Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Guru Besar Unila Sebut Pembentukan Korporasi Petani Kopi yang Dilakukan Kementan Sudah Tepat Sasaran

KOMPAS.com - Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjenbun) berupaya mendorong pembentukan korporasi petani kopi, salah satunya di Kabupaten Bandung.

Pembentukan korporasi petani tersebut bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing pengembangan kawasan perkebunan kopi nasional.

Menanggapi hal itu, Guru Besar Ekonomi Pertanian dan Sumber Daya Alam (SDA) Universitas Lampung (Unila) Bustanul Arifin menilai pengembangan korporasi petani kopi di Kabupaten Bandung sudah tepat sasaran.

Menurutnya, pembentukan korporasi tersebut akan mampu meningkatkan produksi kopi sekaligus kesejahteraan petani.

“Sebelumnya koperasi kopi di Kabupaten Bandung telah berdiri dengan nama PT Java Preanger Lestari Mandiri (PT JPLM) yang bertujuan meningkatkan nilai tambah dan kesejahteraan petani,” ujar Bustanul, dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Kamis (16/6/2022).

Pembentukan kelembagaan petani itu diresmikan melalui pengesahan Surat Keputusan (SK) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) Nomor AHU-0058287.AH.01.01 pada Senin (9/11/2022).

Peresmian koperasi tersebut juga telah ditetapkan sebagai Korporasi Percontohan Nasional (KPN).

Meski demikian, Bustanul menyayangkan bahwa pembentukan koperasi kopi di Kabupaten Bandung oleh petani belum berjalan maksimal.

Sebab, mereka masih mengandalkan distributor atau pedagang besar untuk mendapatkan stok kopi, sehingga nilai tambah produk kopi tidak dapat dinikmati langsung oleh petani.

“Di sisi lain, perkebunan kopi di Kabupaten Bandung masih mengalami beberapa permasalahan. Salah satunya adalah produktivitas yang belum maksimal,” ujar Bustanul.

Untuk meningkatkan produktivitas dan mutu dari kopi java preanger atau kopi khas Jawa Barat (Jabar), ia mengungkapkan bahwa Kementan saat ini tengah mengembangkan kawasan kopi di sisi hilir.

Pengembangan kawasan tersebut dilakukan dengan menggunakan benih unggul kopi bersertifikat, budi daya kopi yang sesuai good agricultural practices (GAP) dan good manufacturing practice (GMP), serta ramah lingkungan.

“Melalui gerakan tanam kopi yang pernah digalakan pada awal 2022 di Kabupaten Bandung dulu oleh Bapak Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL), diharapkan juga menjadi solusi jangka panjang,” kata Bustanul.

Utamanya, lanjut dia, solusi jangka panjang untuk mendukung suplai bahan baku kopi sebagai bisnis korporasi petani.

Lebih lanjut, Bustanul mengatakan, saat ini pengembangan areal kopi di Kabupaten Bandung juga berkolaborasi dengan Perhutani dengan penyediaan lahan melalui mekanisme Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH).

Selain untuk tujuan pemenuhan rantai pasok kopi berkelanjutan, imbuh dia, pengembangan areal kopi juga bertujuan untuk konservasi dan meminimalkan deforestasi dan degradasi hutan.

“Ke depan Kementan dalam hal ini Ditjenbun harus berperan aktif dalam membantu korporasi petani dalam meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk kopi mereka," ujar Bustanul.

Tak hanya itu, lanjut dia, Kementan juga harus rutin mengikuti acara atau pameran di luar negeri agar kopi Java Preanger lebih dikenal di mancanegara sehingga pasarnya terbuka lebih luas lagi.

Jabar sentra penghasil kopi di Indonesia

Pada kesempatan itu, Bustanul menjelaskan, Jabar merupakan salah satu sentra provinsi penghasil kopi di Indonesia.

Letak geografis Jabar, sebut dia, sangat mendukung pengembangan kopi. Dari sini Jabar telah banyak menghasilkan kopi yang memiliki cita rasa tersendiri atau specialty coffee Indonesia.

“Provinsi Jabar memiliki luas areal kopi hampir tersebar di seluruh kabupaten dengan luas areal seluas 49.083.000 hektar (ha) mampu menghasilkan produksi 22.098.000 ton dan produktivitas sebesar 786 kilogram (kg) per ha,” jelas Bustanul.

Kopi Perkebunan Rakyat (PR) Jabar seluas 49.068.000 ha, lanjut dia, mampu menghasilkan produksi sebesar 22.092.000 ton dan produktivitas sebesar 786 kg per ha.

Adapun kopi tersebut terdiri dari kopi robusta dan arabika. Luas areal kopi robusta adalah 18.064.000 ha dan menghasilkan produksi sebesar 10.012.000 ton serta produktivitas 835 kg per ha.

Sementara itu, untuk kopi arabika seluas 31.004.000 ha mampu menghasilkan produksi sebesar 12.008.000 ton dan produktivitas 754 kg per ha.

https://money.kompas.com/read/2022/06/16/190541526/guru-besar-unila-sebut-pembentukan-korporasi-petani-kopi-yang-dilakukan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke