Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Penyaluran Kredit Perbankan Tumbuh Pesat, Likuiditas Tetap Terjaga

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), penyaluran kredit perbankan pada Januari 2022 tumbuh 5,79 persen secara tahunan (year on year/yoy), kemudian pada Februari tumbuh 6,33 persen, Maret tumbuh 6,55 persen, dan pada April pertumbuhan penyaluran kredit perbankan melesat 9,1 persen.

Pesatnya pertumbuhan kredit perbankan pada April 2022 selaras dengan tren pemulihan ekonomi yang berlanjut. Mulai berputar kembalinya roda perekonomian membuat permintaan pembiayaan dari berbagai segmen meningkat.

Permintaan pembiayaan yang meningkat itu mampu dipenuhi oleh perbankan, yang saat ini memiliki likuiditas mumpuni. Ini merupakan hasil dari pertumbuhan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) yang tinggi selama beberapa waktu terakhir.

Pertumbuhan terjadi di berbagai sektor

Pertumbuhan kredit pada April 2022 terjadi di seluruh kelompok bank, serta sebagian besar segmen kredit, dan sektor ekonomi. Ini seiring berlanjutnya pemulihan aktivitas korporasi dan rumah tangga.

Dari sisi penawaran, standar penyaluran kredit terus melonggar terutama di sektor perdagangan, industri, dan pertanian, seiring menurunnya persepsi risiko kredit. Sementara itu, dari sisi permintaan, pemulihan kinerja korporasi terus berlanjut, tercermin dari perbaikan penjualan, kemampuan membayar, dan belanja modal

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, secara sektoral, kredit sektor pertambangan dan manufaktur mencatatkan kenaikan terbesar secara bulanan (month to month/mtm) masing-masing sebesar Rp 21,5 triliun dan Rp 20,8 triliun.

Peningkatan kinerja intermediasi tersebut terjadi di tengah perekonomian global yang masih menghadapi tekanan inflasi yang persisten tinggi dan telah mendorong pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif oleh mayoritas bank sentral dunia.

Dengan pertumbuhan permintaan pembiayaan yang terjadi di berbagai sektor, membuat bank-bank dengan segmentasi berbeda mencatatkan pertumbuhan penyaluran kredit yang signifikan pada April 2022.

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk misalnya. Dengan mengandalkan segmen wholesale, bank pelat merah ini mencatatkan pertumbuhan kredit yang pesat, bahkan di atas rata-rata industri perbankan pada April 2022.

Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rudi As Aturridha mengatakan, secara bank only perseroan mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 12,2 persen secara tahunan pada April 2022. Pertumbuhan kredit bank dengan kode emiten BMRI itu utamanya ditopang oleh segmen kredit industri, yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 9,1 persen secara tahunan.

"Penyaluran kredit ini dilakukan secara prudent, sehingga kualitas kredit Bank Mandiri masih tetap terjaga," kata Rudi kepada Kompas.com, beberapa waktu lalu.

Pertumbuhan kredit yang signifikan juga dibukukan oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI. Berkat pulihnya permintaan dari segmen UMKM, BRI juga mampu mencatatkan pertumbuhan kredit di atas rata-rata industri.

Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto mengatakan, sampai dengan April 2022, realisasi penyaluran kredit secara bank only tumbuh 9,75 persen secara yoy. Realisasi pertumbuhan itu utamanya ditopang oleh segmen kredit utama BRI, yakni UMKM.

Aestika menyebutkan, kredit kepada segmen UMKM terus tumbuh, di mana segmen mikro tercatat mengalami pertumbuhan paling tinggi, yakni 15,61 persen secara yoy dan segmen kecil tumbuh 8,27 persen secara yoy.

"Saat ini porsi kredit UMKM BRI berada di kisaran 84 persen dan proporsi kredit UMKM BRI akan terus didorong naik hingga mencapai 85 persen," ujarnya.

Dengan melihat realisasi tersebut, BRI optimis kinerja kredit pada kuartal II tahun ini akan lebih baik dari kuartal sebelumnya yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 7,4 persen.

"Mengingat di kuartal II terdapat momentum Ramadhan dan Lebaran, serta kian melandainya pandemi yang membuat normalisasi kegiatan ekonomi sosial dan masyarakat," ucapnya.

Likuiditas tetap terjaga

Meskipun permintaan kredit terus meningkat, dan bank sentral mulai melakukan normalisasi kebijakan moneter dengan meningkatkan GWM rupiah secara bertahap, likuiditas perbankan tetap terjaga.

Hal itu tercermin dari rasio alat likuid/non-core deposit dan alat likuid/DPK per April 2022 masing-masing pada level 131,21 persen dan 29,38 persen, di atas threshold masing-masing sebesar 50 persen dan 10 persen.

"Perbankan dinilai dapat memenuhi peningkatan GWM lanjutan sebesar 1 persen per Juni 2022 dengan likuiditas yang dipandang masih memadai untuk menyalurkan kredit dalam rangka melanjutkan momentum pemulihan ekonomi," ujar Deputi Komisioner Humas dan Logistik OJK, Anto Prabowo.

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) juga sempat menyatakan, kondisi likuiditas perbankan masih relatif. Kekuatan likuiditas ditopang oleh pertumbuhan DPK yang stabil seiring tingkat permodalan serta fungsi intermediasi perbankan yang juga menunjukkan pemulihan.

"Pertumbuhan DPK pun tetap berada di level yang lebih tinggi sebesar 10,1 persen," ujar Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa.

Fundamental kondisi perbankan yang relatif kuat juga ditunjukkan dengan rasio permodalan (CAR) industri yang berada di level 24,03 persen.

Melihat kondisi likuiditas yang terjaga tersebut, perbankan optimis dapat memenuhi permintaan kredit dari berbagai segmen hingga penghujung tahun ini.

https://money.kompas.com/read/2022/06/03/173000226/penyaluran-kredit-perbankan-tumbuh-pesat-likuiditas-tetap-terjaga

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke