Pembangkit panas bumi ramah lingkungan berskala kecil ini juga akan dikembangkan ke area-area panas bumi lain yang saat ini dikelola anak perusahaan Pertamina yang berada di bawah Sub Holding Power & New Renewable Energy (PNRE).
“Pembangkit dengan kapasitas 0,5 MW ini menjadi milestone Pertamina Geothermal Energy dan ini membuka peluang pengembangan PLTP skala kecil lain,” kata Tafif Azimudin, Direktur Eksplorasi dan Pengembangan PT PGE melalui siaran pers, Jumat (18/2/2022).
Tafif mengatakan, pembangkit panas bumi binari memanfaatkan uap basah panas bumi dan sisa panas bumi dari PLTP konvensional. Pembangunan PLTP ini dilaksanakan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mulai awal 2019.
Adapun pendanaannya proyek ini didanai oleh Pemerintah Jerman melalui GeoForschungsZentrum (GFZ) German Research Centre for Geosciences senilai Rp 45 miliar, dan dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, sebesar Rp 12 miliar.
Menurut Tafif, Pertamina Geothermal Energy berusaha menjaga lingkungan dan kepentingan masyarakat di sekitar area kerja panas bumi. Pembagunan ini juga mengupayakan penggunaan lahan seefisien mungkin agar tidak memakan lahan yang besar.
Sampai akhir 2021, PT PGE sudah mengoperasikan 21 PLTP di enam area kerja, yakni di Kamojang, Sibayak (Sumatera Utara), Ulebelu, Lahendong, Lumut Balai (Sumatera Selatan), dan Karaha (Jawa Barat. Total kapasitas 21 PLTP itu mencapai 672 MW.
Jumlah ini setara dengan 29,51 persen dari kapasitas nasional. Tapi, jika ditambah dengan PLTP JOC (joint operation contract), kapasitas totalnya bertambah menjadi 82,1 persen kapasitas nasional. Fokus selanjutnya PGE akan menyelesaikan proyek PLTP Binary 500 kW di Area Lahendong.
“Yang menarik dari proyek PLTP Binary 500 kW di Area Lahendong adalah penggunaan teknologi binary yang berbeda dengan teknologi konvensional yang selama ini digunakan dalam Pembangkitan Panas Bumi,” tegas dia.
https://money.kompas.com/read/2022/02/18/094500126/konstruksi-selesai-pertamina-geothermal-energy-segera-operasikan-pltp-di