Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Adopsi Budaya Kerja Netflix pada Birokrasi

Diskusi ini merupakan bagian dari pelatihan kepemimpinan administrator yang diikuti 40 peserta dari beragam institusi kementerian dan lembaga serta pemerintah daerah.

Netflix menarik dibahas karena seiring dengan perjalanan sejarah teknologi dunia.

Revolusi Industri 1.0 ditandai dengan penemuan mesin uap oleh James Watt pada Abad 17 di Inggris. Revolusi industri saat itu mengubah sistem ekonomi dan tata sosial yang sebelumnya bertumpu pada sektor pertanian dengan tenaga manusia dengan produktivitas rendah.

Kemudian terjadi revolusi industri 2.0 di awal abad ke-20 yang dikenal dengan revolusi teknologi.

Revolusi industri yang terjadi ini ditandai dengan penemuan tenaga listrik. Proses produksi yang sebelumnya menggunakan mesin uap lalu digantikan dengan tenaga listrik.

Kemudian, kemunculan revolusi industri 3.0 yang terjadi pada akhir abad ke-20 ditandai adanya teknologi digital serta internet.

Revolusi industri 3.0 ini dipicu adanya berbagai mesin yang dapat bergerak dan juga berpikir secara otomatis, yang dibuat dalam bentuk komputer dan juga robot. Selain itu, puncak revolusi industri 3.0 ditandai adanya revolusi digital.

Tahapan keempat, yaitu Revolusi Industri 4.0 di mana transformasi komprehensif melalui penggabungan antara teknologi digital serta internet dengan industri konvensional.

Industri 4.0 pada dasarnya berdampak pada tiga aspek, yakni Internet of Things (IoT), Artificial Intelegence (AI) dan manajemen big data.

Implementasi IoT antara lain: media sosial, e-commerce, aplikasi transportasi dan jasa-jasa lain, salah satunya adalah streaming video online.

Netflix merupakan jaringan televisi internet dunia yang fokus pada layanan pengaliran (streaming) media digital khususnya film dan program televisi, termasuk beberapa program yang dibuat oleh Netflix sendiri.

Yang menarik untuk dipelajari adalah kesuksesan Netflix untuk berkembang menjadi salah satu perusahaan terkemuka dunia, hingga saat ini layanan Netflix telah beroperasi lebih dari 190 negara, dengan lebih dari 140 juta pelanggan.

Kunci sukses Netflix

Salah satu faktor kesuksesan Netflix adalah beradaptasi pada perubahan. Pada awal berdiri, Netflix hanya perusahaan penjualan dan persewaan DVD.

Kemudian bertransformasi dengan menyediakan layanan streaming termasuk rumah produksi film dan program televisi.

Netflix menerapkan nilai-nilai utama yang dijunjung tinggi, yaitu: "fleksibilitas, kejujuran dan keterbukaan". Dengan kata lain, perusahaan mendorong karyawan untuk berpikir mandiri dan kreatif daripada hanya melakukan yang dianggap benar oleh atasan.

Netflix mengharapkan karyawan dapat berjuang untuk keunggulan dan bekerja sebagai tim untuk mencapai hasil terbaik.

Dampak dari kebijakan tersebut adalah meningkatnya produktivitas, kreativitas, inisiatif.

Selain itu, tingginya tingkat kepuasan dan kesejahteraan karyawan, meningkatkan kepercayaan serta rasa hormat karyawan terhadap perusahaan, hingga jam kerja yang fleksibel dan optimal.

Pendiri Netflix Reed Hastings dalam bukunya ‘No Rules Rules: Netflix and The Culture of Reinvention’ menyebutkan bahwa Netflix memberikan keleluasan kepada para karyawan untuk menentukan keputusannya sendiri dengan menerapkan sedikit sekali peraturan.

Hasting mendorong karyawan Netflix untuk mengekspresikan diri dengan niat yang positif. Kepercayaan tersebut ditujukan menghasilkan perasaan memiliki, komitmen, serta tanggung jawab bersama.

Sebagai layanan video streaming langganan terbesar di dunia, Netflix memiliki filosofi utama people over process.

Netflix kerap kali menghadirkan pendekatan yang kreatif dan disruptif dalam mempromosikan layanannya. Untuk melakukan hal tersebut, dibutuhkan inovasi yang terus berdatangan.

Reed Hastings percaya, budaya perusahaan Netflix yang minim intervensi akan bermuara pada inovasi-inovasi yang revolusioner.

Reed Hastings ingin mengimplikasikan bahwa para karyawan Netflix telah mengantongi kepercayaan dari level manajerial untuk melakukan yang terbaik.

Adopsi bagi ASN

Bercermin pada perkembangan Netflix serta penerapan budaya organisasinya, ada hal positif yang dapat diterapkan pada lembaga pemerintahan/sektor publik atau birokrasi untuk menghadapi era 4.0 dalam memberikan layanan prima kepada publik.

Pada tahun 2021, Presiden Joko Widodo telah mencanangkan core values ASN BerAKHLAK dan employer branding #ASN Bangga Melayani Bangsa.

BerAKHLAK singkatan dari Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif.

Pencanganan ini bertujuan menyamakan nilai-nilai dasar seluruh ASN di Indonesia sehingga dapat menjadi penyemangat bagi ASN untuk selalu bangga melayani bangsa.

Transformasi birokrasi 4.0 dapat disesuaikan dengan fase reformasi birokrasi yang pernah dijalankan. Transformasi birokrasi 4.0 sebenarnya adalah bentuk lain dari reformasi birokrasi yang terus berkesinambungan.

Digitalisasi proses bisnis-meski tidak sepenuhnya-sudah mulai tumbuh sejak 2007 ketika era reformasi birokrasi pertama kali diimplementasikan.

Netflix memberikan contoh penataan organisasi dengan mengubah mindset bahwa organisasi bertujuan membuat output, bukan memperpanjang proses.

Minim struktur dan kaya fungsi suatu organisasi bisa membuat suatu output dapat dikerjakan lebih cepat. Prasyaratnya adalah percepatan pembentukan berbagai jabatan fungsional yang memiliki spesialisasi teknis untuk meningkatkan layanan.

Kedua, adalah penyempurnaan proses bisnis melalui komunikasi internal. Komunikasi internal formal dalam suatu satuan kerja saat ini masih menggunakan paper printed.

Organisasi ASN harus didorong menggunaan paper printed yang memiliki kekuatan hukum dan pengendalian internal.

Dengan penggunaan sistem aplikasi khusus bahkan mobile based, aplikasi untuk memberikan arahan, menyatakan sikap, memberikan keputusan, atau koordinasi yang melibatkan unit-unit dalam suatu satuan kerja sangat dimungkinkan.

Ketiga, adalah masalah disiplin dan manajemen PNS. Salah satunya masalah jam kerja. Jika dikatakan bahwa jam kerja adalah proxy kinerja, mungkin ada benarnya.

Salah satu hasilnya adalah generasi milenial menginginkan fleksibilitas lebih besar. Contohnya bisa bekerja dari luar kantor dengan bantuan teknologi. Ini sangat memungkinkan jika pekerjaannya bukan terkait pelayanan langsung.

Jam kerja yang rigid memang penting untuk unit kerja yang melakukan pelayanan langsung seperti di rumah sakit, Kantor SAR, kantor pelayanan administrasi serta sentra-sentra pelayanan lainnya.

Meski demikian, untuk kantor yang fungsinya sebagai back office, jam kerja rigid bisa jadi kontra produktif dengan output yang diharapkan.

https://money.kompas.com/read/2022/07/28/070000526/adopsi-budaya-kerja-netflix-pada-birokrasi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke