Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Penyesuaian Harga BBM Nonsubsidi Jaga Pasar Domestik dari Kelangkaan Suplai

Yayan Satyakti, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran mengatakan, terganggunya neraca energi Indonesia disebabkan harga domestik bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia dan harga internasional mengalami kesenjangan yang besar. 

Dari empat jenis bahan bakar minyak nonsubsidi Pertamina, baru tiga yang mengalami kenaikan harga yakni Pertama Turbo, Pertamina Dex dan Dexlite.

Satu yang belum naik yakni Pertamax, yang saat ini masih dijual di harga Rp 9.200 per liter, jauh dibanding pesaingnya, sesama BBM RON 92, antara Rp 11.900-Rp 12.900 per liter.

“Alangkah baiknya, harga (BBM nonsubsidi) domestik mendekati harga internasional, minimal 80-90 persen dari harga internasional. Ini untuk menjaga keseimbangan, agar pasar domestik tetap terjaga dan menghindari kelangkaan suplai karena BBM bisa diselundupkan ke luar negeri,” ujar Yayan melalui keterangannya, Jumat (18/3/2022).

Menurut Yayan, jika nantinya harga BBM nonsubsidi mengalami kenaikan, maka yang terpenting adalah bahwa pasokannya terjaga. Hal itu lebih baik dibanding harga murah namun membuat konsumen berbondong-bondong antre. 

Lebih lanjut, menurut dia, dengan terjadinya harga keekonomian melalui kenaikan harga BBM nonsubsidi, membuat masyarakat mulai emmpertimbangkan alternatif energi, seperti energi baru dan terbarukan (EBT). 

Penyesuaian harga juga bisa mengedukasi masyarakat agar masyarakat menghemat energi minyak yang memang sudah tidak murah lagi.

Serta, "Untuk mengurangi beban subsidi migas dari APBN seperti listrik dan gas LPG 3 kg dan yang pasti ke komoditas turunan yang menggunakan migas seperti petrokimia pada industri pupuk dan lainnya, kendati ini secara agregat,” ujar Yayan. 


Beban Pertamina

Senada, Kepala Ekonomi PT Bank Central Asia Tbk David E Sumual mengatakan, harga BBM nonsubsidi bergantung pada kurs rupiah terhadap dollar AS dan harga pasarannya.

Dari harga jual Pertamax saat ini, Rp 9.000 per liter, jauh dibanding pesaingnya, sesama BBM RON 92, antara Rp 11.900-Rp 12.900 per liter.

Menurut David, harga yang dijual SPBU pesaing Pertamina sudah mirip dengan harga pasar dibanding Pertamax dan Pertalite.

Namun, pemerintah melalui Pertamina sudah memutuskan bahwa harga Pertalite masih tetap dipertahankan stabil agar tidak terjadi gejolak di masyarakat, sehingga menyisakan pertanyaan apakah Pertamax bakalan naik harga jualnya.

David mengasumsikan, jika harga minyak dunia tembus 130 dollar AS per barrel hingga akhir tahun, kurs rupiah terhadap dollar AS sekitar Rp 14.600-an, maka beban tambahan yang ditanggung Pertamina bisa mencapai Rp 200-an triliun.

“Harga Pertamax-Pertalite memang wajar untuk dinaikkan, apalagi produk sejenis dari perusahaan lain sudah dinaikkan,” kata David. 

https://money.kompas.com/read/2022/03/18/192435926/penyesuaian-harga-bbm-nonsubsidi-jaga-pasar-domestik-dari-kelangkaan-suplai

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke