Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pengamat: Resesi Global Bisa Jadi Ancaman Pertumbuhan Ekonomi RI

“Kita tetap perlu waspada akan ancaman resesi global ini, yang bisa menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Meskipun kita saat ini diuntungkan dari sisi penerimaan komoditas, namun secara kualitas sebenarnya hal tersebut bisa saja mengalami penurunan jika resesi berdampak pada permintaan komoditas secara global,” kata Bhima saat dihubungi Kompas.com, Selasa (26/7/2022).

Bhima mengungkapkan, jika resesi global mendorong penurunan permintaan akan komoditas energi, dan pangan, maka tentunya langkah antisipasi yang bisa dilakukan adalah tidak terus mengandalkan komoditas saja.

“Jadi jangan hanya bergantung terlalu besar pada harga komoditas. Yang bisa dilakukan saat ini adalah melakukan diversifikasi atau mendorong kinerja dari industri manufaktur dibandingkan mengandalkan pada komoditas,” ujar Bhima.

Bhima menilai, Indonesia cukup memiliki ketahanan saat ini dari cadangan devisa. Menurut Bhima, cadangan devisa Indonesia saat ini posisinya lebih baik daripada kondisi di tahun 2013 saat taper tantrum, dan di tahun 2008 saat krisis ekonomi.

“Indonesia masih mempunyai pertahanan dari lapis kedua, yaitu dari cadangan devisa yang nilainya 136 miliar dollar AS. Kemudian, besarnya konsumsi rumah tangga dalam negeri, dimana ketika pandemi mulai mereda, konsumsi rumah tangga mulai bergerak mengalami kenaikan, dan ini akan mendorong penyerapan permintaan untuk industri manufaktur dalam negeri lebih baik lagi,” jelasnya.

Di sisi lain, ancaman juga muncul dari segi fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Hal ini dinilai berpengaruh terhadap inflasi dari sisi harga produsen. Dia merinci, kenaikan berbagai kebutuhan bahan baku dan juga mesin bisa menekan industri manufaktur.

“Sehingga, meskipun permintaan mengalami perbaikan di dalam negeri, pelaku usaha terjepit dalam dilema, yaitu tetap menahan harga jugal barang tetapi operasional dan biaya produknya naik signifikan, dengan kata lain, perusahaan tertekan,” jelas dia.

Di sisi lain, jika perusahaan melakukan penyesuaian, maka belum tentu konsumen bisa menerima penyesuaian harga yang dilakukan. Maka dari itu, perusahaan manufaktur akan dihadapi pada kekhawatiran akan penurunan omzet dan pendapatan.


Potensi krisis pangan

Bhima juga menyebut, indikator lain yang perlu dicermati adalah soal potensi krisis pangan. Menurutnya, Indonesia memiliki kelemahan dalam hal pangan, dimana tahun 2021 luasan lahan panen untuk padi menurun 2 persen.

“Dalam global securities index, Indonesia juga berada di urutan ke-69, artinya kita masuk yang terendah diantara negara-negara di Asean. Dengan begitu, secara ketejangkauan pasokan pangan, Indonesia sebenarnya berada dalam posisi yang rentan,” ungkap Bhima.

Kenaikan harga pangan juga bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi di Indonesia, mengingat Indonesia juga merupakan importir besar untuk beberapa kebutuhan pokok, seperti bawang putih yang masih impor 85 persen, gula dimana Indonesia merupakan yang tertinggi dan terbesar di dunia. Kemudian, gandum jug aimpor 100 persen, demikian juga dengan pupuk yang sebagian masih mengandalkan impor.

“Ini akan mmpengaruhi stabilitas ekonomi di dalam negeri. Ditambah lagi kenaikan suku bunga di negara-negara lain secara agresif yang bisa menekan konsumen dan berdampak pada kontraksi ekonomi. Namun Indonesia belum memasuki resesi. Tantangannya mungkin di akhir tahun 2022, atau awal 2023,” tegas dia.

https://money.kompas.com/read/2022/07/27/142812426/pengamat-resesi-global-bisa-jadi-ancaman-pertumbuhan-ekonomi-ri

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke