Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ketika Emak-emak Menyiasati Mahalnya Harga Minyak Goreng...

Gita Donda Feronika, emak-emak asal Medan menceritakan bagaimana cara menyiasati agar kebutuhannya akan minyak goreng bisa tetap terpenuhi.

Ibu dari 3 anak ini mengaku daripada merasa stres mendapatkan minyak goreng yang mahal dan harus antre, dirinya mencoba tetap berpikir positif. Dia menjadikan kenaikan harga minyak goreng sebagai momentum untuk hidup sehat.

Gita mengatakan, yang biasanya kebutuhannya akan minyak goreng 2 liter per minggu, mau tak mau dia harus mengurangi porsi pemakaian minyak goreng menjadi 2 liter per bulan.

"Bagaimana caranya? Yah saya kurangi masakan yang menggunakan minyak dengan cara merebus," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Minggu (27/3/2022).

"Yang biasanya saya masak ikan goreng 3 kali seminggu mau enggak mau harus bisa saya kurangi jadi 1 kali seminggu. Ikan yang biasanya digoreng, saya coba untuk dibakar, dikukus ataupun kalau memang harus digoreng takut bosan, jumlah minyak gorengnya saya kurangi dari yang biasanya," sambung Gita.

Begitupun dengan menu sambal. Dia mengatakan, kalaupun biasanya sambal digoreng 3-4 kali seminggu, diminimalkan menjadi 2-3 kali seminggu. "Kalaupun memang lagi pengen banget sambalnya bisa direbus agak lama dulu, baru digoreng tapi minyaknya sedikit. Yah mau enggak mau," kata Gita.

Sementara untuk menu cemilan anak-anaknya yang notabenenya sangat suka tempe goreng dan bakwan sayur, diubah dengan menu rebus-rebusan seperti ubi rebus campur gula merah, kolak pisang, bubur jagung, hingga roti bakar.

"Itu saya kasih pemahaman dulu ke mereka kalau cemilan kesukaan mereka kayak bakwan sayur lagi enggak bisa nih dibuat terus-terusan karena minyak goreng lagi mahal. Untungnya mereka paham dan sampai sekarang mau-mau saja dikasih cemilan apa," jelas Gita.

Di sisi lain Gita mengaku enggan untuk menggunakan minyak curah sekalipun sudah disubsidi oleh pemerintah lantaran menurutnya tidak sehat bagi keluarganya.

Gita menambahkan, kalau bukan dengan cara siasat seperti ini dia lakukan, uang belanjanya tentu akan membengkak.

Sebab, disebutkan dia, harga minyak goreng saat ini, sudah sangat tidak bersahabat bagi kaum emak-emak yang dibanderol Rp 53.000 per 2 liter.

"Yah hitung-hitungannya 2 liter seminggu berarti untuk minyak goreng saja bisa lebih Rp 400.000-an sebulan," beber Gita.

Dia menilai, daripada harga beras yang mahal, lebih baik harga minyak goreng yang mahal lantaran minyak goreng bukan hal yang sangat pokok.

"Sekalipun minyak goreng mahal kita tetap bisa makan dengan nasi, paling menu ikannya saja yang diganti menjadi dibakar atau direbus. Tapi coba beras yang mahal, yah kali pakai makan hanya pakai minyak goreng sama ikan saja," bebernya.

Hal serupa juga diamini oleh Fitra. Ibu dari 2 orang anak ini mengaku, awalnya sempat merasa stres dengan kenaikan harga minyak goreng ini.

Namun daripada memikirkan hal yang membuat dia rugi, dia mencoba mengambil sisi positif dari kebijakan ini dan menggunakan momentum ini untuk belajar membuat berbagai menu makanan yang sehat dengan rebusan-rebusan.

"Ternyata yang awalnya saya kira ikan enggak bisa direbus ternyata bisa dan enak. Kalau di budaya Batak ikan direbus itu namanya "arsik" dan ternyata selain enak juga sehat," katanya.

Dia mengaku saat ini dia memang masih tahap belajar. Namun katanya, efeknya, yang seminggu biasanya menu makanannya hampir tiap hari digoreng, sejak harga minyak goreng meroket, sudah seminggu keluarganya tidak memakan menu gorengan lagi.

"Kalau dikalkulasikan pasti jauh lebih hemat. Biasanya seminggu itu paling minim banget loh ini pakai minyak goreng 1 liter taruh harganya Rp 24.000, ini seminggu enggak ada kalau pun ada cuma sambal doang loh," kata Fitra.

https://money.kompas.com/read/2022/03/28/071000926/ketika-emak-emak-menyiasati-mahalnya-harga-minyak-goreng-

Terkini Lainnya

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke