Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

IHSG Pagi Tancap Gas, Rupiah Masih Lesu

Melansir data RTI, pukul 09.07 WIB, IHSG berada pada level 6.770,59, atau naik 39,2 poin (0,58 persen) dibanding penutupan sebelumnya pada level 6.731,39.

Sebanyak 263 saham melaju di zona hijau dan 109 saham di zona merah. Sedangkan 200 saham lainnya stagnan. Adapun nilai transaksi hingga saat ini mencapai Rp 712,8 miliar dengan volume 1,6 miliar saham.

Bursa Asia mixed dengan kenaikan indeks Shanghai Komposit 1,85 persen dan Strait Times 0,33 persen. Sementara itu, Hang Seng Hong Kong turun 0,5 persen, dan Nikkei melemah 0,8 persen.

Wall Street pada penutupan pekan lalu mayoritas hijau dengan kenaikan S&P 500 sebesar 0,52 persen, dan Nasdaq naik 1,58 persen. Sementara itu, Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,06 persen.

Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengatakan, setelah IHSG pada penutupan pekan lalu berhasil menembus level psikologis, hari ini berpeluang menembus level all time high alias level tertingginya pada posisi 6.754. Namun, ada potensi ternjadinya aksi profit taking (ambil untung).

“Pergerakan IHSG hari ini cenderung menguat dalam range 6.645 – 6.754. Pergerakan masih ditopang net buy investor asing dan penguatan saham-saham big caps, Diperkirakan akan terjadi profit taking saat mendekati level tersebut sehingga dapat membatasi penguatan,” kata William dalam rekomendasinya.

Rupiah lesu

Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di pasar spot pagi ini melemah.

Melansir data Bloomberg, pukul 09.02 WIB rupiah bergerak pada level Rp 14.392 per dollar AS, atau turun 12 poin (0,09 persen) dibanding penutupan sebelumnya di level Rp 14.392 per dollar AS.

Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan, pelemahan rupiah terjadi karena tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS yang naik. Yield tenor 10 tahun sudah menyentuh kisaran 1,9 persen, level yang belum pernah disentuh sejak Januari 2020.

“Kenaikan yield ini bisa mengindikasikan ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga acuan AS meningkat. Ekspektasi ini bisa mendorong penguatan dollar AS. Naiknya ekspektasi ini berkaitan dengan membaiknya situasi ketenagakerjaan di AS yang dilaporkan di akhir pekan lalu,” kata Ariston kepada Kompas.com.

Ancaman dari kenaikan harga minyak mentah global yang mendekati 100 per barel juga bisa menekan rupiah. Indonesia bisa mendapatkan dampak negatif dari kenaikan inflasi yang disebabkan kenaikan harga energi.

Kenaikan inflasi yang di luar target pemerintah bisa menganggu pemulihan ekonomi karena menurunkan daya beli masyarakat. Dan kenaikan harga minyak mentah juga berdampak ke penurunan surplus neraca perdagangan karena indonesia adalah net importir minyak mentah.

“Bila neraca perdagangan sampai defisit lagi, rupiah bisa melemah. Situasi penularan Covid-19 yang terus meningkat di tanah air juga meningkatkan kekhawatiran pasar yang bisa menekan rupiah,” tambah Ariston.

Ariston memprediksi rupiah hari ini akan bergerak melemah pada kisaran Rp 14.400 per dollar AS sampai dengan Rp 14.420 per dollar AS, dengan potensi support di kisaran Rp 14.350 per dollar AS.

Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, dan Kompas.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan Investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.

https://money.kompas.com/read/2022/02/07/093923326/ihsg-pagi-tancap-gas-rupiah-masih-lesu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke