Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Riset: 70 Persen Perusahaan Keluarga di RI Tidak Bertahan hingga Generasi Kedua

Dalam riset yang dituangkan dalam buku berjudul "Bangkit Setelah Pandemi: Mengembalikan Kesuksesan Perusahaan Keluarga Setelah Pandemi Covid-19", Daya Qarsa menemukan sebanyak 70 persen perusahaan keluarga di Indonesia tidak mampu bertahan hingga generasi kedua.

“Hanya sekitar 30 persen dari perusahaan keluarga yang mampu bertahan hingga generasi kedua, bahkan hanya sekitar 13 persen perusahaan keluarga di Indonesia yang dapat bertahan hingga generasi ketiga,” kata Founder & Managing Partner (CEO) Daya Qarsa Dr Apung Sumengkar secara virtual, Senin (18/4/2022).

Dia menjelaskan, persentase yang kecil ini menunjukkan rintangan yang besar dalam menjaga keberlangsungan bisnis keluarga jumlah perusahaan keluarga di Indonesia. Padahal, perusahaan keluarga adalah salah satu harapan untuk merealisasikan potensi ekonomi Indonesia.

Adapun potensi ekonomi Indonesia diprediksi akan bertumbuh tiga sampai empat kali dalam lima sampai 10 tahun ke depan, yang merupakan di atas rata-rata global.

“Berdasarkan survei kami, rintangan tersebut diperparah dengan adanya Covid-19, dimana 47 persen responden menganggap pandemi Covid-19 sebagai kekhawatiran utama perusahaan keluarga saat ini,” lanjut Apung.

Apung merinci, ada empat tantangan utama yang dihadapi oleh perusahaan keluarga, salah satunya adalah banyak perusahaan keluarga mengalami penurunan bisnis secara signifikan dan kesulitan dalam bertransformasi digital.

Menurut dia, hal ini terjadi karena kondisi keuangan perusahaan di masa pandemi yang membuat pendapatan menurun, sehingga tidak memungkinkan perusahaan untuk bertransformasi digital.

“Pada akhirnya, membuat perusahaan kesulitan untuk menjangkau pelanggan yang saat ini sudah ramai berselancar di saluran digital. Sementara itu, pelayanan kepada konsumen yang masih belum terdigitalisasi dan mengandalkan proses manual pun memakan biaya yang lebih besar,” jelasnya.

Selain itu, sistem kerja dan infrastruktur yang masih manual menyebabkan ketidaksiapan karyawan untuk menunjang kerja jarak jauh di masa pandemi.

Hal ini terjadi akibat pemimpin perusahaan keluarga yang kurang memiliki kesadaran akan pentingnya transformasi digital yang berdampak kepada lambatnya strategi digitalisasi perusahaan.

“Pemimpin perusahaan juga masih kurang memiliki pemahaman dan pengetahuan mengenai infrastruktur yang dibutuhkan untuk mendukung proses operasional sehari-hari,” tambah Apung.


Tantangan lainnya yang dihadapi perusahaan keluarga adalah memastikan kesehatan fisik maupun mental karyawan, serta membenahi budaya dan cara berpikir karyawan yang masih konvensional. Tantangan juga muncul dari perencanaan dan penerapan manajemen suksesi yang belum maksimal, serta penerapan sistem tata kelola perusahaan yang profesional.

Disa Novianty, Direktur People & Process Kalla Group yang merupakan bisnis konglomerasi mengatakan, sangat penting untuk mendesain struktur organisasi perusahaan holding agar bisa lebih lean dan agile dalam menghadapi perubahan yang terjadi karena pandemi Covid 19.

“Kolaborasi dengan Daya Qarsa dalam mendorong transformasi bisnis dan organisasi diharapkan membantu kami memecahkan permasalahan yang ada akibat terdampak pandemi,” ujar Disa.

Disa menjelaskan, untuk bertahan saat pandemi, perusahaan juga melakukan perubahan pada seluruh aspek-aspek krusial. Mulai dari membenahi trust & value yang berhubungan dengan sikap karyawan dan kepuasan kerja, manajemen keuangan, tata kelola perusahaan, manajemen manusia, dan infrastruktur pendukung untuk menunjang kegiatan perusahaan.

https://money.kompas.com/read/2022/04/18/163000526/riset--70-persen-perusahaan-keluarga-di-ri-tidak-bertahan-hingga-generasi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke