Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Terkoreksi, Saham GoTo Masih Layak Dikoleksi?

Jika dilihat pergerakannya dalam satu bulan terakhir, saham emiten teknologi itu bergerak fluktuatif cenderung menurun. Pada awal Juli, GoTo sempat diperdagangkan mendekati Rp 400 per saham, namun terus terkoreksi selama beberapa hari kemudian.

Meskipun tengah berada dalam tren penurunan, Citi Research dari PT Citigroup Sekuritas Indonesia (CSI) merekomendasikan beli (BUY) atau tahan (HOLD) untuk saham GoTo. Riset itu menyematkan target price (TP) lebih tinggi untuk saham GOTO yaitu Rp 430.

”Kami merekomendasikan BUY/HOLD dan TP Rp 430 dengan keyakinan bahwa GoTo semestinya diperdagangkan pada harga premium dibandingkan perusahaan sejenis di regional, mengingat dominasinya di Indonesia,” tulis riset Citi yang disusun oleh Ferry Wong CFA, Ryan Davis, Justian Rama, Alicia Yap CFA, dan Nelson Cheung, dikutip Selasa (26/7/2022).

Dalam menyusun rekomendasinya, Citi memberikan konteks Indonesia merupakan pasar terbesar di ASEAN. Sementara itu, GOTO yang merupakan kombinasi dari layanan on demand (Gojek), e-commerce (Tokopedia) dan financial technology (GoTo Financial), dinilai dapat mengoptimalisasi potensi tersebut.

“Ekosistem dan integrasinya yang kuat adalah katalis utama untuk monetisasi aset lebih optimal,” tulis riset Citi.

Selain sinergi dan integrasi ekosistem, faktor perubahan sosial juga dinilai ikut mempengaruhi kemampuan GOTO dalam meraih profit dan pertumbuhan yang berkelanjutan. Antara lain, urbanisasi yang cepat, populasi yang terus berkembang, peningkatan gaya hidup, dan kelas menengah yang meningkat.

”Itu semua meningkatkan prospek GoTo dalam jangka menengah hingga panjang," tulis riset itu.

Citi Sekuritas juga memproyeksi GTV GoTo tumbuh 42 persen pada 2022 menjadi Rp 655 triliun, tumbuh 49 persen pada 2023 menjadi Rp 974 triliun, dan tumbuh 43 persen pada 2024 menjadi Rp 1.389 triliun. Pendapatan bersih GoTo diyakini meningkat 51 persen pada 2022 menjadi Rp 23 triliun, naik 46 persen pada 2023 menjadi Rp 34 triliun, dan meningkat lagi 41 persen pada 2024 menjadi Rp 47 triliun.

Sementara itu, riset CGS-CIMB Sekuritas salah satunya menilai manajemen GOTO semakin fokus dan konsisten dalam meraih profit. Semua peluang mencetak keuntungan, terus dioptimalkan.

”GOTO unik karena manajemen telah mengisyaratkan jalur yang berpotensi lebih cepat menuju profitabilitas,” tulis riset yang disusun oleh tim analis Ryan Winipta, Baruna Arkasatyo, dan Hadi Segiarto.

Dalam laporannya, tim riset CGS-CIMB mendalami setiap pilar bisnis dengan menganalisis masing-masing sub-bisnis serta studi kasus di pasar lain dengan lanskap teknologi yang lebih matang.

“Dalam pandangan kami, GOTO dapat mengambil manfaat dari sinergi lintas platform dengan Gojek sebagai inisiator. iskusi kami dengan manajemen telah mengisyaratkan bahwa pendapatan bersih dapat melampaui pertumbuhan pendapatan kotor pada paro kedua 2022,” tulis riset itu.

Faktor positif tersebut mendorong CGS-CIMB memberikan rekomendasi HOLD untuk saham GOTO dengan TP Rp 396 per saham. Riset ini juga menilai positif salah satu strategi GOTO yaitu cross-pollination yang merupakan sinergi antar-platform dalam ekosistem.

“Kami percaya bahwa investor dapat mengalihkan fokus mereka ke akselerasi GOTO menuju profitabilitas serta pelaksanaan inisiatif baru yaitu hyper local experience, BNPL, integrasi e-wallet untuk Tokopedia, dan lainnya,” tulis riset itu.

Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, dan Kompas.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan Investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.

https://money.kompas.com/read/2022/07/26/190300926/terkoreksi-saham-goto-masih-layak-dikoleksi-

Terkini Lainnya

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke