BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Luno
Salin Artikel

Bingung Investasi Emas atau Bitcoin? Simak 4 Perbedaan Keduanya Berikut!

KOMPAS.com – Sejak dulu, emas merupakan salah satu bentuk investasi yang populer di masyarakat. Logam mulia ini dianggap sebagai aset yang nilainya tidak mudah turun.

Namun, seiring waktu berjalan, aset kripto, seperti Bitcoin, mulai dilirik sebagai pilihan instrumen investasi oleh sejumlah calon investor, termasuk para investor Bitcoin Indonesia.

Seperti emas, Bitcoin juga dianggap memiliki nilai aset yang tak mudah goyah sekalipun kondisi ekonomi sedang melemah. Karena sifat ini, Bitcoin pun kerap dijuluki sebagai “emas digital”.

Sekilas, emas dan Bitcoin memang memiliki fungsi yang sama. Namun, untuk menentukan investasi yang lebih menguntungkan, Anda bisa mempertimbangkan sejumlah hal berikut.

1. Bentuk aset

Selain populer sebagai perhiasan, emas juga merupakan pilihan investasi yang menguntungkan karena memiliki nilai yang lebih stabil.

Aset investasi tersebut memiliki dua bentuk, yakni fisik berupa logam mulia dan digital. Untuk emas logam mulia, pemilik dapat menyimpannya sendiri atau di boks deposit yang disediakan lembaga keuangan. Sementara itu, bentuk fisik dari emas digital disimpan di lembaga penjaminan.

Di sisi lain, Bitcoin hanya berbentuk digital. Oleh sebab itu, aset kripto pertama yang diciptakan oleh Satoshi Nakamoto pada 2009 ini tidak bisa dimiliki dalam wujud fisik.

Bitcoin berbentuk saldo yang disimpan dalam buku besar publik bernama rantai-blok atau blockchain. Bitcoin biasanya disimpan di dalam komputer pribadi dengan file wallet.

2. Ketersediaan aset

Pada zaman dahulu, emas kerap digunakan sebagai mata uang dengan nilai besar. Hal ini yang membuat logam mulia tersebut menjadi pilihan investasi.

Bukan tanpa alasan pula emas disebut sebagai logam mulia. Emas berasal dari sumber daya alam terbatas dan langka yang ketersediaannya tidak diketahui secara pasti.

Berbeda dengan emas, Bitcoin merupakan aset digital yang bisa diketahui jumlahnya. Para investor juga bisa mengetahui jumlah Bitcoin yang beredar di pasaran secara transparan.

Untuk diketahui, total Bitcoin yang tersedia mencapai 21 juta. Hingga Januari 2022, sebanyak 18,92 juta di antaranya sudah diperdagangkan.

Dengan mengetahui jumlah Bitcoin tersisa, para investor akan lebih mudah memperhitungkan waktu Bitcoin akan habis. Selain itu, investor juga bisa melihat prospek atau perubahan harga Bitcoin pada masa depan.

3. Penetapan harga beli dan jual

Seperti diketahui, harga emas dipengaruhi oleh sejumlah hal, seperti ketidakpastian kondisi global, penawaran dan permintaan emas, kebijakan moneter, inflasi, serta nilai tukar dollar Amerika Serikat (AS).

Saat nilai tukar rupiah terhadap dollar AS melemah, harga emas berpotensi mengalami kenaikan. Sementara itu, ketika inflasi meningkat, harga emas pun juga akan lebih mahal.

Hal tersebut tidak berlaku pada Bitcoin. Aset kripto ini tidak memiliki sistem terpusat yang mengatur harga beli dan jual.

Salah satu faktor yang memengaruhi harga Bitcoin adalah perubahan pasar ekonomi, misalnya penurunan nilai aset investasi lain dan inflasi.

Selain itu, harga Bitcoin juga bisa dipengaruhi oleh media sosial. Investor ritel kerap terpengaruh oleh tokoh atau influencer ternama. Sebagai contoh, harga suatu aset kripto bisa mengalami kenaikan besar hanya karena Elon Musk mencuit (tweet) tentang potensi aset kripto tersebut.

Kemudian, harga Bitcoin juga ditentukan oleh permintaan industri keuangan tradisional dan perusahaan besar.

Artinya, semakin banyak orang atau perusahaan yang membeli Bitcoin, maka nilainya akan semakin tinggi. Begitu pula sebaliknya.

Hal lain yang juga memengaruhi harga Bitcoin adalah regulasi atau kejelasan hukum mengenai Bitcoin di suatu negara.

4. Faktor risiko

Emas memang dinilai memiliki harga yang lebih stabil. Meski demikian, terdapat beberapa risiko investasi yang perlu diwaspadai.

Salah satunya adalah emas palsu. Jika tidak memahami kandungan dan kadar emas, investor berisiko tertipu dengan keberadaan emas palsu.

Kemudian, risiko terbesar dari investasi emas adalah kehilangan kepemilikan. Jika tidak disimpan dengan benar, logam mulia ini bisa hilang.

Oleh sebab itu, investor harus menyimpannya dengan aman, misalnya di dalam brankas di rumah atau menitipkannya di bank atau pergadaian.

Sementara itu, salah satu risiko dalam investasi Bitcoin adalah nilai yang lebih volatil ketimbang emas.

Secara umum, harga Bitcoin dan aset kripto lain bisa mengalami penurunan hingga lebih dari 20 persen dalam suatu waktu. Meski demikian, investor terkadang bisa mendapat keuntungan berlipat secara cepat.

Risiko lain adalah tidak ada jaminan aset dari investasi yang ditanamkan. Peretasan bisa menjadi salah satu faktor yang menyebabkan investor kehilangan Bitcoin.

Selain itu, investor juga harus waspada terhadap penipuan transaksi, terutama yang dilakukan secara online. Oleh sebab itu, investor perlu lebih waspada terhadap kejahatan atau serangan siber.

Itulah keempat hal yang dapat dipertimbangkan sebelum memilih emas atau Bitcoin sebagai instrumen investasi.

Dengan pertimbangan tersebut, calon investor hendaknya lebih bijaksana sebelum memutuskan untuk berinvestasi, baik dalam jangka pendek maupun panjang.

Jika tertarik berinvestasi dalam instrumen aset kripto, seperti Bitcoin, calon investor sebaiknya memilih aplikasi yang telah diawasi oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti).

Sebagai rekomendasi, calon investor dapat berinvestasi melalui Luno Indonesia. Lewat aplikasi ini, calon investor dapat berinvestasi dengan aman, legal, dan mudah.

Untuk mendapatkan informasi lengkap mengenai Luno Indonesia, Anda dapat mengunjungi tautan berikut.

https://money.kompas.com/read/2022/03/22/102700726/bingung-investasi-emas-atau-bitcoin-simak-4-perbedaan-keduanya-berikut

Terkini Lainnya

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Whats New
Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Whats New
IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

Whats New
Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Whats New
Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Whats New
Jakarta, Medan, dan Makassar  Masuk Daftar Smart City Index 2024

Jakarta, Medan, dan Makassar Masuk Daftar Smart City Index 2024

Whats New
Pentingnya Transparansi Data Layanan RS untuk Menekan Klaim Asuransi Kesehatan

Pentingnya Transparansi Data Layanan RS untuk Menekan Klaim Asuransi Kesehatan

Whats New
Apakah di Pegadaian Bisa Pinjam Uang Tanpa Jaminan? Ini Jawabannya

Apakah di Pegadaian Bisa Pinjam Uang Tanpa Jaminan? Ini Jawabannya

Earn Smart
Bea Cukai Kudus Berhasil Gagalkan Peredaran Rokol Ilegal Senilai Rp 336 Juta

Bea Cukai Kudus Berhasil Gagalkan Peredaran Rokol Ilegal Senilai Rp 336 Juta

Whats New
Ditanya Bakal Jadi Menteri Lagi, Zulhas: Terserah Presiden

Ditanya Bakal Jadi Menteri Lagi, Zulhas: Terserah Presiden

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Tak Langsung Kerek Suku Bunga Kredit

Ekonom: Kenaikan BI Rate Tak Langsung Kerek Suku Bunga Kredit

Whats New
Sepakati Kerja Sama Kementan-Polri, Kapolri Listyo: Kami Dukung Penuh Swasembada

Sepakati Kerja Sama Kementan-Polri, Kapolri Listyo: Kami Dukung Penuh Swasembada

Whats New
Syarat dan Cara Pinjam Uang di Pegadaian, Bisa Online Juga

Syarat dan Cara Pinjam Uang di Pegadaian, Bisa Online Juga

Earn Smart
Memenangkan Ruang di Hati Pelanggan

Memenangkan Ruang di Hati Pelanggan

Whats New
Bagikan artikel ini melalui
Oke