Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bandingkan dengan Bukalapak, Bagaimana Prospek Saham GoTo Pasca IPO?

Kehadiran GoTo memang sangat ditunggu-tunggu para investor, namun di sisi lain IPO GoTo kerap dibandingkan dengan IPO perusahaan sejenis, PT Bukalapak.com (BUKA) yang IPO tahun lalu. Secara tahunan, harga saham BUKA sudah turun 68,46 persen sejak IPO, dari level Rp 850 per saham, menjadi Rp 276 per saham.

Menurut Pengamat Pasar Modal Teguh Hidayat, pada dasarnya IPO GoTo dan Bukalapak tidak berbeda jauh. Kedua perusahaan teknologi besar ini, jika merujuk dari laporan keuangan, sama-sama masih mengalami kerugian.

“Terkait IPO GoTo, memang orang sudah pasti akan membandingkannya dengan IPO BUKA, yang kita tau harganya sudah sudah turun sangat signifikan. Kalau ada orang beli IPO BUKA, mungkin sekarang dia menemukan kerugian yang tidak kecil,” kata Teguh saat dikonfirmasi Kompas.com, Selasa (15/3/2022).

Teguh mengatakan, jika dilihat dari harga sahamnya, memang IPO GoTo lebih murah daripada IPO BUKA, yakni Rp 316 per saham sampai dengan Rp 346 per saham. Namun, jika dilihat dari sisi kapitalisasi pasar atau market cap, maka IPO GoTo lima kali lebih besar daripada IPO BUKA.

“Dari sisi market cap perusahaannya, waktu IPO BUKA itu nilai seluruh sahamnya berdasarkan harga IPO yang dikalikan dengan jumlah saham beredar adalah Rp 88 triliun. Sementara IPO GoTo, market cap-nya mencapai lebih dari Rp 400 triliun, sehingga valuasi GoTo lebih tinggi daripada BUKA,” tambah dia.

Menurut dia, ini juga tidak lepas dari kinerja Tokopedia yang lebih baik daripada Bukalapak. Di sisi lain, melaui Gojek, GoTo juga termasuk dalam pemimpin pasar pada industri transportasi online.

Jika dibandingkan dengan perusahaan besar lainnya, seperti Astra International (ASII). Market cap GoTo dua kali lebih besar, daripada perusahaan multinational dan bergerak di banyak sektor tersebut, dengan market cap Rp 200 triliun.

“Market cap GoTo dua kali lipatnya. Dari sini saja, kelihatan valuasi GoTo cukup mahal. ASII perusahaan yang menguntungkan, memiliki pekerja yang sangat banyak, serta anak perusahaan. Namun, valuasinya separuh dari GoTo berdasarkan harga IPO-nya,” tambah dia.

Teguh mengungkapkan, saat ini GoTo juga kehilangan momen–momen kenaikan harga saham teknologi. Karena, di bursa Amerika Serikat, saham–saham teknologi yang masuk dalam Nasdaq Komposit seperti Amazon, Alibaba, Facebook, Netflix dan sebagainya dalam tren melemah.

Di sisi lain, ia juga meyakini adanya upaya perusahaan dalam mempertahankan harga saham, melalui mekanisme lock dengan perusahaan sekuritas tertentu, dimana saham tidak langsung dijual dalam beberapa waktu, tertentu tidak seta merta mendorong kenaikan harga saham.

“Itu hanya sekedar menjaga saham tidak turun saja, tapi kalau untuk naik itu berat. Saya enggak tau, apakah IPO-nya akan sukses, dan apakah sahamnya akan sukses juga untuk tidak turun. Tapi rekomendasi saya, lebih baik kita wait and see,” jelas dia.

Berdasarkan prospektus, harga awal yang ditetapkan oleh GoTo dalam IPO ini adalah Rp 316 per saham sampai dengan Rp 346 per saham. Perusahaan akan melepas setidaknya 52 miliar lembar saham atau setara dengan 4,35 persen saham yang disetor dan ditempatkan penuh.

Dengan demikian, maka GoTo berpotensi mendapatkan dana segar dari IPO antara Rp 16,43 triliun sampai dengan Rp 17,99 triliun. IPO GoTo juga menjadi yang kedua terbesar setelah tahun lalu PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) mencetak rekor IPO terbesar Rp 21,9 triliun.

Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, dan Kompas.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan Investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.

https://money.kompas.com/read/2022/03/15/203000626/bandingkan-dengan-bukalapak-bagaimana-prospek-saham-goto-pasca-ipo-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke