Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Daftar Negara yang Paling Banyak Membeli Senjata dari Rusia, Indonesia Termasuk?

KOMPAS.com - Suka tidak suka, tak bisa dipungkiri, perang alias konflik bersenjata jadi alat efektif media pemasaran bagi para pemain industri senjata, khususnya senjata keluaran terbaru dalam membuktikan kehandalan daya hancurnya.

Laporan terbaru Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) menunjukkan 100 produsen senjata terbesar sedunia terus mencatatkan kenaikan penjualan. Bahkan di tahun pandemi 2020, saat ekonomi global terkontraksi.

Produksi senjata didominasi oleh negara-negara maju untuk kemudian dieskpor ke banyak negara, terutama negara berkembang.

Penjualan oleh 100 produsen senjata terbesar mencapai 531 miliar dollar AS (lebih dari Rp7,6 kuadriliun) pada tahun 2020. Sekitar 54 persen dari nilai total tersebut dicatatkan oleh 41 perusahaan senjata asal Amerika Serikat (AS).

Hanya di medan perang sesungguhnya, jet tempur, tank, artileri, pertahanan udara, sistem radar, helikopter, senjata anti-tank, rudal, kapal selam, kapal perang, hingga drone bisa unjuk kebolehan di depan para calon pembelinya.

Selain AS, negara produsen senjata terbesar kedua adalah Rusia. Negara Beruang Putih saat ini tengah melancarkan perang dengan tetangganya yang juga sama-sama negara bekas Uni Soviet, Ukraina.

Keandalan senjata Rusia

Dikutip dari Aljazeera, Sabtu (26/3/2022), sebagai negara yang berada di bawah bayang-bayang AS, Rusia sebenarnya cukup mendominasi penjualan senjata dengan pangsa pasar 20 persen secara global.

Rusia mengekspor hampir 90 persen senjatanya ke 10 negara, alias hanya sedikit senjata produksinya yang dipakai untuk angkatan bersenjatanya sendiri.

Pelanggan terbesar senjata besutan Rusia adalah India. New Delhi membeli sekitar 23 persen senjata Rusia dengan pengeluaran sekitar 6,5 miliar dollar AS selama lima tahun terakhir.

Menurut data yang dirilis SIPRI, setengah dari total impor senjata India, atau sekitar 49,3 persen, berasal dari Rusia.

China adalah pembeli persenjataan Rusia terbesar kedua dengan nilai pembelian 5,1 miliar dollar AS selama periode yang sama.

Lalu pembeli terbesar senjata asal Rusia selanjutnya diikuti oleh Aljazair (4,2 miliar dollar AS), Mesir (3,3 miliar dollar AS), dan Vietnam (1,7 miliar dollar AS).

Selain itu negara-negara di atas, sejumlah negara yang dengan porsi pengadaan senjata dari Rusia terbanyak antara lain Irak, Kazahstan, Turki, Bangladesh, Suriah, Belarus, Serbia, Pakistan, Nigeria, Sudah, Uzbekistan, Yordania, Ethiopia, UEA, dan Laos.

Berikutnya adalah Iran, Armenia, Angola, Qatar, Peru, Myanmar, Bahrain, Nigeria, dan Azerbaijan.

Sementara itu, alutisista buatan Rusia yang paling banyak terjual adalah jet tempur yang berkontribusi sebesar 48,6 persen dari total penjualan senjata Negeri Tirai Besi itu.

Perusahaan-perusahaan Rusia adalah pesaing berat korporasi produsen jet tempur asal AS seperti Lockheed Martin.

Dibandingkan senjata buatan perusahaan AS, Rusia memang menawarkan senjata yang lebih murah dengan keandalan yang tak kalah dengan kompetitornya dari Negeri Paman Sam.

Antara 2016 dan 2020 Rusia mengirimkan sekitar 400 jet tempur termasuk keluarga jet Sukhoi dan MiG, ke 13 negara. India membeli setidaknya setengah dari mereka.

India juga salah satu dari hanya enam negara di dunia yang mengoperasikan kapal selam bertenaga nuklir yang disewa dari Rusia.

Rusia juga terus mengejar ketertinggalannya dari AS. Banyak senjata era Soviet yang di-upgrade kemampuannya.

Bayangkan, untuk pesawat udara saja, Rusia punya banyak varian antara lain Yak-130, Su-25, Su-30K, Su-30MK, Su-33S, MiG-29S, Mi-8MT, Mi-26, Mi24P, Ka-52, Ka-31, Ka-226, Il-76M, A-50eH.

Bisa dikatakan, Rusia semakin mengembangkan sistem yang lebih maju, termasuk sistem pertahanan rudal permukaan ke udara S-400 yang telah dijual ke China, India, Suriah, dan Turki.

Beberapa negara lain telah menyatakan minatnya untuk membeli sistem pertahanan udara jarak jauh, yang harganya sekitar 400 juta dollar AS per unit.

Contoh dari senjata lawas yang terus diperbaharui adalah senapan Kalashnikov alias AK-47.

Dikembangkan oleh jenderal tentara Soviet Mikhail Kalashnikov pada 1940-an, AK-47 adalah senapan serbu yang murah, tahan lama, dan mudah digunakan oleh pasukan infanteri standar untuk lebih dari 100 negara.

AK mengacu pada "Avtomat Kalashnikova", bahasa Rusia untuk Kalashnikov otomatis, dan angka "47" mewakili tahun pembuatan senapan.

Diperkirakan ada 100 juta AK-47 di seluruh dunia dengan berbagai varian, menjadikannya senapan serbu yang paling banyak dimiliki di dunia.

Pengeluaran militer

Pada tahun 2020, AS menghabiskan 778 miliar dollar AS untuk angkatan bersenjatanya – pengeluaran militer terbesar di dunia dan lebih dari gabungan 10 negara dengan pengeluaran tertinggi berikutnya, menurut SIPRI.

China berada di peringkat kedua dengan 252 miliar dollar AS, diikuti oleh India dengan 73 miliar dollar AS, Rusia dengan pengeluaran 62 miliar dollar AS, dan Inggris dengan 59 miliar dollar AS.

Pengeluaran militer Rusia telah tumbuh secara signifikan selama tiga dekade terakhir. Pada tahun 2020, Moskow menghabiskan sekitar 62 miliar dollar AS (4 persen dari PDB) untuk militernya.

Industri senjata Rusia terdiri dari sekitar 1.300 perusahaan yang mempekerjakan sekitar dua juta orang. Yang terbesar dari perusahaan-perusahaan ini adalah Rostec, didirikan pada tahun 2007 oleh Presiden Vladimir Putin.

Rusia sendiri telah mengalami sejumlah konflik sejak menjadi federasi setelah pembubaran Uni Soviet pada Desember 1991. Pada tahun 1994, Kremlin melancarkan serangan terhadap Chechnya, sebuah republik yang ingin memisahkan diri yang berbatasan dengan Georgia.

Namun dalam perang dengan Chechnya itu, Rusia menderita kekalahan setelah pertempuran 20 bulan.

Tiga tahun kemudian, Rusia melancarkan Perang Chechnya kedua untuk merebut kembali republik tersebut. Pasukan Rusia mengepung Grozny, ibu kota Chechnya, sehingga PBB menyebutnya "kota paling hancur di Bumi".

Pada tahun 2014, Rusia menginvasi Ukraina dan mencaplok Krimea. Sebulan kemudian, separatis pro-Rusia mulai merebut wilayah di wilayah Donetsk dan Luhansk di Ukraina timur.

Pada 2015, Rusia secara resmi memasuki perang saudara Suriah dan berada di pihak Presiden Bashar al-Assad. Di perang, senjata berat Rusia, menunjukan taringnya untuk bersaing dengan senjata buatan AS dan negara-negara Eropa.

Tak hanya di Suriah, dada tahun 2018, pemerintah Republik Afrika Tengah yang terlibat dalam perang saudara, juga mengundang Rusia untuk mengirim kontraktor militer untuk melatih angkatan bersenjatanya.

https://money.kompas.com/read/2022/03/26/071759226/daftar-negara-yang-paling-banyak-membeli-senjata-dari-rusia-indonesia-termasuk

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke