Meskipun demikian, pertumbuhan uang beredar pada Mei kemarin tercatat mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya.
Data bank sentral menunjukan, posisi M2 pada Mei 2022 tercatat sebesar Rp 7.854,8 triliun atau tumbuh 12,1 persen dari periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy).
"Tetap kuat dibandingkan dengan pertumbuhan pada April 2022 yang tercatat sebesar 13,6 persen secara yoy," ujar Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono, dalam keterangannya, Senin (27/6/2022).
Pertumbuhan uang beredar utamanya ditopang oleh uang beredar dalam arti sempit (M1) yang terdiri dari uang kartal di luar bank umum dan BPR, giro rupiah, dan tabungan rupiah yang dapat ditarik sewaktu-waktu, yang tumbuh 18,4 persen secara yoy.
Tercatat peredaran uang kartal pada Mei sebesar Rp 820,2 triliun, tumbuh 10,3 persen secara yoy, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 22,3 persen secara yoy.
"Sejalan dengan kembali normalnya kebutuhan kartal masyarakat pasca Idul Fitri 1443 H," tulis BI dalam laporannya.
Sementara itu, tabungan rupiah yang dapat ditarik sewaktu-waktu dengan pangsa 48,5 persen terhadap M1, tercatat sebesar Rp 2.169,3 triliun, tumbuh 13,2 persen secara yoy, juga melambat dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 15,9 persen secara yoy.
Adapun dari sisi uang kuasi, yang memiliki pangsa 42,7 persen dari M2, tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 4,6 persen secara yoy menjadi Rp 3.356,2 triliun.
Pertumbuhan tersebut juga melambat dari bulan sebelumnya yang tumbuh 5 persen, di mana perlambatan disebabkan oleh komponen simpanan berjangka yang terkontraksi.
"Kontraksi pertumbuhan simpanan berjangka sejalan dengan perkembangan suku bunga yang ditawarkan," tulis BI.
Faktor yang memengaruhi uang beredar BI menyatakan, perlambatan pertumbuhan uang beredar pada Mei 2022 terutama dipengaruhi oleh perkembangan ekspansi keuangan pemerintah dan penyaluran kredit yang tidak setinggi bulan sebelumnya.
Tercatat pada Mei 2022, ekspansi keuangan pemerintah melambat, tercermin dari perlambatan pertumbuhan tagihan bersih sistem moneter kepada pemerintah pusat, dari 22,3 persen yoy pada bulan April 2022 menjadi 3,8 persen yoy.
Hal tersebut disebabkan oleh naiknya kewajiban kepada pemerintah pusat sebesar 9,8 persen yoy, terutama berupa simpanan pemerintah pusat pada sistem moneter.
Sementara itu, penyaluran kredit pada Mei 2022 tumbuh 8,7 persen secara yoy, tidak sekuat pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 8,9 persen yoy.
"Sejalan dengan perlambatan penyaluran kredit modal kerja maupun konsumsi," tulis BI.
https://money.kompas.com/read/2022/06/27/123000126/pertumbuhan-uang-beredar-melambat-ini-penyebabnya