Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

APBN Surplus Lagi Rp 132,2 Triliun Pada Mei, Sri Mulyani: Pembalikan yang Luar Biasa...

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, capaian surplus APBN pada Mei lebih besar dibanding bulan April 2022, yang hanya Rp 103,1 triliun atau 0,58 persen dari PDB. Capaian surplus juga lebih baik dibanding Mei 2021 yang kala itu mencatat defisit Rp 219,2 triliun atau 1,92 persen dari PDB.

"Total keseimbangan APBN sampai akhir Mei surplus Rp 132,2 triliun. Bandingkan tahun lalu defisit Rp 219,2 triliun hingga akhir Mei, sekarang sampai Mei kita masih masih positif Rp 132 triliun. Lagi-lagi ini pembalikan yang luar biasa dari kondisi fiskal kita," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, Kamis (23/6/2022).

Bendahara negara ini menuturkan, surplus APBN terjadi lantaran belanja negara yang meningkat akibat pemulihan ekonomi yang membaik dan harga-harga komoditas unggulan meningkat. Meski belanja lebih tinggi akibat subsidi energi, penerimaan negara yang lebih tinggi mampu menopang surplus APBN.

Dengan adanya surplus, pembiayaan APBN pun mengalami kontraksi hingga 73,2 persen dari target Rp 868 triliun dalam APBN 2022. Di bulan yang sama tahun lalu, pembiayaan anggaran sudah tembus Rp 310,4 triliun.

"Ekonomi kita sudah makin kuat dengan konsumsi rumah tangga, investasi, dan ekspor sekarang menjadi motor pemulihan ekonomi sehingga APBN bisa konsolidasi dan berfungsi sebagai shock absorber, tapi tidak sebagai lokomotif pemulihan ekonomi utama," jelas Sri Mulyani.

Pendapatan negara

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini mencatat, pendapatan negara pada Mei 2022 mencapai Rp 1.070,4 triliun. Pendapatan negara tumbuh sebesar 47,3 persen secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan Mei tahun lalu yang Rp 726,5 triliun.

Secara rinci, penerimaan perpajakan sudah mencapai Rp 846,1 triliun dari target APBN yang sebesar Rp 1.510 triliun. Penerimaan perpajakan ini tumbuh 51,4 persen, lebih tinggi dibanding 49,1 persen pada April 2022.

Penerimaan perpajakan ditopang oleh penerimaan pajak serta kepabeanan dan cukai. Pemerintah mencatat, penerimaan pajak mencapai Rp 705,8 triliun atau tumbuh 53,6 persen (yoy) dari target APBN Rp 1.265 triliun.

Adapun kepabeanan dan cukai mencapai Rp 140,3 triliun atau tumbuh 41,3 persen. Capaiannya sudah 57,3 persen dari target APBN Rp 245 triliun.

"Jadi kalau kita lihat di dalam pertumbuhan tahun lalu, pajak tahun lalu tumbuh 3,4 persen, dan tahun ini 53 persen. Bea cukai tahun lalu sudah tinggi 21,6 persen, tahun ini masih tumbuh lagi 41,3 persen," ujar Sri Mulyani.

Untuk PNBP, realisasinya sudah Rp 224,1 triliun, tumbuh 33,7 persen (yoy) dan mencapai 66,8 persen dari target Rp 335,6 triliun.

Besarnya penerimaan membuat Sri Mulyani yakin dan melihat potensi tambahan penerimaan negara sebesar Rp 420 triliun lebih tinggi dari target APBN Rp 1.846,1 triliun.

"Kemungkinan penerimaan kita itu Rp 420 triliun lebih tinggi dari APBN. APBN yang awal hanya Rp 1.846 triliun belum mencerminkan kemungkinan adanya penambahan penerimaan yang berasal dari pemulihan ekonomi yang kuat dan komoditas meningkat," tutur dia.


Belanja Negara

Wanita yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Ikatan Ahli Ekonomi Indonesia (IAEI) ini menjelaskan, belanja negara pada Mei 2022 justru terkontraksi 0,8 persen.

Belanja negara di Mei sebesar Rp 938,2 triliun, lebih kecil dibanding Rp 945,7 triliun di Mei 2021. Belanja pemerintah pusat Rp 653,9 triliun dari pagu Rp 1.944,5 triliun. Realisasi ini menurun sebesar 1 persen secara tahunan (yoy) dari Rp 647,6 triliun pada Mei 2021.

Sedangkan, transfer ke daerah dan dana desa (TKDD) hanya Rp 284,3 triliun dari target APBN Rp 769,6 triliun. TKDD ini terkontraksi 4,6 persen (yoy), lebih tinggi dari kontraksi -2,8 persen pada Mei tahun lalu.

"Tadi saya sampaikan kontraksi terdalam dari TKDD yaitu Rp 284,3 triliun atau kontraksi 4,6 persen. Ini karena tadi beberapa item di TKDD, DBH, DAK Fisik, DAK non Fisik, DID, semuanya mengalami kontraksi yang cukup dalam walaupun DAU naik," sebut Sri Mulyani.

Dengan kondisi APBN yang masih surplus pada Mei 2022, wanita yang karib disapa Ani ini berharap defisit pada akhir tahun akan mengecil dari target awal Rp 868 triliun.

"Kalau dilihat dari situasi Mei yang masih surplus, kita berharap pada akhir tahun defisitnya tidak akan sebesar Rp 868 triliun, defisit akan bisa diturunkan secara signifikan. Saya harap situasi yang baik masih kita jaga walaupun kondisi global sangat dinamis," jelas Ani.

https://money.kompas.com/read/2022/06/23/184000426/apbn-surplus-lagi-rp-132-2-triliun-pada-mei-sri-mulyani--pembalikan-yang-luar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke