Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Wanita yang Patahkan Streotype Pekerjaan IT Hanya untuk Kaum Pria

JAKARTA, KOMPAS.com - Mendengar kata Software Engineer, Website Developer, IT Specialist, seringkali yang terbayang adalah ranah-ranah pekerjaan yang biasa dikerjakan oleh seorang laki-laki.

Sehingga pekerjaan di bidang industri Ilmu Teknologi ini pun dicap sebagai pekerjaan yang hanya untuk laki-laki.

Namun streotype ini dipatahkan oleh Veronica Dian Sari yang berkarir sebagai Data Engineer di Traveloka.

Veronica menceritakan, sebenarnya ketertarikanya akan dunia engineering sudah dirasakan sejak duduk di bangku SMP. Kala itu dia terinspirasi oleh ayahnya yang merupakan machine and electrical engineer.

Kemudian, minat tersebut konsisten berlanjut hingga ia memutuskan untuk mengambil jurusan network engineering di SMK dan computer engineering di bangku kuliah.

"Menurut saya, teknologi akan menjadi bagian penting yang dibutuhkan setiap orang untuk mempermudah hidup maupun memperbaiki taraf hidup mereka. Oleh karena itu, saya ingin menjadi salah satu orang yang berkontribusi mengembangkan teknologi dan membantu hidup banyak orang," ujarnya saat dihubungi Kompas.com belum lama ini.

Ketika menginjak dunia perkuliahan, jalannya tidak selalu mulus dia mendapatkan berbagai tantangan entah itu dari dirinya sendiri ataupun dari lingkungannya.

Dia mengaku, saat kuliah sangat sulit baginya untuk menemukan teman perempuan lainnya yang satu jurusan dengannya karena sedikitnya jumlah perempuan pada fakultas teknik di kampusnya.

Tak jarang juga dia merasa sulit untuk mengembangkan kemampuan komunikasi dikarenakan mayoritas mahasiswa teknik memiliki kepribadian yang cukup tertutup, ditambah dengan minimnya interaksi dengan orang lain karena sebagian besar mata kuliah cukup teknikal.

"Saat kami diharuskan membuat sebuah produk teknologi yang memiliki daya jual, kami rata-rata sulit untuk mengomunikasikan selling point yang dimiliki produk kami," cerita Veronica.

Hingga di tahun 2021 dirinya resmi bergabung menjadi Data engineer di Traveloka, di tim Central Data Engineer (CDE) dengan tugas utama membuat platform data yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam menjalankan operasionalnya.

Walaupun dirinya menjadi kaum minoritas di kantornya, Veronica mengaku cukup nyaman lantaran dia mendapatkan tim yang sangat suportif dan mendapatkan peluang yang setara dengan team members lainnya.

Selain itu, anggota timnya juga sangat mengerti keterbatasan fisik Veronica sebagai perempuan.

"Mereka memberikan saya waktu istirahat dan meng-cover pekerjaan yang cukup urgent jika kondisi saya tidak memungkinkan untuk mengerjakan pekerjaan tersebut, seperti saat saya mengalami period cramps. Mereka tidak pernah memandang keterbatasan fisik tersebut sebagai hal yang menurunkan potensi saya, sebaliknya mereka sangat suportif dan menghargai saya," jelas Veronica.

Hanya saja sebagai perempuan yang lebih memiliki perasaan melow, terkadang dia merasa insecure atau impostor syndrome, lantaran bekerja dengan orang-orang yang sangat luar biasa yang lebih ahli dari dirinya.

"Sehingga saya harus memperbaiki kualitas diri dan teknis saya lebih lagi, agar dapat bekerja seirama dengan tim saya," bebernya.

Seiring bekerja di Traveloka dan bekerja di lingkungan mayoritas laki-laki, membuat dia berfikir ternyata kesetaraan gender menjadi semakin penting, terutama di bidang teknologi saat ini.

Menurutnya, dengan adanya keterlibatan perempuan yang lebih besar, kita bisa menciptakan inovasi yang “ramah” bagi perempuan sebagai salah satu pemakai atau konsumen.

"Adanya kesetaraan gender juga memungkinkan perempuan dan laki-laki untuk menjelajahi minat mereka masing-masing di industri yang berbeda-beda tanpa harus merasa dibatasi stigma bahwa suatu industri lebih cocok dikerjakan oleh gender tertentu," katanya.

"Berdasarkan pengalaman saya bekerja di Traveloka, saya merasakan pentingnya peran perempuan dalam menciptakan sebuah lingkungan kerja yang kolaboratif dan insightful. Dengan semakin banyaknya perempuan yang terlibat, kita dapat menghasilkan produk dan layanan yang juga mampu memahami kebutuhan perempuan," sambungnya.

Dia juga menyarankan kepada wanita yang memiliki minat di bidang IT agar berani untuk terus mendalami kemampuannya di bidang teknologi, sehingga mampu berkontribusi di industri IT.

"Jangan takut dan berhenti karena stigma masyarakat bahwa bidang ini masih didominasi laki-laki. Justru, keterlibatan kita sebagai perempuan diperlukan untuk mengubah stigma tersebut," pungkasnya.

https://money.kompas.com/read/2022/04/23/190900926/kisah-wanita-yang-patahkan-streotype-pekerjaan-it-hanya-untuk-kaum-pria

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke