Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Rupiah Tembus Rp 15.000 per Dollar AS, Apa Dampaknya ke Perekonomian Indonesia?

Mengacu kepada kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada pada level Rp 15.015 per dollar AS pada Rabu (6/7/2022), atau melemah dibandingkan hari sebelumnya di level Rp 14.990 per dollar AS.

Tren pelemahan nilai tukar rupiah tidak terlepas dari kondisi perekonomian global yang masih tidak menentu. Pasalnya, di tengah kondisi perekonomian yang tidak pasti, investor cenderung menarik dananya untuk ditempatkan ke instrumen safe haven.

Lantas, apa sebenarnya dampak dari nilai tukar rupiah yang mencapai Rp 15.000 per dollar AS?

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, secara umum, di satu sisi pelemahan nilai tukar rupiah akan berdampak positif pada kinerja ekspor. Pasalnya, nilai yang diterima pelaku usaha lebih tinggi.

Meskipun demikian di sisi yang lain pelemahan rupiah akan berdampak negatif bagi pelaku usaha. Terutama bagi industri manufaktur yang mengandalkan impor bahan baku sementara penerimaannya dalam denominasi rupiah.

Lebih lanjut, Josua bilang, dampak pelemahan rupiah terhadap APBN yang terindikasi dari sensitivitas asumsi makro nilai tukar.

Ia menjelaskan, setiap pelemahan rupiah sebesar Rp 100 per dollar AS akan mendorong kenaikan penerimaan negara sebesar Rp 2,7 triliun dan mendorong kenaikan belanja negara sebesar Rp 2,1 triliun.

"Atau dengan kata lain setiap pelemahan rupiah Rp 100 per dollar AS akan mendorong surplus APBN sebesar Rp 0,7 triliun," ujar dia, kepada Kompas.com, Rabu (6/7/2022).

Namun demikian, Josua menambah, pelemahan rupiah yang berlanjut diperkirakan akan berdampak juga pada utang luar negeri atau ULN pemerintah.

"Akan tetapi, secara keseluruhan mengingat kondisi fundamental ekonomi Indonesia baik dan ditopang oleh neraca transaksi berjalan pada kondisi yang sehat dan cadangan devisa yang solid maka diperkirakan akan tetap mendorong stabilitas rupiah," tutur dia.


Harga impor meningkat

Sementara itu, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyebutkan, kondisi rupiah saat ini perlu jadi perhatian. Sebab Ia menilai, pelemahan kurs dikhawatirkan memicu kenaikan biaya impor terutama pangan.

"Sejauh ini imported inflation belum dirasakan karena produsen masih menahan harga di tingkat konsumen. Tapi ketika beban biaya impor sudah naik signifikan akibat selisih kurs maka imbasnya ke konsumen juga," kata dia.

Selain itu, beban utang luar negeri sektor swasta berpotensi meningkat, karena pendapatan sebagian besar diperoleh dalam bentuk rupiah sementara bunga dan cicilan pokok berbentuk valas. Situasi ini disebut akan mendorong swasta lakukan berbagai cara salah satunya efisiensi operasional.

"Tidak semua perusahaan swasta yang memiliki ULN lakukan hedging," ucap Bhima.

https://money.kompas.com/read/2022/07/06/190000526/rupiah-tembus-rp-15.000-per-dollar-as-apa-dampaknya-ke-perekonomian-indonesia-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke