Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Masih Dibayangi Kekhawatiran Pasokan yang Ketat, Harga Minyak Dunia Naik Tipis

JAKARTA, KOMPAS.com - Harga minyak dunia naik tipis pada akhir perdagangan Rabu waktu Amerika Serikat (Kamis pagi). Pasar minyak masih dibayangi kekhawatiran tentang ketatnya pasokan di seluruh dunia, meski stok minyak mentah AS naik tipis.

Di sisi lain, pergerakan harga minyak dunia juga dipengaruhi indeks dollar AS yang meningkat, serta kondisi wabah Covid-19 di China yang menurunkan prospek ekonomi di negara importir minyak mentah terbesar di dunia itu.

Mengutip CNBC, Kamis (28/4/2022), harga minyak mentah berjangka Brent naik 33 sen ke level 105,32 dollar AS per barrel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 0,3 persen ke level 102,02 dollar AS per barrel.

Pasokan minyak di AS tetap ketat usai data pemerintah menunjukkan stok minyak mentah hanya naik moderat pada pekan lalu. Badan Informasi Energi AS melaporkan stok minyak mentah hanya naik 692.000 barrel di pekan lalu, jauh dari ekspektasi.

Sementara itu persediaan sulingan, yang meliputi solar dan bahan bakar jet, turun ke level terendah sejak Mei 2008.

Penguatan dollar AS turut mempengaruhi pergerakan harga minyak dunia untuk naik lebih tinggi. Dollar AS yang naik ke level tertinggi dalam lima tahun, membuat pembelian minyak menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Sedangkan China saat ini sedang menghadapi tingginya kasus Covid-19 yang membuat sejumlah kota di negara itu menerapkan kebijakan lockdown. Penguncian di Shanghai saat ini sudah memasuki minggu keempat, kota pusat bisnis yang menyumbang sekitar 4 persen dari konsumsi minyak China.

Otoritas China juga menyatakan akan memperluas tes Covid-19 di Beijing, yang berpotensi membuat kota besar itu turut menerapkan kebijakan lockdown. Kondisi tersebut membuat kekhawatiran terkait permintaan minyak mentah dari negara tersebut.

"Ini (adalah) lingkungan risk-off dengan dollar AS yang lebih kuat dan pembatasan mobilitas di konsumen minyak terbesar kedua, China,” kata Analis Komoditas UBS, Giovanni Stauvono

Kendati demikian, Bank Sentral China menyatakan, bakal meningkatkan dukungan kebijakan moneter yang hati-hati untuk perekonomian negaranya. Stimulus yang diberikan akan membantu meningkatkan permintaan minyak di tengah kekhawatiran tentang perlambatan pertumbuhan global.

Pernyataan itu membuat pasar mempertimbangkan rencana China untuk mendukung perekonomiannya di tengah potensi penguncian di Beijing, yang memicu kenaikan minyak dunia meski tipis.

Pasar energi di seluruh dunia memang menghadapi gangguan besar-besaran untuk meningkatkan pasokan. Pasokan yang semakin ketat terjadi setelah Rusia melakukan invasi ke Ukraina, yang menyebabkan negara-negara Barat memberikan sanksi ke Rusia, termasuk sanksi energi.

Perusahaan migas terbesar di Inggris, Shell, menyatakan tidak akan lagi menerima minyak sulingan yang dicampur dengan produk Rusia, menurut dokumen perdagangan. Sementara Exxon Mobil menyatakan telah menyatakan force majeure pada operasi Sakhalin-1 di bagian timur Rusia.

Pada pekan ini, Rusia meningkatkan pemanfaatan komoditas energinya terhadap negara-negara yang menentang invasi. Raksasa energi Rusia, Gazprom menyatakan bahwa pihaknya menghentikan pasokan gas ke Bulgaria dan Polandia, setelah kedua negara itu menentang membayar dengan mata uang rubel.

Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan, Rusia menggunakan bahan bakar fosil untuk memeras Uni Eropa. Namun ia juga bilang, kondisi saat ini menunjukkan pula bahwa era bahan bakar fosil Rusia di Eropa akan segera berakhir.

https://money.kompas.com/read/2022/04/28/102000926/masih-dibayangi-kekhawatiran-pasokan-yang-ketat-harga-minyak-dunia-naik-tipis-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke