Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Warganya Penggila Kopi, Kenapa di Australia Starbucks Justru Kurang Laku?

KOMPAS.com - Di Indonesia, jaringan gerai kafe milik Starbucks sangat mudah ditemui di kota-kota besar. Menu yang paling banyak dicari, tentulah segelas kopi.

Meski relatif mahal untuk ukuran masyarakat di negara berkembang, termasuk Indonesia, kopi yang dijual Starbucks tetap memiliki banyak peminat. Nyaris, sulit menemukan kursi kafe Starbucks kosong tanpa pengunjung.

Namun, kendati sukses di banyak negara, tak demikian halnya di Australia. Di Negeri Kanguru ini, bisnis Starbucks sulit berkembang jika tidak dikatakan gagal.

Dilansir dari CNBC, Kamis (23/6/2022), dengan berbekal kesuksesan di banyak negara pula, Starbucks dengan percaya diri masuk ke pasar Australia dan membuka gerai pertamanya pada tahun 2000.

Di beberapa tahun awal pembukaan, Starbucks bahkan terbilang jor-joran dalam investasi mereka di Australia. Puluhan gerai langsung dioperasikan, berharap untung besar bisa didapat dengan cepat, beberapa kafe bahkan dibangun di lokasi-lokasi strategis.

Puncaknya pada tahun 2008, Starbucks di Australia sudah mencapai 90 gerai kafe. Artinya, ada 90 gerai baru hanya dalam waktu 8 tahun.

Namun bukan untung didapat, investasi perusahaan asal Amerika Serikat ini justru selalu buntung. Tak banyak pengunjung yang datang ke kafe mereka.

Perusahaan mengumumkan kalau banyak gerai hanya meraup pendapatan yang sangat sedikit dan tak bisa menutup biaya operasional.

Di tahun 2008 pula, perusahaan akhirnya memutuskan menutup 70 persen gerainya di Australia karena sepinya pembeli. Kala itu, Starbucks tercatat hanya menyisakan 23 gerainya di seluruh benua ini.

Banyak kalangan menilai, pertumbuhan gerai Starbucks terlalu cepat dan terburu-buru namun tidak diimbangi dengan naiknya popularitas produk kopinya.

"Ketika diluncurkan, mereka membuka gerai terlalu cepat dan banyak. Starbucks tidak memberi konsumen Australia kesempatan untuk benar-benar merasakan kopi sesuai selera mereka," kata Thomas O'Cornor, analis industri ritel Gartner.

Penyebab kegagalan utama

Dibandingkan negara-negara lainnya di mana Starbucks cukup sukses, selera minum kopi orang Australia terbilang sangat tinggi. Budaya minum kopi sudah sangat melekat di benak orang Australia. 


Kebanyakan orang Australia juga sangat paham citarasa kopi. Setiap kedai kopi di negara itu memiliki citarasa khasnya masing-masing.

Selain itu, orang Australia umumnya sulit berpindah ke dari satu kedai kopi ke kedai kopi lainnya jika sudah terlanjur menyukai kopi dan pas dengan seleranya. Itu sebabnya, para barista dan pemilik kopi di Australia cukup akrab dengan para pelanggannya.

Hal ini tak lepas dari budaya minum kopi orang Australia yang sudah terbangun sejak ratusan tahun lalu. Di awal abad-20, Benua Australia kedatangan ribuan imigran dari Italia dan Yunani yang sekaligus membawa kultur minum kopi dari negara asalnya.

Saat itulah, para imigran ini memperkenalkan espresso, kopi yang paling banyak digemari warga kulit putih di Australia hingga saat ini. Selain itu, orang Australia juga banyak yang menyukai specialty coffee.

Sejak kedatangan imigran dari negara Mediterania, kedai-kedai kopi bermunculan di setiap sudut kota. Saking banyaknya kedai kopi, terjadi persaingan sengit persaingan antar-penjual kopi pada pertengahan 1900-an.

Budaya yang sudah lama melekat di benak orang Australia inilah yang tidak dipahami oleh manajemen Starbucks saat itu. Terlebih, Starbucks lebih banyak menjual kopi dengan rasa 'Amerika' yang lebih manis ketimbang menyajikan kopi yang sesuai dengan selera Australia di daftar menu mereka.

Kesalahan menjual kopi yang tidak sesuai selera pasar, kuatnya pemain lokal, ditambah dengan harga segelas kopi yang lebih mahal dibandingkan kedai kopi lokal, membuat gerai Starbucks selalu sepi pembeli.

Akibat kesalahan ini, dalam tujuh tahun pertama di Australia, Starbucks mengakumulasi kerugian sebesar 105 juta dollar AS, memaksa perusahaan untuk menutup 61 lokasi.

Tetapi Starbucks belum menyerah di Australia. Sejak terjadi penutupan kafenya di tahun 2008, perusahaan mulai perlahan membuka lebih banyak lokasi dengan menjual varian kopi yang mudah diterima pasar lokal.

Gagal menjangkau orang lokal Australia, bukan berarti rasa kopinya tak disukai orang asing. Beberapa gerai Starbucks di kota-kota besar masih bertahan karena menyasar konsumen para turis asing dan imigran dari Asia.

Tercatat, saat ini Starbucks memiliki 39 gerai di kawasan kota-kota terbesar Australia seperti Sydney, Gold Coast, Melbourne, dan Brisbane.

https://money.kompas.com/read/2022/06/23/141827326/warganya-penggila-kopi-kenapa-di-australia-starbucks-justru-kurang-laku

Terkini Lainnya

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke