Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sering Dianggap Mata Uang Islam, dari Mana Asal Dinar dan Dirham?

KOMPAS.com - Pernahkah mendengar dinar dan dirham? Sebagian orang mungkin akan mengaitkan dua mata uang berbasiskan logam mulia ini dengan alat tukar yang berlaku di kawasan negara-negara Arab.

Bahkan, dinar dan dirham juga kerapkali diidentikan dengan alat tukar di awal periode perkembangan Islam hingga abad pertengahan. Hal ini mengakibatkan persepsi bahwa dinar dan dirham adalah mata uang Islam.

Namun benarkah dinar dan dirham berasal dari kawasan Timur Tengah?

Dikutip dari laman Britannica, dinar adalah nama satuan moneter yang hingga saat ini masih digunakan di beberapa negara Arab seperti Tunisia, Aljazair, Irak, Yordania, Kuwait, Bahrain, dan Libya.

Dinar, bersama dengan dirham, mulai diperkenalkan sebagai mata uang Islam resmi pada akhir abad ke-7 masehi oleh Al Malik, khalifah kelima (685-705) dari Dinasti Umayyah.

Sebelum beredarnya banyak kertas, dinar dan dirham ini digunakan sebagai alat tukar resmi. Nilai mata uang ini tentunya berbasiskan logam mulia, yakni nilai sebenarnya atau setidaknya mendekati dari logam mulia sebagai bahan pembuatnya.

Berdasarkan hukum Syari'ah Islam, dinar adalah uang emas murni yang memiliki berat 1 mitsqal atau setara dengan 1/7 troy ounce yang berpedoman pada Open Mithqal Standard (OMS).

Sedangkan dirham, berdasarkan ketentuan OMS, memiliki kadar perak murni dengan berat 1/10 troy ounce. OMS adalah standar untuk menentukan berat dan ukuran dinar dan dirham modern.

Standar ini juga dikenal sebagai standar Nabawi karena berusaha untuk menduplikasi koin dinar dan dirham yang digunakan di zaman awal perkembangan Islam.

Asal dinar dan dirham

Dinar dan dirham sejatinya berasal dari mata uang yang berlaku di masa Romawi dan Persia. Mata uang dua negara adidaya itu kemudian diadopsi Bangsa Arab.

Dinar berasal dari Bahasa Persia, denarius. Dalam sudut pandang di era perkembangan Islam, dinar juga memiliki makna filosofis, din yang berarti agama dan nar yang memiliki arti neraka.

Setelah digunakan sebagai mata uang resmi Dinasti Umayyah, penggunaan dinar dan dirham diteruskan oleh Dinasti Abbasiyah, dan masih digunakan di era Ottoman. Hal ini yang membuat dua mata uang logam ini identik dengan perkembangan Islam.

Irak sendiri menjadi negara Arab modern pertama yang menjadikan dinar sebagai mata uang resminya. Satu dinar Irak dibagi menjadi 20 dirham.

Bank Sentral Irak memiliki otoritas tunggal untuk mengeluarkan uang kertas dan koin di Irak. Uang kertas dikeluarkan dalam denominasi mulai dari 250 hingga 50.000 dinar.

Di era modern, dinar dan dirham tak lagi berstandar logam mulia. Namun dianggap sebagai fiat money alias mata uang keluaran pemerintah yang tidak didukung oleh komoditas fisik, seperti emas atau perak.

https://money.kompas.com/read/2022/01/26/104308026/sering-dianggap-mata-uang-islam-dari-mana-asal-dinar-dan-dirham

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke