Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Penyusutan Jumlah Kantor Cabang Bank Berlanjut

Percepatan transformasi digital yang terjadi semenjak merebaknya pandemi Covid-19 membuat perbankan terus berbenah menata jaringan kantornya.

Pasalnya, digitalisasi pada sektor perbankan secara alami menyebabkan keberadaan dan fungsi kantor cabang bank konvensional berkurang, terefleksikan dengan jumlah transaksi melalui kantor cabang yang kian menyusut.

Pada saat bersamaan, transaksi perbankan melalui kanal non fisik, seperti SMS banking atau mobile banking terus tumbuh.

Sepanjang tahun lalu, berbagai bank pun memutuskan untuk menutup atau merelokasi kantor cabangnya, guna menjalankan bisnis yang lebih efisien.

Penutupan kantor cabang berlanjut tahun ini

Langkah-langkah penataan jaringan kantor bank tersebut masih akan berlanjut pada tahun ini. Sejumlah bank telah menyampaikan rencana penutupan atau relokasi kantor cabangnya untuk tahun 2022.

PT Bank CIMB Niaga Tbk misalnya. Bank dengan kode emiten BNGA ini berencana melakukan penutupan 8 kantor cabang di sejumlah wilayah pada tahun ini.

"Tahun ini rencana akan ada penutupan cabang, tetapi seikit sekitar 8, dan relokasi tetap kami lakukan," kata Presiden Direktur CIMB Niaga, Lani Darmawan, kepada Kompas.com, pada pekan lalu.

Penutupan dan relokasi itu selaras dengan jumlah transaksi perbankan yang semakin kecil. Pada saat bersamaan, transaksi perbankan secara digital kian mendominasi total transaksi perusahaan.

Asal tahu saja, sampai dengan September 2021, porsi transaksi perbankan CIMB Niaga yang dilakukan melalui kanal digital perbankan telah mencapai 96 persen dari total transaksi.

Namun demikian, Lani mengatakan, sebelum melakukan penutupan kantor cabang atau relokasi pihaknya terlebih dahulu melihat dan mempelajari tren di kantor cabang terkait terlebih dahulu.

"Memang betul bahwa transaksi di cabang tidak tumbuh, cenderung turun," ujarnya.

Adapun sampai dengan akhir 2021, bank swasta terbesar kedua itu memiliki 330 kantor cabang.

Sementara PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk juga berencana terus menata jaringan kantornya, seiring dengan langkah transformasi digital yang dilakukan perseroan.

Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto mengatakan, sampai dengan akhir tahun 2021, jumlah kantor cabang bank yang fokus pada segmen transformasi digital sebanyak 451 kantor.

Jumlah kantor cabang itu berkurang 10 kantor jika dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2020 dengan jumlah kantor cabang sebanyak 461 kantor.

"Secara alami jumlah kantor cabang akan berkurang, karena masyarakat makin terbiasa bertransaksi digital," kata Aestika.

Lebih lanjut Ia menjelaskan, secara alami, digitalisasi serta perubahan perilaku masyarakat menyebabkan keberadaan dan fungsi kantor cabang bank konvensional akan berkurang seiring dengan berjalannya waktu.

Oleh karenanya, BRI masih akan melanjutkan penataan jaringan kantor perseroan pada 2022. Penutupan akan dilakukan bank dengan kode emiten BBRI itu terhadap sejumlah outlet konvensional.

"Untuk tahun 2022 penutupan unit kerja BRI akan didominasi oleh Teras BRI dan BRI Unit," ujar Aestika.

Bank pelat merah lainnya, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk juga masih akan melajutkan pentaan jaringan unit kerjanya tahun ini. Kantor-kantor yang berlokasi di tempat kurang strategis akan ditutup.

Direktur Distribusi dan Pendanaan Ritel BTN Jasmin mengatakan, pada tahun ini perseroan berencana melakukan penutupan terhadap 27 outlet perbankan.

Meskipun melakukan penutupan, bank yang fokus bergerak di segmen properti itu juga akan menambah 33 kantor baru tahun ini. Itu terdiri dari dua kantor cabang syariah di Lampung dan Pontianak, serta 31 outlet kantor cabang pembantu (KCP).

"Seluruh strategi penataan jaringan kantor tahun 2022 ini dilakukan dalam rangka meningkatkan layanan kepada nasabah serta untuk mendekatkan jangkauan layanan bank," kata Jasmin.

Adapun sepanjang 2021, BTN telah merealisasikan penataan jaringan kantor sesuai dengan rencana bisnis bank (RBB) yang ditetapkan sebelumnya. BTN telah menutup 30 outlet kantor.

Sehingga per akhir Desember 2021, kantor cabang konvensional BTN mencapai 79 outlet dan kantor cabang syariah ada 29 outlet. Adapun KCP konvensional mencapai 542 outlet, KCP Syariah 61 otlet dan terdapat juga 7 kantor kas syariah.

Hampir 2.600 kantor cabang ditutup

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukan, sejak tahun 2017 hingga Agustus 2021 terdapat 2.593 jaringan kantor cabang yang ditutup.

Perkembangan digitalisasi menjadi salah satu alasan perbankan menutup kantor cabangnya. Sebab, jumlah transaksi kantor cabang terus menurun, sehinga efisiensi menjadi tidak terelakan.

Di sisi lain, transaksi SMS atau mobile banking justru meningkat. Transaksi ini meningkat dari Rp 1.159 triliun di tahun 2016 menjadi Rp 4.684 pada Agustus 2021, atau naik lebih dari 300 persen.

Transaksi internet banking juga meningkat dari Rp 13.223 triliun pada 2016 menjadi Rp 20.096 triliun di Agustus 2021, atau naik hampir 50 persen. Sementara transaksi uang elektronik meningkat dari Rp 5,28 triliun pada 2015 menjadi Rp 204,9 triliun di 2020, naik hampir 4.000 persen.

Kantor cabang masih diperlukan

Walaupun porsi transaksi digital semakin mendominasi, sejumlah bankir menilai, keberadaan kantor cabang atau outlet perbankan masih menjadi penting untuk melayani kebutuhan nasabah.

Meskipun volume transaksinya mengalami penyusutan, sejumlah bank mencatat, nilai transaksi melalui kantor cabang masih signifikan.

Dalam berbagai kesempatan Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk, Jahja Setiaatmadja menyampaikan, keberadaan kantor cabang masih sangat penting bagi operasional bank. Ini terefleksikan dari nilai transaksi di kantor cabang yang masih sangat besar.

Tercatat hingga September 2021, jumlah transaksi yang dilakukan melalui mobile banking dan internet banking BCA mencapai 88 persen total transaksi perseroan. Sementara transaksi yang dilakukan melalui kantor cabang hanya menyisakan 0,5 persen.

Meskipun demikian, nilai transaksi melalui kantor cabang BCA masih alami kenaikan, yakni sebesar 2,2 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp 9.413 pada akhir September 2021.

"Jadi cabang itu masih dibutuhkan, terutama untuk human contact," kata Jahja.

Sementara itu, Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication BCA, Hera F. Haryn mengatakan, meskipun pengembangan layanan digital menjadi salah satu fokus bisnis tahun ini, BCA tetap menyadari pentingnya peranan kantor cabang dalam melayani nasabah yang memiliki kebutuhan tidak dapat dilayani secara digital.

Oleh karenanya, di tengah tren penurunan jumlah kantor cabang perbankan yang terjadi, BCA justru menilai penambahan atau pengembangan kantor cabang masih diperlukan.

"BCA tetap memandang perlu untuk mengembangkan jaringan kantor cabang dengan tetap memperhatikan faktor efisiensi," ucap Hera.

https://money.kompas.com/read/2022/01/17/090800526/penyusutan-jumlah-kantor-cabang-bank-berlanjut

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke