Indeks S&P 500 mencatatkan penurunan kinerja terburuk sejak tahun 1970, dengan penurunan hampir 0,9 persen menjadi 3.785,38. Dow Jones Industrial Average (DJIA) juga turun 253,88 poin, atau 0,8 persen, menjadi berada di level 30.775,43, dan Nasdaq Composite muterkoreksi paling dalam sebesar 1,3 persen, di level 11.028,74.
“Sekarang ada inflasi yang belum pernah kita lihat dalam beberapa dekade, dan pasar dipaksa untuk menyesuaikan diri dengan kenyataan baru ini. The Fed juga berusaha mengejar ketinggalan dan memperlambat pertumbuhan ekonomi,” kata Stephanie Lang, kepala investasi di Homrich Berg, mengutip CNBC.
Lonjakan imbal hasil obligasi di awal tahun ini, dan valuasi ekuitas yang secara historis mahal membuat saham teknologi jatuh terlebih dahulu, karena investor keluar dari area pasar yang berorientasi pada pertumbuhan.
Dengan demikian, kenaikan suku bunga membuat keuntungan masa depan, seperti yang dijanjikan oleh perusahaan yang sedang berkembang, menjadi kurang menarik. Nasdaq turun lebih dari 31 persen di bawah level tertinggi sepanjang masa.
Beberapa perusahaan teknologi terbesar telah mencatat penurunan kinerja yang cukup besar tahun ini, dengan Netflix yang ambles 71 persen, Apple dan Alphabet masing-masing telah kehilangan sekitar 23 persen, dan 24,8 persen, sementara induk Facebook Meta telah turun 52 persen.
Pada hari Kamis, saham Universal Health Services ambles 6,1 persen, dan saham HCA Healthcare kehilangan 4,3 persen. Demikian juga dengan saham Abiomed dan Viatris yang turun lebih dari 3 persen.
Saham farmasi Walgreens Boots Alliance mencatatkan penurunan terdalam pada indeks DJIA, sebesar 7,2 persen. Demikian juga saham – saham kapal pesiar terus melemah, seperti Carnival yang turun lebih dari 2 persen, Royal Caribbean, dan Norwegian Cruise Line masing-masing turun lebih dari 3 persen.
Saham ritel rumah juga turun, dimana saham RH anjlok sekitar 10,6 persen, setelah mengeluarkan peringatan laba untuk setahun penuh. Wayfair dan Williams-Sonoma juga masing-masing turun sekitar 9,6 persen dan 4,4 persen.
Sebelumnya, Presiden Federal Reserve Bank of Cleveland Loretta Mester menyampaikan dukungannya untuk kenaikan suku bunga 75 basis poin pada pertemuan bank sentral Juli mendatang jika kondisi ekonomi saat ini bertahan.
Pada bulan Juni, The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar tiga perempat poin persentase, kenaikan terbesar sejak 1994. Beberapa pengamat Wall Street khawatir bahwa tindakan yang terlalu agresif akan mendorong ekonomi ke dalam resesi.
“Kami belum percaya pasar saham telah mencapai titik terendah dan kami melihat penurunan lebih lanjut ke depan. Investor harus memegang uang tunai dalam jumlah yang lebih tinggi saat ini,” kata George Ball, ketua Sanders Morris Harris.
Courtney Garcia, penasihat keuangan senior di Payne Capital Management mengatakan, jika inflasi yang memuncak akan bertahan lebih lama tetapi masih ada peluang bagus bagi investor dalam kondisi ini.
"Pasar akan memperhitungkan resesi sebelum resesi benar-benar terjadi dan itulah yang perlu Anda fokuskan sebagai investor. Penurunan pasar seperti saat ini lebih dari 15 persen telah terjadi beberapa kali dalam sejarah,” kata Courtney Garcia.
https://money.kompas.com/read/2022/07/01/071907526/wall-street-merah-sp-500-berkinerja-terburuk-dalam-50-tahun-terakhir