Astari pemilik Bengok Craft mengaku, hujan menjadi salah satu berkah bagi usahanya lantaran banyak pengunjung yang membeli produknya, yakni sandal yang dibuat dari eceng gondok.
Astari mengatakan, selama buka tenant di event MotoGP Mandalika, omzet penjualannya memang sudah banyak, namun ditambah dengan datangnya hujan penjualannya pun semakin meningkat.
"Rezeki juga kemarin, pas hujan, produk sandalku yang dari eceng gondok banyak yang laku," ujarnya kepada Kompas.com.
Dia menyebutkan, sebagaian besar sandal yang dibawanya khusus untuk event MotoGP Mandalika terjual. "Jadi karena hujan becek, banyak orang yang beli sandal," kata Astari.
Momentum ini jugalah kata dia, dipakai sebagai momentum untuk memberikan edukasi dan pengenalan kepada pelanggannya bahwa produk yang terbuat dari eceng gondok tersebut, selain ramah lingkungan dan tahan lama, juga tidak licin.
"Ini pertama kali kami ikut pameran yang tidak sesuai target penjualan kami, ini kan MotoGP yang stereotype-nya laki-laki banget. Nah yang harusnya jadi tantangan untuk kami, tapi bisa kami manfaatkan," papar Astari.
Astari menyebutkan, pembelinya sendiri datang dari berbagai kota hingga negara. Mulai dari Medan, Aceh, hingga Jawa Barat juga ada.
"Yang menariknya lagi kemarin ada yang dari Swedia dia beli sandal juga," kata Astari.
Astari mengaku event ini cukup membantu bisnisnya. Sebab, ketika pandemi, omzetnya turun drastis sampai 80 persen.
Hingga di suatu hari ia mencoba memanfaatkan platform online dengan berjualan di marketplace. Lambat laun, usahanya pun merangkak naik. Tercatat ada 200 persen peningkatan bisnisnya sejak masuk ke platform online.
"Ini juga dibantu berkat adanya event ini, kami bisa buka lapak yang diberikan gratis oleh Kemenkop UKM," paparnya.
Berawal dari keresahan
Astari menceritakan kisah dibalik dibentuknya Bengok Craft. Kerajinan berbahan dasar tanaman eceng gondok yang diberi label Bengok Craft ini dimulai dari keresahan suaminya, Firman Setyaji, melihat eceng gondok tumbuh liar di wilayah rumah.
Ditambah lagi banyak petani di sekitar rumahnya yang menjual eceng gondok dengan harga yang jauh lebih murah.
Padahal, menurut dia, eceng gondok sendiri kalau diolah bisa menghasilkan rupiah yang lumayan.
"Yah para petani dari sekitar rumah itu kan jual tanaman eceng gondok murah, yang kering Rp 5.000 per kikogram, dari sanalah suami saya bertekad mau mencoba mengambil momentum tersebut untuk menjual olahan eceng gondok," katanya.
Tepat pada Oktober 2018, suaminya bertekad membuat kerajinan dari tanaman eceng gondok dengan harapan bisa meningkatkan ekonomi di wilayahnya.
"Suami saya melihat ada peluang, yah dicoba," kata dia.
Awalnya sebut Astari, dia dan suaminya hanya menjual produk olahan eceng gondok seperti sampul buku eceng gondok ke beberapa warung kopi di desanya dengan tujuan agar menarik minat masyarakat dan melihat lebih jauh manfaat dari eceng gondok.
Masyarakat ternyata banyak yang tertarik dan ingin belajar cara pembuatannya.
Dari sanalah bisnisnya berkembang hingga melirik penjualan online melalui instagram di @bengokcraft.
Bengok Craft membuat berbagai produk mulai dari sandal, topi, hingga tas.
"Harganya berbeda-beda kisaran Rp 50.000-Rp 100.000," kata Astari.
Dia berharap, usahanya bisa memberikan tambahan penghasilan bagi masyarakat di sekitar lingkungannya.
https://money.kompas.com/read/2022/03/22/104100726/cerita-umkm-di-motogp-mandalika--karena-hujan-banyak-orang-beli-sandal-