BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan OCBC NISP
Salin Artikel

Belajar Bisnis dari Kisah 3 UMKM Penyabet Gelar Juara “#ONPreneurship Mencari Jagoan Lokal Sehat”

KOMPAS.com –  Berdasarkan laporan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop dan UKM) 2018, sektor ini berkontribusi sebesar 61,7 persen atau senilai Rp 8,5 triliun terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional.

Kontribusi tersebut meliputi kemampuan sektor UMKM dalam menyerap 97 persen dari total tenaga kerja dan menghimpun penanaman modal hingga 60,4 persen dari total investasi. Karena itu, dukungan kepada pelaku UMKM seyogianya perlu diperkuat.

Pemerintah sendiri telah menjalankan sejumlah program pemberdayaan UMKM. Begitu pula dengan kalangan swasta, salah satunya Bank OCBC NISP lewat program “#ONPreneurship Mencari Jagoan Lokal Sehat”.

Dalam program tersebut, Bank OCBC NISP memberikan beragam pelatihan usaha, mulai dari finansial, pemasaran, branding dan digitalisasi. Materi dibawakan oleh para mentor profesional di bidangnya.

Pelaksanaan program “#ONPreneurship Mencari Jagoan Lokal Sehat” berlangsung selama November 2021-Januari 2022. Ada tiga fase dalam program ini, yaitu webinar, networking, dan bootcamp.

Dari total 1.500 peserta yang tergabung dan mengikuti seluruh rangkaian, terpilih 3 UMKM sebagai Juara Utama dan 4 Juara Favorite “#ONPreneurship Mencari Jagoan Lokal Sehat”.

Tiga pemenang utama itu adalah pemilik bisnis Tambiyaku Muhammad Bayu Hermawan, pemilik bisnis Yorrie Eatery Rio Sebastiano Tjiptono, dan pemilik bisnis Brilienze Tekisna Salim. Kompas.com berkesempatan mengulik masing-masing sosok tersebut.

Tambiyaku, pelopor bisnis sorgum

Tambiyaku merupakan produsen bahan makan berbasis sorgum. Nama bisnis sendiri diambil dari bahasa Dayak yang berarti nenek. Sosok inilah yang mengenalkan Bayu pada sorgum.

“Saya sudah tahu sorgum dari kecil. Nenek sering bikin kudapan hasil olahan tanaman dan bercerita soal manfaat tanaman tersebut,” kata pria asal Kalimantan Selatan itu saat dihubungi Kompas.com, Jumat (18/2/2022).

Untuk diketahui, sorgum mengandung nutrisi melimpah, yakni protein, serat, vitamin B kompleks, zat besi, magnesium, dan zinc. Selain itu, tanaman serealia tersebut juga rendah kolesterol dan lemak.

Seperti bisnis pada umumnya, pendirian Tambiyaku harus melewati jalan panjang dan penuh rintangan. Sebelum mendirikan usaha ini, Bayu adalah pembudi daya dan pengekspor sorgum. Ketertarikannya berbisnis tanaman tersebut dimulai pada 2015 dengan melibatkan petani setempat.

Sayangnya, citra sorgum saat itu masih identik sebagai pakan ternak sehingga Bayu tidak bisa berharap lebih. Namun, kegigihan pula yang meruntuhkan batasan itu. Ia mencoba peruntungan lewat ekspor pada 2017.

“Waktu itu, sorgum diekspor sebagai raw material untuk kebutuhan industri pangan,” ujarnya.

Di tengah permintaan ekspor yang tinggi, Bayu lagi-lagi harus mengalami masalah. Minat petani menanam sorgum turun. Tidak seperti jagung atau padi, tanaman tersebut dinilai tidak dapat memberikan keuntungan bagi mereka dalam waktu cepat.

Meski begitu, Bayu dapat mengatasi permasalahan itu dalam waktu cepat. Bisnis pun berlanjut hingga Tambiyaku berdiri pada 2019. Pendirian ini didasari sejumlah riset yang dilakukan Bayu terhadap manfaat sorgum.

“Saya riset cara mengolah sorgum. Rupanya, selain biji, daun hingga akar, tanaman ini memiliki banyak manfaat. Sorgum bisa diolah menjadi bahan baku tepung dan sebagai pengganti beras. Batangnya pun dapat dijadikan nira untuk selanjutnya diolah menjadi gula dan kecap. Lalu, ampasnya bisa jadi pakan ternak,” bebernya.

Tambiyaku memiliki visi menjadi produk makanan sehat dengan harga terjangkau. Pasalnya, kata Bayu, makanan sehat selama ini identik dengan harga mahal. Padahal, semua orang punya hak untuk mengakses kebutuhan tersebut.

Kini, Tambiyaku menjual berbagai produk olahan sorgum, seperti tepung, beras, kecap, gula, berondong, dan kue kering.

Yorri Eatery, penyedia makanan dan minuman vegan serta bebas gluten

Pendirian Yorri Eatery dilatarbelakangi kebutuhan Rio dan Yessie Natasia Mareti akan makanan serta minuman berbahan nonhewani. Pasalnya, adik kakak tersebut merupakan vegetarian dan vegan.

“By own personal problem. Saat itu, kami kerap kesulitan mencari makanan dan minuman berbahan nabati sehingga harus buat sendiri. Lama-kelamaan, tebersit untuk menjadikan hal tersebut sebagai ide bisnis. Apalagi, teman-teman kami yang vegan dan vegetarian juga merasakan kesulitan serupa,” tutur Yessie yang akrab disapa Echie kepada Kompas.com, Kamis (24/2/2022).

Singkat cerita, Yorri Eatery pun berdiri pada April 2021 di Surabaya, Jawa Timur. Bisnis ini menjual berbagai produk makanan berbasis vegan dan gluten free atau bebas gluten. Salah satu produk andalannya adalah Banana Bread yang terdiri dari tiga varian rasa, yakni Classique, Chocolate, dan Cinnamon-Raisins.

Menurut Echi, mengimplementasikan konsep vegan saja tidak cukup. Pasalnya, jika masih menggunakan terigu, produknya menjadi “less healthy”. Sebagai gantinya, Yorri Eatery menggunakan tapioka, tepung beras, dan tepung almon.

“Terkesan nanggung. Jadi, sekalian saja kami buat konsep vegan dan gluten free,” ujarnya.

Sejak awal dirilis, imbuhnya, Yorri Eatery selalu mendapat sambutan positif, baik dari lingkaran pertemanan maupun masyarakat luas. Bahkan, respons yang sama juga datang dari konsumen yang bukan vegan ataupun vegetarian.

“Dorongan mereka mencoba produk Yorri Eatery tidak sebatas kebutuhan, tapi juga penasaran,” kata Echie.

Ketika disinggung soal pandemi Covid-19, ia mengaku kondisi tersebut tidak berpengaruh pada usahanya. Sebaliknya, kesempatan pasar Yorri Eatery semakin terbuka seiring peningkatan kesadaran kesehatan di masyarakat.

Brilienze, konsultan bisnis penolong banyak pelaku usaha

Latar belakangnya sebagai trainer dan berfokus pada perkembangan dunia bisnis mendorong Tekisna Salim mendirikan Brilienze pada 2005.

“Saya melihat masih banyak pebisnis yang belum mampu menjalankan usahanya dengan baik saat itu,” ujarnya kepada Kompas.com, Senin (21/2/2022).

Masalah tersebut pun, lanjut Tekisna, masih berlanjut hingga kini. Selama menjadi business consultant, setidaknya ada empat hal yang perlu dibenahi dari pebisnis di Indonesia, yakni mindset, knowledge, capital, dan opportunity.

“Pebisnis harus punya pemikiran untuk jadi pemain, bukan penonton. Mereka juga mesti terus belajar agar kemampuannya meningkat, baik secara finansial maupun nonfinansial, dan paham memanfaatkan kesempatan. Misalnya, menjalin networking,” jelasnya.

Tak hanya itu, ia juga menyebutkan bahwa pebisnis juga harus mampu beradaptasi karena dunia bisnis begitu dinamis. Contohnya, seperti sekarang, pelaku bisnis harus melek digital agar selalu bisa menjangkau konsumen di masa pandemi Covid-19.

“Digitalisasi yang gencar seperti sekarang sebenarnya sudah saya prediksi sejak lama. Bahkan, melihat perkembangan pesat teknologi saat ini, tak tertutup kemungkinan bahwa 10-15 tahun ke depan akan terjadi perubahan besar-besaran pada dunia bisnis,” jelasnya.

Seperti bisnis produk barang, bisnis jasa pun mengalami kendala, terutama saat mendirikan. Ada dua kendala utama yang dihadapi Brilienze saat itu. Pertama, capital (modal) dan competence (kompetensi). Kedua, survive (bertahan) dan growing (bertumbuh).

Untuk mengatasi kendala pertama, Tekisna gencar melakukan penetrasi ke sejumlah radio di Jakarta. Langkah ini juga menjadi ajang untuk mengenalkan Brilienze ke khalayak. Bersamaan dengan itu, ia pun mengikuti beragam pelatihan guna meningkatkan kompetensi diri.

“Sebagai pebisnis dan pendiri Brilienze, saya juga turut memperkaya diri dengan wawasan. Sejumlah sertifikasi sudah diraih. Jika kualitas meningkat, berbagai peluang pun bisa diraih. Hal tersebut terbukti memberikan hasil bagi perjalanan perusahaan,” ujarnya.

Sementara, agar bisnis bisa bertahan dan bertumbuh, Tekisna menyebutkan bahwa seluruh pendapatan dialokasikan dengan baik. Sebagian buat operasional, sisanya untuk pengembangan Brilienze.

Kini, Brilienze tidak sekadar menawarkan jasa konsultasi bisnis, tapi juga memberikan berbagai layanan evaluasi dan pelatihan usaha.

Apresiasi program

Menjadi pemenang memberikan rasa bangga tersendiri, termasuk bagi Echie, Bayu, dan Tekisna. Dengan beragam ilmu yang didapat dan hadiah modal usaha, mereka pun mengapresiasi program “#ONPreneurship Mencari Jagoan Lokal Sehat” dari Bank OCBC NISP.

Bahkan, bukan itu saja manfaatnya. Menurut Tekisna, mengikuti program “#ONPreneurship Mencari Jagoan Lokal Sehat” menjadi salah satu cara membuka kesempatan. Melalui program ini, tidak hanya sekadar menginspirasi pelaku UMKM untuk mengembangkan bisnis, namun juga memberikan berbagai hal praktis yang bisa langsung di implementasikan. Mulai dari aspek operasional, pemasaran, branding, finansial, sampai pada akses permodalan.

Atas dasar itu, baik Bayu, Echie dan Tekisna berharap, program dukungan UMKM dari Bank OCBC NISP dapat kembali diadakan guna mendorong sektor UMKM melaju jauh.

Informasi lebih lengkap tentang program “#ONPreneurship Mencari Jagoan Lokal” dapat ditemukan di akun Instagram @ONMelajuJauh.

https://money.kompas.com/read/2022/03/04/192700226/belajar-bisnis-dari-kisah-3-umkm-penyabet-gelar-juara-onpreneurship-mencari

Bagikan artikel ini melalui
Oke