Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Jerman Serba Salah, Ingin Bantu Ukraina, tapi Bergantung Gas Rusia

KOMPAS.com - Dibanding negara Uni Eropa lainnya, Jerman bisa jadi merupakan negara yang paling bimbang dalam memutuskan kebijakan luar negerinya dalam konflik militer Rusia dan Ukraina.

Sebagai anggota Uni Eropa paling berpengaruh sekaligus anggota NATO, Jerman tentunya sangat ingin mendukung Ukraina dalam perang tersebut. Namun di sisi lain, ekonomi Berlin sangat bergantung pada Rusia.

Seperti yang diketahui, Jerman telah mengandalkan Rusia untuk mengamankan kebutuhan energi gas selama dua dekade terakhir. Menghentikan saluran gas dari Rusia, sama saja akan mengobrak-abrik ekonomi negara itu.

Banyak industri Jerman bergantung gas impor dari Rusia. Belum lagi, jutaan rumah tangga akan susah payah menghadapi musim dingin tanpa aliran gas di rumah mereka.

Satu dari dua rumah Jerman dihangatkan dengan gas Rusia selama musim dingin. Gas dari Rusia menggerakkan sebagian besar industri ekspor kebanggaan Jerman, khusus industri otomotifnya.

Sebelumnya, Jerman telah berencana untuk mengganti Rusia sebagai pemasok gas dengan beralih ke gas alam cair (LNG) yang dapat diimpor melalui laut dalam jumlah besar dari produsen seperti Amerika Serikat atau Qatar.

Namun, hal itu tentunya membutuhkan waktu transisi yang cukup lama. Belum lagi, Jerman harus mengeluarkan investasi besar untuk membangun infrastrukturnya.

Dikutip dari The New York Times, Rusia adalah pemasok gas utama ke Jerman melalui pipa Nord Stream 1. Pipa gas yang juga melalui wilayah Ukraina itu mengalirkan gas alam sebesar 60 juta meter kubik per tahunnya.

Bahkan, aliran gas alam dari Rusia ke Jerman akan semakin besar dengan keberadaan pipa gas raksasa lainnya, Nord Stream 2 yang membantang di bawah Laut Baltik.

Dua pipa gas raksasa itu adalah simbol persahabatan sekaligus ketergantung ekonomi Jerman terhadap Rusia. Belakangan, penyelesaian pipa gas Nord Stream 2 yang belum selesai sepenuhnya dibangun ini dihentikan jelang serangan Rusia ke Ukraina.

"Kami sangat bergantung pada mereka (Rusia). Tidak ada dari kami yang membayangkan Rusia akan berperang. Sekarang Rusia adalah salah satu pemasok utama gas kami dan itu bukan sesuatu yang bisa kami ubah dalam semalam," kata Axel Vogt, Wali Kota Lubmin.

Lubmin adalah satu dari sekian banyak kota di Jerman yang dialiri gas alam dari pipa gas Rusia. Gas dari Rusia sejauh ini berkontribusi sebesar seperempat kebutuhan energi Jerman.

Bagi negara-negara Eropa lain, termasuk Inggris dan Perancis, keduanya tak terlalu risau dengan pasokan gas dari Rusia. Selain itu, kebutuhan minyak dan batu bara dari Rusia masih bisa digantikan dari negara lain. Hal itu tak berlaku bagi Jerman dengan impor gasnya.

“Membeli minyak dan gas Rusia sama saja membiayai kejahatan perang. Para teman-teman Uni Eropa yang terhormat, ayo bersama stop impor gas dari Rusia. Jangan mau menjadi kaki tangan Rusia," ajak Menteri Luar Negeri Lithuania, Gabrielius Landsbergis.

Selama bertahun-tahun, Berlin mengandalkan Moskow untuk memasok lebih dari setengah impor gasnya, sepertiga dari minyaknya, dan setengah dari impor batu baranya.

Padahal, sejak jauh hari, Jerman sudah diperingatkan Amerika Serikat agar tidak terlalu bergantung pada impor energi dari Rusia. Namun peringatan itu tak digubris Jerman. 

Menghentikan kebiasaan impor gas dalam waktu mendadak, akan membuat ekonomi Jerman porak-poranda. Belum lagi, negara itu masih dalam fase pemulihan akibat efek pandemi.

“Strategi kami adalah menjadi independen dari gas, batu bara, dan minyak Rusia, tetapi tidak bisa segera,” kata Robert Habeck, Menteri Ekonomi Jerman, yang sibuk bepergian ke Qatar dan Washington untuk mencari kontrak gas alternatif.

Pemerintah mengambil langkah-langkah untuk membuat Jerman independen dari batubara Rusia pada musim panas, dan minyak Rusia pada akhir tahun.

Porsi impor minyak dari Rusia telah turun menjadi 20 persen dan impor batu bara Rusia telah berkurang setengahnya.

Tetapi untuk gas Rusia, tidak akan bisa dipangkas dalam waktu dekat. Ini karena Jerman berkomitmen menjadi negara yang menggunakan energi bersih sepenuhnya di tahun 2045, hal itu pula yang membuat Jerman secara bertahap mematikan pembangkit listrik dari nuklir.

“Kami tidak dapat mengganti gas dalam jangka pendek. Ini akan merugikan kami sendiri ketimbang efeknya ke Rusia, kata Menteri Keuangan Jerman Christian Lindner.

https://money.kompas.com/read/2022/04/07/104142326/jerman-serba-salah-ingin-bantu-ukraina-tapi-bergantung-gas-rusia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke