Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Imbas Harga BBM Naik, KKP: Nelayan Urung Melaut, Produksi Ikan Ikut Anjlok

Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Muhammad Zaini mengatakan, kenaikan harga BBM berdampak langsung membuat kapal tidak berlayar. Harga BBM yang sebelumnya dipatok seharga Rp 8.000, melonjak jadi Rp 18.000. Bahkan, harga BBM di wilayah timur Indonesia, ia bilang, telah menyentuh harga Rp 23.000.

"Akibatnya nelayan-nelayan yang melaut hanya tinggal 50 persen (Juli 2022) dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2021, jadi drop. Sekarang banyak kapal-kapal yang punya izin sebagian besar ada di pelabuhan. Dia tidak melakukan penangkapan karena mahalnya BBM," terang dia dalam konferensi pers Capaian Kinerja KKP Semester I-2022, Kamis (28/7/2022).

Sebagai gambaran, surat persetujuan berlayar (SPB) pada bulan Juli 2022 tercatat hanya sebanyak 1.912. Sedangkan, pada periode yang sama tahun lalu jumlahnya mencapai 4.165 lembar.

Data tersebut berasal dari kapan izin pusat dan izin provinsi yang akan melakukan kegiatan penangkapan ikan dari 22 Pelabuhan Perikanan UPT Pusat.

Ia menambahkan, kondisi saat ini berpotensi membuat pengusaha rugi ketika aktivitas penangkapan ikan tetap dilanjutkan.

"Kalau dipaksakan (berlayar), saya sudah bicara oleh beberapa pengusaha, ini akan terjadi kerugian dihitung harga besaran kapal 60 GT kalau dia berlayar 1 tahun tadinya biayanya kira-kira sekitar 4 kali melaut harus mengeluarkan kira-kira Rp 2 miliar. Sekarang itu bisa mencapai hampir Rp 5 miliar," terangnya.

"Dia (kapal 60 GT) tidak akan mendapatkan untung, bahkan dia potensi ruginya sangat besar," imbuh dia.


Imbas harga BBM tinggi

Lebih lanjut, Zaini memaparkan, imbas dari kapal yang tidak melaut adalah turunnya produksi ikan yang didaratkan di bulan Juli 2022.

"Di bulan Agustus nanti akan lebih parah lagi, karena di bulan Juli ini kapal-kapal yang berangkat pada bulan Februari, berangkat Maret kembali. Tapi karena sekarang semakin banyak kapal yang tidak berangkat, maka produksi ikan di bulan Agustus, September ini akan sangat drop, urai dia.

Zaini menekankan, imbas dari banyaknya kapal yang urung melaut adalah berkurangnya produksi ikan. Dengan demikian, hal itu akan membuat jumlah ikan di dalam negeri berkurang dan berpotensi memicu kenaikan harga.

"Ekspor juga sulit, harga permintaan ikan di luar negeri juga mungkin menurun, karena beberapa negara juga krisis. Kalau permintaan luar negeri drop, maka harga di dalam negeri juga akan drop. Ini juga yang harus diwaspadai untuk sisa bulan di tahun 2022. Ini sangat membahayakan," tutup dia.

https://money.kompas.com/read/2022/07/29/110000926/imbas-harga-bbm-naik-kkp--nelayan-urung-melaut-produksi-ikan-ikut-anjlok

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke