Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Strategi Putin, Jadikan Pupuk "Senjata" Rusia

KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakungan kunjungan ke Kremlin, Moskow, Rusia untuk bertemu dengan Vladimir Putin. Sebelumnya, Jokowi juga melawat ke Kiev untuk bertemu dengan Volodymyr Zelensky, Presiden Ukraina.

Dalam pertemuan Jokowi dengan Putin itu pula, terungkap pula kalau selama ini Rusia mengatur pasokan pangan dan pupuk untuk menekan negara-negara yang dianggap Rusia tidak bersahabat.

Kepada Jokowi, Putin menjanjikan jaminan keamanan atas pasokan pangan dan pupuk ke pasar dunia, baik dari Rusia maupun Ukraina.

"Saya tadi banyak berdiskusi dan menekankan bahwa pangan dan pupuk adalah masalah kemanusiaan merupakan kepentingan masyarakat dunia," kata Presiden Jokowi dalam keterangan pers bersama Putin, dikutip dari kantor berita resmi Rusia, RIA Novosti, Jumat (1/7/2022).

Jokowi menyebutkan ratusan juta orang terdampak dengan terganggunya rantai pasok pangan dan pupuk. Tanpa pasokan pupuk yang cukup, stok pangan dunia dalam kondisi kritis.

Pupuk jadi "senjata" Rusia

Selain dikenal sebagai penghasil gas dan minyak besar dunia, Rusia juga merupakan negara eksportir pupuk terbesar secara global. Konflik militer di Ukraina membuat aliran ekspor pupuk dari Rusia terganggu.

Hal ini makin diperparah, saat Amerika Serikat beserta sekutunya membebankan sanksi ekonomi bertubi-tubi terhadap Rusia. Kondisi ini ikut mendorong Rusia untuk memainkan logistik pupuk global dengan mengurangi ekspor pupuk sebagai bentuk pembalasan.

Rusia adalah pemasok seperlima pupuk di seluruh dunia. Terutama urea, kaolin, dan fosfor.  Di sisi lain, Eropa adalah penghasil dari banyak panganan, terutama gandum hingga biji bunga matahari, di mana pupuk adalah kebutuhan pokok bagi para petani. 

Dikutip dari Al Arabiya, saat bertemu dengan Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan, Putin sempat menjanjikan kalau ekspor pupuk bisa kembali dibuka lebar apabila negara-negara Barat menghentikan sanksi ekonomi ke negaranya.

"Mengingat masalah pangan yang muncul di pasar global akibat saksi ekonomi dari negara-negara Barat, bahwa Rusia menjamin akan kembali mengekspor pupuk dan produk pertanian lainnya apabila sanksi-sanksi tersebut sudah dicabut," tulis kantor berita Rusia, TASS.

Rusia juga menjanjikan akan membuka perairan Ukraina di Laut Hitam agar negara yang dipimpin Zalensky itu bisa mengekspor gandum ke negara lain.

Rusia cukup kepayahan dengan sanksi dari AS dan sekutu Eropanya setelah Putin memerintahkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari.

Sanksi tersebut telah mengganggu pasokan pupuk, biji-bijian dan komoditas lainnya dari Rusia dan Ukraina, yang bersama-sama menghasilkan 30 persen dari pasokan gandum global.

Sementara itu dilansir dari Bloomberg, pemerintah AS diam-diam membujuk perusahaan-perusahaan pertanian bisa mengimpor lebih banyak pupuk dari Rusia karena kekhawatiran Rusia akan menghentikan ekspornya secara penuh.

Pejabat AS dan Eropa menuduh Kremlin menggunakan pasokan makanan dan pupuk sebagai senjata, mencegah Ukraina mengekspor gandumnya, meski Rusia beberapa kali menyangkalnya.

AS dan Uni Eropa sendiri, meskipun menghujani Rusia dengan melarang ekspor produk dari Rusia, pupuk selama ini jadi pengeculian. Meski begitu, ekspor pupuk dari Rusia memang mengalami penurunan sebesar 24 persen tahun ini.

https://money.kompas.com/read/2022/07/01/094831426/strategi-putin-jadikan-pupuk-senjata-rusia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke