JAKARTA, KOMPAS.com - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat realisasi lifting minyak dan gas (migas) bumi hingga kuartal I-2022 masih di bawah target.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, secara rinci realisasi lifting minyak bumi sebesar 611.700 minyak per hari (bopd), masih di bawah target APBN yang sebesar 703.000 bopd.
Sementara lifting gas bumi tercatat sebesar 5.321 juta standar kubik per hari (mmscfd), berada di bawah target APBN yang ditetapkan sebesar 5.800 mmscfd.
"Produksi lifting 623.200 barel per hari untuk minyak, jadi tidak semua terlifting masih sebagian tertinggal di stok. Kemudian gas mencapai 5.321 MMSCFD atau 92 persen dari target di APBN 5.800," ujarnya dalam konferensi pers virtual, Jumat (22/4/2022).
Dia menjelaskan sejumlah penyebab menjadi alasan belum tercapainya target lifting migas selama periode ini. Salah satunya, titik awal produksi pada awal 2022 sudah rendah akibat dampak dari pandemi Covid-19 selama 2021.
"Jadi kita lost di sana sekitar 20.000 barrel oil per hari," kata dia.
Kemudian, adanya unplanned shutdown atau penghentian operasi yang tidak terduga di sejumlah lapangan migas. Hal ini sudah diupayakan agar tidak terjadi lagi di tahun ini namun masih belum berhasil.
Padahal, pada kuartal I 2022 ini sudah dilakukan pengeboran sumur eksplorasi yang lebih banyak 25 persen dari tahun sebelumnya. Kemudian juga sudah dilakukan pengembangan development drilling sebanyak 162 sumur atau lebih banyak dari Kuartal I 2021 yang hanya 76 sumur.
"Lawan kita yang paling utama adalah unplanned shutdown yang kita akan mencoba nanti bagaimana bisa menurunkan unplanned shutdown. Ini sudah jadi strategi tapi ternyata so far masih belum sukses," ucapnya.
Pada Januari 2021, produksi minyak masih berada di 687.000 barel per hari, namun pada akhir 2021 produksi minyak menjadi turun di angka 652.000 barel per hari.
Hal ini dikarenakan beberapa kejadian yang berdampak pada naik-turunnya produksi minyak di 2021, seperti terjadi kebocoran pipa di PHE NWC, unplanned shutdown di Medco Natuna, hingga perawatan di Husky-CNOOC Madura Limited (HCML).
Kemudian ini berdampak pada produksi di 2022 karena adanya kebocoran di PHE ONWJ, terjadi power off di PHR Rokan, dan blackout di Exxon Mobil Cepu Limited (EMCL).
"Jadi ini adalah unplanned shutdown yang terjadi yang kemudian membuat turun lagi di 616.000 dan Februari-Maret ini kita sudah mulai membaik lagi," jelasnya.
Dia melanjutkan, pada Februari dan Maret 2022 produksi kembali naik tapi kemudian turun lagi karena adanya masalah di EMCL akibat tanah longsor. Hal tersebut membuat operasinya harus dihentikan sehingga kehilangan minyak 11.000 barel per hari.
https://money.kompas.com/read/2022/04/22/151500526/produksi-migas-kuartal-i-2022-di-bawah-target-ini-alasannya