Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ada Tapering AS, Seberapa Cuan Berinvestasi di Obligasi Tahun Ini?

JAKARTA, KOMPAS.com - Obligasi menjadi salah satu instrumen investasi yang bisa kamu pertimbangkan di tahun 2022. Pasalnya, kenaikan imbal hasil (yield) obligasi Indonesia jauh lebih kecil sehingga dinilai lebih baik dibanding rata-rata emerging country lain.

Hal ini terlihat dari kenaikan yield obligasi dalam negeri yang hanya 34 basis poin (bps) di tahun 2021 ketika negara berkembang lain mengalami kenaikan sampai 166 bps. Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Handy Yunianto mengatakan, pola yang sama masih akan berlangsung di tahun ini.

"Ini yang kami perkirakan Indonesia memberikan risk return yang jauh lebih baik dibanding emerging country (EM). Saat ini pasar obligasi kita jauh lebih resilient dibanding EM lainnya," kata Handy dalam konferensi pers Capital Market Outlook 2022, Rabu (23/2/2022).

Handy menuturkan, kondisi makro ekonomi RI lebih bagus dibanding kondisi pada masa taper tantrum di tahun 2013 lalu.Kala itu, yield obligasi naik hingga 9 persen. Dia menjelaskan, ada beberapa faktor yang memperlihatkan kondisi taper tantrum tidak akan terulang di pasar obligasi pada tahun 2022.

Pertama dari sisi vulnerability index, Indonesia masuk dalam peringkat ke-10 negara paling kuat dari 25 negara berkembang lainnya.

Adapun indeks tersebut adalah indeks yang mengukur kerentanan sebuah negara memakai variabel ekonomi makro, mulai dari besaran utang publik, utang eksternal, cadangan devisa, hingga tingkat vaksinasi Covid-19.

"Ini merupakan fondasi yang sangat bagus, starting di 2022 kita memiliki vulnerability index yang relatif cukup robas dibanding EM lainnya," ucap dia.

Beberapa variabel yang membuat Indonesia lebih unggul adalah dari sisi utang publik yang rendah dibanding negara lain, tingkat inflasi di bawah 3 persen, rendahnya utang eksternal terhadap PDB, dan rendahnya ekspor ke China.

"Kita masih negatif di vaccination rate. Namun kita lihat perkembangan ke depan harusnya cukup baik. Secara umum utang meningkat, tapi secara external debt terhadap total utang itu turun. Jadi tentu mengurangi risiko terhadap volatility di global," jelasnya.

Faktor selanjutnya yang membuat obligasi masih cukup resilient di tahun 2022 adalah besarnya porsi investor domestik dibanding investor asing. Hal ini membuat yield obligasi tidak mengalami kenaikan meski aliran modal asing keluar (capital outflow) terus-menerus selama 2 tahun belakangan.

Tahun lalu, investor yang menyerap obligasi lebih bervariasi. Bukan hanya dari perbankan dan Bank Indonesia (BI), industri keuangan non bank (IKNB) dan investor ritel turut meramaikan pasar obligasi dalam negeri.

Tak heran, penerbitan SBN ritel seri ORI021 oleh pemerintah mampu menarik investasi hingga Rp 25 triliun, meskipun kupon 4,9 persen yang ditawarkan adalah tingkat kupon terendah.

"Ini mengindikasikan demand obligasi baik dari ritel maupun institusi dan IKNB masih positif. Saya yakin awal tahun ini polanya masih sama," jelas dia.

Dia meyakini, dukungan dari investor ritel terus berlanjut tahun ini. Pasalnya, investor masih membutuhkan kelas aset yang menjanjikan saat suku bunga deposito menurun karena likuiditas perbankan melimpah.

Saat ini saja, Dana Pihak Ketiga (DPK) bank masih di kisaran Rp 7.700 triliun, sedangkan penyaluran kredit baru mencapai Rp 5.500 triliun. Adanya gap yang sangat besar membuat Loan to Depocit Ratio (LDR) perbankan menurun sehingga menurunkan bunga deposito.

"Saya lihat obligasi menjadi salah satu pilihan. Ample likuiditas masih berlanjut karena kalau bicara dengan BI, OJK, dan perbankan, mereka memperkirakan pertumbuhan kredit di tahun 2022 masih di bawah 10 persen," tandas Handy

https://money.kompas.com/read/2022/02/23/134700426/ada-tapering-as-seberapa-cuan-berinvestasi-di-obligasi-tahun-ini-

Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke