 persen sampai 5,5 persen, juga lebih tinggi dari proyeksi pertumbuhan ekonomi 2021 di isaran 3,2 persen hingga 4 persen.

Dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang lebih pesat, kebutuhan pembiayaan perbankan pun turut terkerek. Pasalnya, pertumbuhaan produk domestik bruto (PDB) yang lebih tinggi membuat permintaan agregat meningkat.

Pada saat bersamaan, perbankan memiliki kemampuan permodalan yang memadai. Likuiditas perbankan nasional relatif longgar, seiring dengan terus tumbuhnya penghimpunan dana pihak ketiga (DPK).

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukan, hingga November 2021 Rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit dan Alat Likuid/DPK masing-masing sebesar 154,90 persen dan 34,24 persen, jauh di atas ambang batas ketentuan masing-masing pada level 50 persen dan 10 persen.

Optimisme Perbankan

Bukan hanya bank sentral dan otoritas saja, optimisme pertumbuhan kredit yang lebih pesat juga disampaikan oleh sejumlah bank raksasa nasional.

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk memproyeksikan, kredit akan tumbuh di kisaran 8 persen hingga 10 persen pada tahun 2022, di mana segmen mikro masih menjadi penggerak utama pertumbuhan kredit bank.

Dengan mulai tumbuhnya permintaan kredit dari segmen UMKM, bank dengan kode emiten BBRI itu akan lebih berfokus pada menjaga fundamental perseroan pada tahun ini, guna menciptakan pertumbuhan yang sehat dan berkelanjutan.

"Dalam penyaluran kredit, BRI menerapkan selective growth dengan memanfaatkan stimulus pemerintah serta melakukan eksplorasi sumber pertumbuhan baru diantaranya optimalisasi sinergi ultra mikro," ujar Sekretaris Perusahaan BRI, Aestika Oryza Gunarto, kepada Kompas.com.

Dalam penyaluran kredit, BRI akan mengandalkan business process yang optimal dan sistem yang efisien. Kedua hal itu disebut dapat mendukung upaya perseroan dalam penyaluran kredit di segmen mikro, termasuk Kredit Usaha Rakyat (KUR).

"Efisiensi penyaluran kredit didapatkan BRI melalui digitalisasi, dengan pemanfaatan resources kapabilitas IT dan business model yang sudah teruji saat ini, BRI mampu menjaga bottom line yang solid atau return yang optimal,” tutur Direktur Bisnis Mikro BRI, Supari.

Proyeksi pertumbuhan kredit tinggi juga dipatok oleh PT Bank Central Asia Tbk. Bank swasta terbesar ini memasang target pertumbuhan kredit di kisaran 7 persen hingga 8 persen pada tahun ini.

Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication BCA Hera F. Haryn mengatakan, perseroan melihat tren pertumbuhan kredit yang lebih baik pada tahun 2022.

Hal itu ditunjukan oleh meningkatanya permintaan kredit dari berbagai sektor usaha, di antaranya, minyak nabati/hewani, telekomunikasi, dan pembiayaan konsumen.

Pada saat bersamaan, bank swasta terbesar itu memiliki kemampuan pembiayaan yang relatif kuat, seiring dengan terus tumbuhnya penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) perseroan.

Sebagai informasi, hingga kuartal III-2021, BCA mencatatkan pertumbuhan DPK sebesar 18,3 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp 923,7 triliun.

Dengan adanya pertumbuhan tersebut, kondisi likuiditas BCA relatif longgar. Tercatat hingga September 2021 rasio pinjaman terhadap simpanan atau loan to deposit (LDR) sebesar 62 persen.

"BCA berharap pertumbuhan kredit akan tumbuh di kisaran 7 persen hingga 8 persen di tahun ini. Ditopang oleh likuiditas yang masih memadai dan harapan akan pemulihan ekonomi sehingga dapat mendorong permintaan kredit," tutur Hera.

Sementara itu, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk melihat, meskipun pandemi Covid-19 belum berakhir, sejak beberapa bulan terakhir kredit perbankan berada dalam tren positif. Terus tumbuhnya perekonomian nasional, membuat permintaan terhadap pembiayaan perbankan terkerek.

"Melihat kondisi tersebut tentunya kami sangat optimistis untuk meningkatkan kinerja tahun ini," ujar Sekretaris Perusahaan BNI, Mucharom.

Mucharom menjelaskan, salah satu fokus yang akan dilakukan perseroan pada tahun 2022 ialah melakukan ekspansi kredit. Berbagai inisiatif penguatan infrastruktur kredit dan perbaikan risk culture akan disiapkan oleh BNI untuk mendukung fokus tersebut.

Bank dengan kode emiten BBNI itu rencananya akan memaksimalkan penyaluran kredit di berbagai segmen. Ini selaras dengan target perseroan yang menciptakan pertumbuhan kredit lebih inklusif.

"BNI sebagai pelopor green banking juga akan terus memperkuat pembiayaan hijau tahun ini. Terlebih banyak nasabah kami yang mulai transformasi sehingga membutuhkan banyak dukungan produk perbankan," ujar Mucharom.

Berbeda dengan BNI, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk yang memang dikenal dengan kredit pemilikan rumah (KPR) masih akan fokus pada segmen properti.

Dengan mengandalkan segmen tersebut, bank dengan kode emiten BBTN itu menargetkan pertumbuhan kredit tahun 2022 dapat mencapai 10 persen.

Direktur Consumer and Commercial Lending BTN Hirwandi Gafar meyakini, tahun ini permintaan perumahan akan tetap tumbuh, tercermin dari tren saat ini terhadap permintaan rumah yang berfokus pada hunian kecil, urban area, area infrastruktur, dan kemudahan kepemilikan bagi WNA.

Selain itu, permintaan sektor perumahan diproyeksi tetap tumbuh selaras dengan tren pemulihan ekonomi yang akan berlanjut pada tahun depan.

"Dengan menimbang faktor-faktor di atas, maka pada tahun 2022, kami proyeksikan pembiayaan perumahan dapat tumbuh di atas pertumbuhan tahun 2021 yang bertumpu pada pertumbuhan KPR subsidi maupun non subsidi," tuturnya.

Optimisme juga ditunjukan oleh salah satu bank swasta terbesar di Indonesia, PT Bank CIMB Niaga Tbk. Bank dengan kode emiten BNGA ini telah menyiapkan sejumlah fokus bisnis, guna memaksimalkan potensi pemulihan ekonomi nasional.

"Kami tetap positif menyambut 2022, diharapkan ekonomi bangkit," ujar Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan.

Lani menjelaskan, dari sisi penghimpunan dana, perusahaan akan tetap fokus melanjutkan meningkatkan porsi dana murah atau Current Account Saving Account (CASA) terhadap dana pihak ketiga (DPK). Pemanfaatan teknologi digital masih akan menjadi strategi utama CIMB Niaga dalam mendorong tingkat CASA terhadap DPK.

Sementara itu dari sisi penyaluran kredit, Lani menyebutkan, segmen UMKM dan ritel akan menjadi fokus utama perusahaan pada tahun ini.

"Kami tetap dengan model bisnis universal, yang melayani nasabah koporasi dan juga komersial," ucap dia.

https://money.kompas.com/read/2022/01/06/083700426/optimisme-perbankan-hadapi-tahun-2022

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke