Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengapa Amerika Serikat Kurang Berminat Membangun Kereta Cepat?

KOMPAS.com - Di banyak negara, pembangunan kereta cepat seringkali menimbulkan polemik. Biaya investasi yang mahal dan lamanya waktu pengembalian modal adalah dua alasan utamanya.

Itu sebabnya, masih banyak negara, termasuk beberapa negara maju, belum memutuskan kereta cepat sebagai prioritas. Tanpa hitungan matang, proyek kereta cepat justru akan memberikan kerugian karena biaya operasional tak bisa ditutup dengan penjualan tiket.

Amerika Serikat (AS) bisa jadi salah satu contoh negara yang masih mendebat perlu tidaknya membangun kereta cepat di negaranya. 

AS sebenarnya sudah memiliki kereta cepat bernama Acela yang dioperatori oleh Amtrax yang kepemilikan sahamnya masih merupakan 'BUMN'. Acela sendiri relatif kurang berkembang lantaran rute yang terbatas dan sepinya penumpang.

Kecepatan kereta cepat Acela pun maksimal hanya 240 kilometer per jam, relatif jauh tertinggal apabila dibandingkan dengan Shinkansen milik Jepang maupun HSR besutan China yang bisa melaju hingga di atas 300 kilometer per jam. 

Dikutip dari BBC, AS juga memiliki rencana membangun kereta cepat untuk rute Los Angeles dan San Francisco. Namun hal itu masih sebatas rencana dan menuai perdebatan publik. Paman Sam selama ini dikenal sebagai negara yang sangat perhitungan dari sisi ekonomi.

Mereka yang menolak kereta peluru berpendapat, untuk apa membangun kereta cepat yang di banyak tempat merugi, jika negara itu sudah memiliki jaringan jalan tol dan pesawat udara yang sudah sangat baik.

Selain itu, sebagai negara yang menggantungkan ekonomi pada sektor swasta, sejauh ini belum ada investor swasta yang berniat membangun kereta cepat di sana.

Ketimbang minat membangun kereta cepat, segelintir perusahaan swasta di AS malah melirik sistem transportasi berbasis kapsul bernama hyperloop. Namun itu pun masih dalam tahap pengembangan teknologi.

Kondisi ini berbeda dengan kereta barang, di mana banyak perusahaan swasta AS berlomba-lomba membangun jaringan rel kereta karena sudah terbukti sangat menguntungkan.

Sementara itu dilansir dari Forbes, ada beberapa alasan mengapa Amerika Serikat masih enggan mengembangkan kereta cepat. Sebagai negara dengan daratan luas dan ekonomi yang tersebar merata, kepadapatan penduduk di AS relatif rendah dibandingkan dengan kota-kota di Eropa dan Asia.

Kota metropolitan sekelas Dallas saja yang merupakan kota dengan wilayah metropolitan terbesar keempat di dunia memiliki kepadatan yang lebih rendah dibandingkan Provinsi Hebei China.

Faktor ini yang membuat secara ekonomi, kereta berkecepatan tinggi menjadi sangat sulit. Membangun kereta cepat, AS harus siap dengan risiko kerugian karena potensi penumpang yang minim.

Kedua, sebagian besar orang Amerika tinggal di pinggiran kota yang didominasi oleh rumah keluarga tunggal yang terletak di sebidang tanah yang membentang bermil-mil.

Mendekat ke pusat kota maupun pinggiran kota, pola pemukiman di AS juga relatif tidak padat. 

Hal ini berbeda dengan kota-kota di negara maju di Asia dan Eropa. Di mana kota besar sudah lebih dulu ada sebelum adanya mobil, di mana pemerintah menyediakan akses transportasi publik dan memanjakan pejalan kaki.

Sebaliknya di AS, kota-kota besarnya tumbuh dan membesar dengan mengandalkan mobil sehingga berpengaruh pada persebaran penduduknya.

Bahkan jika seorang penumpang kereta api turun di stasiun sekalipun, dia masih harus naik mobil karena banyak stasiun kereta api kota metropolitan di AS belum menyediakan sarana transportasi publik yang nyaman untuk sampai ke tujuan.

Kepemilikan properti dan mobil

Membangun kereta cepat artinya harus menggusur properti warganya. Untuk kereta cepat, pembangunan jalurnya tentu harus lurus dan sulit menikung tajam. Ini akan membuat banyak properti terdampak.

Di AS, pembebasan properti sendiri merupakan harga yang mahal. Sementara banyak jaringan rel di AS saat ini sudah dibangun sejak lama, saat harga tanah relatif masih murah. 

Mobil sangat membudaya di masyarakat AS. Dengan pendapatan per kapita di atas 63.500 dollar AS, harga mobil relatif murah bagi warganya. 

Bahkan, sebagai negara dengan jaringan kereta api sangat besar, tak banyak yang dipakai sebagai angkutan penumpang dan sebaliknya, kereta api lebih banyak didominasi angkutan barang.

Budaya mobil masyarakat AS bisa dilihat dari film American Graffiti hingga Fast Furious. Meski sejak beberapa tahun terakhir adanya polemik karbon dan dampak lingkungan, namun budaya bermobil warga AS ini tampaknya masih akan sulit tergantikan hingga bertahun-tahun mendatang.

Sebagai negara yang sangat perhitungan, kereta cepat bagi AS bukan pilihan mendesak saat ini. Negara ini sudah memiliki jaringan tol dan kereta api yang sangat memadai.

Paman Sam juga didukung oleh industri penerbangan yang sangat sibuk dan murah meriah yang menghubungkan semua kota-kota besarnya.

Dan yang tak bisa dipungkiri, AS adalah rumah bagi perusahaan pembuat pesawat Boeing, sekaligus pasar menggiurkan bagi pabrikan otomotif lokal seperti Ford, Cadillac, Jeep, Chrysler, Chevrolet, hingga pemain luar seperti Toyota yang memiliki jutaan pengguna setia di sana. 

https://money.kompas.com/read/2022/07/28/093255226/mengapa-amerika-serikat-kurang-berminat-membangun-kereta-cepat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke