Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bayangan Stagflasi Ekonomi Dunia

Perlambatan pertumbuhan ekonomi secara global, dilandasi dengan tingginya angka inflasi yang semakin tak terkendali, khususnya Amerika Serikat (AS) yang sudah merilis data inflasi tahunan per bulan Mei lalu yang tercatat naik ke 8.6 persen, menembus level tertingginya pada bulan Maret lalu, sekaligus merupakan titik baru capaian inflasi tertinggi sepanjang 4 dekade terakhir.

Kenaikan inflasi ini mendorong kembalinya inversi kurva imbal hasil atau inverted yield curve obligasi pemerintah AS (US Treasury).

Kondisi inverted yield curve ini terjadi akibat meningkatnya ekspektasi inflasi dalam jangka pendek, namun akan turun dalam jangka menengah hingga panjang. Di masa lalu, kondisi ini seringkali menjadi leading indicator akan potensi terjadinya resesi dalam 6 hingga 24 bulan berikutnya. Maka, hal ini mendesak bank sentral AS, The Fed, untuk menaikkan suku bunga acuan secara lebih agresif 75 basis poin, yang menjadikan suku bunga acuan The Fed saat ini berada pada level 1,75 persen.

Tingginya laju inflasi ini juga dialami oleh beberapa negara maju lainnya, seperti di Eropa dan Inggris. Laju inflasi yang terlalu tinggi dikhawatirkan akan menurunkan permintaan dan menurunkan pertumbuhan ekonomi, suatu kondisi ekonomi yang langka dan disebut sebagai stagflasi.

Sebagai catatan, stagflasi atau stagflation berasal dari kata stagnation dan inflation. Stagflasi pada ekonomi menimbulkan dilema bagi para pembuat kebijakan. Hal ini disebabkan, pelonggaran kebijakan moneter atau pemangkasan suku bunga yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, akan mengakibatkan inflasi semakin meningkat.

Sebaliknya, menaikkan suku bunga untuk mengatasi laju inflasi, akan berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi. Pada era stagflasi di tahun 1970-an, para pembuat kebijakan di AS menaikkan suku bunga hingga double digit untuk mengatasi inflasi, namun hal ini mendorong ekonomi terpuruk di jurang resesi.

Oleh karena itu, kekhawatiran akan stagflasi ini mendorong spekulasi para pelaku pasar bahwa resesi sudah di ambang pintu, sehingga pasar saham global pun memasuki tren bearish.

Akan tetapi, hasil survei yang dihimpun oleh Bloomberg terhadap sejumlah analis terkait potensi terjadinya resesi masih berada pada kisaran 31,5 persen. Rendahnya probabilitas ini dikarenakan adanya beberapa indikator ekonomi yang masih cukup baik, termasuk angka pengangguran yang masih relatif rendah, dan aktivitas manufaktur dan jasa yang masih menunjukkan ekspansi.

Salah satu penyebab stagflasi adalah ketidakmampuan produsen untuk memenuhi permintaan, sehingga harga barang naik tajam. Konflik geopolitik Rusia – Ukraina serta kebijakan Zero Covid Policy di China telah mengganggu ketersediaan sejumlah komoditas global dan rantai pasokan bahan baku dan barang jadi.

Akan tetapi, tren penurunan jumlah kasus harian Covid di China membuat pemerintah mulai membuka lockdown dan melonggarkan kebijakan pembatasan sosial di beberapa kota. Hal ini disambut positif oleh pelaku pasar regional dan global. Tak hanya itu, pembuat kebijakan di China juga baru saja memberikan ijin terhadap 60 online games baru.

Pelaku pasar menilai pelonggaran kebijakan tersebut sebagai tanda bahwa China akan mengakhiri intervensi terhadap perusahaan teknologi. Beberapa indikator ekonomi China juga mulai membaik seperti kenaikan ekspor, kenaikan aktivitas manufaktur serta level inflasi yang relatif stabil di kisaran 2,1 persen pada bulan Mei.

Tak hanya China yang memiliki inflasi relatif rendah, Indonesia juga terlihat cukup resilient dari badai inflasi. Kenaikan harga komoditas dunia justru mendorong penerimaan negara dan mendorong pemulihan ekonomi.

Di saat yang sama krisis energi mendorong kenaikan bahan bakar dan tarif listrik, sehingga inflasi mulai naik secara perlahan. Akan tetapi, bank sentral belum mengambil langkah untuk menaikkan suku bunga.

Bank Indonesia memutuskan untuk menyerap likuiditas pasar melalui kenaikan Giro Wajib Minimum (GWM) secara bertahap mulai bulan Juni hingga mencapai 9 persen di bulan September, sebelum mulai menaikkan suku bunga. Pasalnya, kenaikan suku bunga yang terlalu cepat dikhawatirkan akan mengerem laju pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung.

Namun, tetap saja, potensi kenaikan suku bunga dalam negeri di semester kedua ini sulit untuk dihindari dengan kenaikan inflasi Indonesia yang meskipun terkendali, tetapi ada potensi kenaikan pada kisaran 4 persen.

Hal tersebut akan berdampak pada kelas aset obligasi yang juga diperkirakan akan mengalami kenaikan imbal hasil atau penurunan harga. Namun, dengan masih tingginya imbal hasil riil dan selisih imbal hasil yang cukup jauh dengan US Treasury, tentunya kenaikan imbal hasil akan lebih bersifat moderat.

Selain itu, dengan bobot investor asing yang relatif underweight pada Surat Utang Negara, juga akan mengurangi tekanan jual pada obligasi. Investor yang memiliki jangka waktu investasi jangka menengah hingga panjang, dapat fokus pada pendapatan kupon dari surat utang yang memiliki durasi yang lebih singkat.

Kenaikan inflasi tentunya merupakan efek samping dari pemulihan ekonomi yang tidak dapat dihindarkan. Pada siklus ini, Indonesia sebagai negara eksportir komoditas, maka sektor-sektor seperti energi, komoditas dan industri akan menjadi motor penggerak pasar saham.

Hal ini mendorong investor asing membanjiri pasar saham Indonesia. Data yang terhimpun year-to-date per 15-Juni, tercatat Rp 71,38 triliun aliran dana asing yang masuk, membuat penguatan IHSG dari awal tahun masih bertahan di level 6,47 persen. Ekspektasi pertumbuhan laba emiten di tahun ini diperkirakan di kisaran 12 hingga 15 persen.

Bagi Anda yang sedang merencanakan investasi, pastikan untuk mengetahui profil risiko Anda sebelum berinvestasi. Sehingga, Anda dapat mengoptimalkan imbal hasil dan mengendalikan risiko dengan melakukan strategi investasi seperti alokasi aset dalam portfolio keuangan, diversifikasi hingga investasi secara bertahap, yang seringkali disebut dollar cost averaging.

Tak hanya menentukan strategi investasi, kita pun perlu mengeksekusi strategi tersebut. Membuat keputusan investasi di tengah situasi yang kurang kondusif tentunya tidak mudah, apalagi jika mulai berinvestasi dengan cara tradisional, dimana kita perlu datang mengunjungi bank terdekat atau membutuhkan proses tatap muka secara langsung.

Namun dengan kemajuan teknologi, tentunya hal ini semakin dipermudah. Tentunya, investor juga perlu memilih bank dengan reputasi dan kredibilitas yang baik, yang juga diatur dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Pertimbangkan untuk berinvestasi melalui bank yang dapat menyediakan layanan investasi terintegrasi dengan transaksi keuangan harian untuk memudahkan transaksi pembelian investasi yang dipilih.

https://money.kompas.com/read/2022/06/24/153200526/bayangan-stagflasi-ekonomi-dunia

Terkini Lainnya

Perusahaan Asal Singapura Jadi Investor Pertama KIT Batang Tahun Ini

Perusahaan Asal Singapura Jadi Investor Pertama KIT Batang Tahun Ini

Whats New
Ada Gejolak Global, Erick Thohir Telepon Direksi BUMN, Minta Susun Strategi

Ada Gejolak Global, Erick Thohir Telepon Direksi BUMN, Minta Susun Strategi

Whats New
Inflasi Medis Kerek Harga Premi Asuransi Kesehatan hingga 20 Persen

Inflasi Medis Kerek Harga Premi Asuransi Kesehatan hingga 20 Persen

Whats New
Pemerintah Perlu Tinjau Ulang Anggaran Belanja di Tengah Konflik Iran-Israel

Pemerintah Perlu Tinjau Ulang Anggaran Belanja di Tengah Konflik Iran-Israel

Whats New
Ekspor Batik Aromaterapi Tingkatkan Kesejahteraan Perajin Perempuan Madura

Ekspor Batik Aromaterapi Tingkatkan Kesejahteraan Perajin Perempuan Madura

Whats New
Hadiri Halalbihalal Kementan, Mentan Amran: Kami Cinta Pertanian Indonesia

Hadiri Halalbihalal Kementan, Mentan Amran: Kami Cinta Pertanian Indonesia

Whats New
Pasar Modal adalah Apa? Ini Pengertian, Fungsi, dan Jenisnya

Pasar Modal adalah Apa? Ini Pengertian, Fungsi, dan Jenisnya

Work Smart
Syarat Gadai BPKB Motor di Pegadaian Beserta Prosedurnya, Bisa Online

Syarat Gadai BPKB Motor di Pegadaian Beserta Prosedurnya, Bisa Online

Earn Smart
Erick Thohir Safari ke Qatar, Cari Investor Potensial untuk BSI

Erick Thohir Safari ke Qatar, Cari Investor Potensial untuk BSI

Whats New
Langkah Bijak Menghadapi Halving Bitcoin

Langkah Bijak Menghadapi Halving Bitcoin

Earn Smart
Cara Meminjam Dana KUR Pegadaian, Syarat, dan Bunganya

Cara Meminjam Dana KUR Pegadaian, Syarat, dan Bunganya

Earn Smart
Ada Konflik Iran-Israel, Penjualan Asuransi Bisa Terganggu

Ada Konflik Iran-Israel, Penjualan Asuransi Bisa Terganggu

Whats New
Masih Dibuka, Simak Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 66

Masih Dibuka, Simak Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 66

Work Smart
Tingkatkan Daya Saing, Kementan Lepas Ekspor Komoditas Perkebunan ke Pasar Asia dan Eropa

Tingkatkan Daya Saing, Kementan Lepas Ekspor Komoditas Perkebunan ke Pasar Asia dan Eropa

Whats New
IHSG Turun 2,74 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Saham Rp 11.718 Triliun

IHSG Turun 2,74 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Saham Rp 11.718 Triliun

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke