Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Soal Investasi BUMN di GoTo, Nusron Wahid: Harus Dilihat Jangka Panjang

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi VI DPR RI Nusron Wahid mengatakan, investasi Telkomsel ke GoTo dan beberapa BUMN ke startup lainnya jangan langsung dinilai rugi hanya berdasarkan melihat pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).

"Darimana dianggap rugi? Yang mengatakan rugi itu hanya pihak-pihak yang ingin mengacau iklim investasi digital di Indonesia. Harus dilihat waktu masuk harga berapa, waktu jual harga berapa. Wong belum dijual kok sudah rugi dari mana? yang penting kan fundamentalnya bagus. Masak harga sementara dibuat acuan. Ngawur itu," ujar Nusron dalam keterangannya, Senin (30/5/2022).

Menurut dia, ada dua keuntungan dalam investasi GoTo yang bisa didapat BUMN. Pertama, penjualan data Telkomsel masuk dalam ekosistem digital, sehingga omzetnya akan naik. Kedua, harga saham GoTo waktu dijual ke depannya.

"Kalau belum dijual ya jangan dianggap rugi dong. Saya yakin nanti pada saat harga tinggi pasti justru secara valuasi dan buku mendapat keuntungan," kata dia.

Nusron Wahid menilai investasi Telkomsel di GoTo ini harus dilihat dalam jangka panjang. Hal ini justru langkah efektif untuk bisa mencegah dominasi perusahaan asing, dan tentunya mendorong ekosistem digital nasional untuk tumbuh.

investasi BUMN di sejumlah startup seperti di GoTo yang juga mendirikan MDI ventures untuk berinvestasi di berbagai startup lokal. Kemudian, ada Bank Mandiri melalui Mandiri Capital yang telah berinvestasi ke 23 startup lokal, beberapa di antaranya seperti KoinWorks, Crowde, sampai Investree. Ada juga BRI yang melakukan hal sama melalui BRI Ventures ke 21 perusahaan, salah satunya startup produsen sepatu merek lokal, Brodo.

Menurut Nusron, ini adalah strategi jangka panjang dalam upaya membangun ekosistem digital Indonesia. Kehadiran investasi BUMN pada startup lokal, kata dia, bisa menjawab kekhawatiran akan dominasi kepemilikan investor asing pada startup Indonesia.

"Ini juga sekaligus memberikan manfaat ekonomi dan nilai tambah bagi masyarakat Indonesia" ujar Nusron.

Dia pun mengaku tak khawatir meski sejumlah startup lokal harga sahamnya saat ini sedang menurun. Ia menilai hal itu bukan lah suatu permasalahan besar, apalagi bagi startup yang sudah go publik.

"Khusus start up yang sudah melakukan IPO di bursa, jangan dinilai hanya dari pergerakan harga saham, seperti case saham GoTo, yang minggu lalu ramai dibilang rugi, padahal itu hanya potential loss sesaat. Bahkan per 27 Mei malah harga saham GoTo naik lagi yang
menyebabkan ada potential profit sekitar 800 Milyar buat Telkom," kata Nusron.

Nusron menilai, potensi Indonesia dalam ekonomi digital sangat lah besar. Bahkan data Google menyebut jika diperkirakan ekonomi digital RI tumbuh 8 kali lebih besar dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau menjadi Rp 4.300 triliun pada 2030 mendatang.

"Dengan semakin banyaknya investasi yang dilakukan oleh BUMN pada startup lokal, akan menjadi modal bagus bagi Indonesia untuk mendorong sektor ekonomi digital, dan menjadikan Indonesia sebagai negara dengan ekonomi digital paling besar di Asia Tenggara," papar Nusron.

Namun Nusron justru khawatir dengan sejumlah pihak yang menyalahkan langkah strategis BUMN dalam di industri digital hanya karena munculnya potential loss. Ia menilai hal itu bisa menimbulkan dampak yang tidak baik bagi pengembangan ekosistem startup masa mendatang di Indonesia.

"Justru langkah nyata BUMN dalam mengembangkan ekosistem startup digital harus didukung, dan potensi penguatan ekosistem startup di Indonesia tidak lagi hanya bergantung kepada para investor asing," tutup Nusron Wahid.

https://money.kompas.com/read/2022/05/30/183800326/soal-investasi-bumn-di-goto-nusron-wahid--harus-dilihat-jangka-panjang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke